Bisnis Handicraft Belum 'Bergerak'
Pasca pandemi Covid-19 melandai, kondisi kerajinan kayu masih sekadar jalan
DENPASAR, NusaBali
Kedatangan wisatawan mancanegara pasca melandainya pandemi Covid-19 dirasa belum memberi dampak signifikan terhadap bisnis handicraft atau industri kerajinan Bali. Salah satunya kerajinanan kayu untuk jenis produk seni pop atau pop art. Hingga kini relatif tidak terjadi lonjakan orderan, baik pada saat pandemi maupun setelah melandainya pandemi sejak beberapa bulan belakangan ini.
I Wayan Wijaya, salah satu perajin handicraft dari Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar, mengungkapkan bisnis handicraft dalam kondisi ‘stabil’. Dalam pengertian, tidak sampai ada luberan pesanan yang menyebabkan perajin harus kerja ekstra.
“Masih segitu, sekadar jalan,” ucap Wijaya.
Dia mencontohkan pesanan handicraft yang diperolehnya. Pada saat pandemi Covid-19, Wijaya memperoleh beberapa permintaan produk kerajinan kayu. “Dulu dapat sekitar sekitar 1.200 piscies, sekarang tidak sekitar itu juga,” ujar Wijaya.
Karena itulah menurut Wijaya, sebagai perajin dia tidak merasakan adanya lonjakan pesanan produk kerajinan walau pandemi disebutkan sudah mereda.
“ Demikian juga di agen, tiyang yakin belum juga mendapatkan orderan yang banyak,” kata Wijaya.
Meski demikian, dia mengaku merasa beruntung, karena pesanan handicraft tetap ada. Walau tidak booming, namun masih bisa dijadikan sumber pendapatan keluarga.
“Walau hanya sedikit- sedikit,” ujarnya.
Jenis produk yang dipesan kata Wijaya, jenis produk pop art berwujud fauna. Ada jerapah, gajah dan yang lainnya.
Ketua DPD Asosiasi Ekspoter dan Produsen Handicraft Indoesia (Asephi) Bali I Ketut Darma Siadja, mengiyakan belum adanya gerakan signifikan dalam bisnis handicraft.
“Masih itu .. itu saja,” kata pengusaha handcraft asal Desa Mas, Kecamatan Ubud.
Dikatakan Darma Siadja, belakangan terlihat ada peningkatan kedatangan wisatawan, baik domestik maupun manca negara. “Untuk wisman kan sampai tujuh ribu rata- rata perhari,” ungkapnya.
Namun peningkatan jumlah kunjungan wisman tersebut tidak berdampak spontan. Hal itu karena sifat handicraft yang tidak bisa rampung seketika. “Karena handicraft made to order,” jelasnya. Kata dia, dalam beberapa bulan ke depan baru akan terlihat dampaknya.
Selain itu, lanjut Darma Siadja belum melonjaknya bisnis handicraft diperkirakan karena turunnya daya beli masyarakat dunia, yang merupakan dampak susulan dari pandemi Covid-19 yang melanda berbagai negara di dunia.
“Semoga dengan peningkatan wisman ke Bali, bisnis handcraft kembali pulih seperti dulu,” ucap Darma Siadja tetap berharap. *k17
Kedatangan wisatawan mancanegara pasca melandainya pandemi Covid-19 dirasa belum memberi dampak signifikan terhadap bisnis handicraft atau industri kerajinan Bali. Salah satunya kerajinanan kayu untuk jenis produk seni pop atau pop art. Hingga kini relatif tidak terjadi lonjakan orderan, baik pada saat pandemi maupun setelah melandainya pandemi sejak beberapa bulan belakangan ini.
I Wayan Wijaya, salah satu perajin handicraft dari Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar, mengungkapkan bisnis handicraft dalam kondisi ‘stabil’. Dalam pengertian, tidak sampai ada luberan pesanan yang menyebabkan perajin harus kerja ekstra.
“Masih segitu, sekadar jalan,” ucap Wijaya.
Dia mencontohkan pesanan handicraft yang diperolehnya. Pada saat pandemi Covid-19, Wijaya memperoleh beberapa permintaan produk kerajinan kayu. “Dulu dapat sekitar sekitar 1.200 piscies, sekarang tidak sekitar itu juga,” ujar Wijaya.
Karena itulah menurut Wijaya, sebagai perajin dia tidak merasakan adanya lonjakan pesanan produk kerajinan walau pandemi disebutkan sudah mereda.
“ Demikian juga di agen, tiyang yakin belum juga mendapatkan orderan yang banyak,” kata Wijaya.
Meski demikian, dia mengaku merasa beruntung, karena pesanan handicraft tetap ada. Walau tidak booming, namun masih bisa dijadikan sumber pendapatan keluarga.
“Walau hanya sedikit- sedikit,” ujarnya.
Jenis produk yang dipesan kata Wijaya, jenis produk pop art berwujud fauna. Ada jerapah, gajah dan yang lainnya.
Ketua DPD Asosiasi Ekspoter dan Produsen Handicraft Indoesia (Asephi) Bali I Ketut Darma Siadja, mengiyakan belum adanya gerakan signifikan dalam bisnis handicraft.
“Masih itu .. itu saja,” kata pengusaha handcraft asal Desa Mas, Kecamatan Ubud.
Dikatakan Darma Siadja, belakangan terlihat ada peningkatan kedatangan wisatawan, baik domestik maupun manca negara. “Untuk wisman kan sampai tujuh ribu rata- rata perhari,” ungkapnya.
Namun peningkatan jumlah kunjungan wisman tersebut tidak berdampak spontan. Hal itu karena sifat handicraft yang tidak bisa rampung seketika. “Karena handicraft made to order,” jelasnya. Kata dia, dalam beberapa bulan ke depan baru akan terlihat dampaknya.
Selain itu, lanjut Darma Siadja belum melonjaknya bisnis handicraft diperkirakan karena turunnya daya beli masyarakat dunia, yang merupakan dampak susulan dari pandemi Covid-19 yang melanda berbagai negara di dunia.
“Semoga dengan peningkatan wisman ke Bali, bisnis handcraft kembali pulih seperti dulu,” ucap Darma Siadja tetap berharap. *k17
Komentar