22.515 IKM Masuk Literasi Digital
JAKARTA, NusaBali
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Reni Yanita menyebutkan sebanyak 14.125 industri kecil menengah (IKM) masuk literasi digital pada saat ini.
"Saat ini yang sudah masuk ke literasi digital itu sudah 22.515 IKM dan yang sudah on boarding ada 14.125 IKM dengan kita menggandeng beberapa marketplace," kata Reni saat menghadiri seminar web FMB9 bertajuk 'BBI, Jurus Bangkitkan Gairah IKM', yang dipantau di Jakarta, seperti dilansir Antara, Senin.
Reni memaparkan, Ditjen IKMA mengusung program e-Smart IKM untuk menjaring dan meningkatkan literasi digital pelaku IKM di Indonesia sejak 2017.
Melalui program tersebut, Kemenperin berupaya meningkatkan literasi digital, pemasaran, hingga penyajian produk IKM secara digital.
Menurut Reni, hal tersebut sejalan dengan program Making Indonesia 4.0 untuk pemberdayaan IKM dan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI).
Reni memaparkan, Gernas BBI sendiri berawal dari saat Indonesia mengalami pandemi COVID-19 atau pada Mei 2020 yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo untuk mendorong ekonomi berbasis rakyat untuk tetap jalan.
"Jadi tuntutannya adalah bagaimana IKM tetap berproduksi tetapi kita menyajikannya secara berbeda. Jadi, targetnya adalah bagaimana IKM bisa menyajikan produknya secara digital. Karena memang tuntutan kita adalah bagaimana menjangkau pasar yang lebih luas," ujar Reni.
Dengan adanya tuntutan tersebut, lanjut Reni, BBI ditargetkan untuk meningkatkan IKM yang on boarding menjadi 30 juta pada 2023 dari jumlah saat ini 11,7 juta IKM.
"Selain itu kita meningkatkan pembelian atau belanja konsumen kita terhadap produk artisan. Jadi, di BBI ini kita mencoba meningkatkan value dari produk tertentu untuk dibeli oleh konsumen kita," ujar Reni.
Selanjutnya, tambah Reni, adalah bagaimana Gernas BBI mendorong pemerintah dan merek ternama untuk berperan menyukseskan program tersebut.
"Supaya sama-sama kita mengolah potensi sumber daya alam yang ada ini plus IKM yang ada. Supaya menciptakan produk bernilai tambah melalui penjualan secara online," kata Reni.
Dengan demikian, tambahnya, Gernas BBI tahun ini lebih mengupayakan bagaimana pemda dan merek ternama dapat sama-sama meningkatkan jumlah artisan yang on boarding. *
Reni memaparkan, Ditjen IKMA mengusung program e-Smart IKM untuk menjaring dan meningkatkan literasi digital pelaku IKM di Indonesia sejak 2017.
Melalui program tersebut, Kemenperin berupaya meningkatkan literasi digital, pemasaran, hingga penyajian produk IKM secara digital.
Menurut Reni, hal tersebut sejalan dengan program Making Indonesia 4.0 untuk pemberdayaan IKM dan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI).
Reni memaparkan, Gernas BBI sendiri berawal dari saat Indonesia mengalami pandemi COVID-19 atau pada Mei 2020 yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo untuk mendorong ekonomi berbasis rakyat untuk tetap jalan.
"Jadi tuntutannya adalah bagaimana IKM tetap berproduksi tetapi kita menyajikannya secara berbeda. Jadi, targetnya adalah bagaimana IKM bisa menyajikan produknya secara digital. Karena memang tuntutan kita adalah bagaimana menjangkau pasar yang lebih luas," ujar Reni.
Dengan adanya tuntutan tersebut, lanjut Reni, BBI ditargetkan untuk meningkatkan IKM yang on boarding menjadi 30 juta pada 2023 dari jumlah saat ini 11,7 juta IKM.
"Selain itu kita meningkatkan pembelian atau belanja konsumen kita terhadap produk artisan. Jadi, di BBI ini kita mencoba meningkatkan value dari produk tertentu untuk dibeli oleh konsumen kita," ujar Reni.
Selanjutnya, tambah Reni, adalah bagaimana Gernas BBI mendorong pemerintah dan merek ternama untuk berperan menyukseskan program tersebut.
"Supaya sama-sama kita mengolah potensi sumber daya alam yang ada ini plus IKM yang ada. Supaya menciptakan produk bernilai tambah melalui penjualan secara online," kata Reni.
Dengan demikian, tambahnya, Gernas BBI tahun ini lebih mengupayakan bagaimana pemda dan merek ternama dapat sama-sama meningkatkan jumlah artisan yang on boarding. *
Komentar