Bookingan Hotel di Buleleng Belum Maksimal
Dengan kondisi penerbangan pesawat minim dan harga tiket pesawat mahal, harusnya ada insentif keringanan tiket.
SINGARAJA, NusaBali
Sejumlah hotel di Buleleng dibawah naungan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Buleleng, mulai mendapatkan bookingan menginap dari wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara (wisman). Hanya saja, bongkingan ini belum maksimal. Penyebab utamanya, penerbangan pesawat menuju Bali masih minim.
Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) PHRI Buleleng Dewa Ketut Suardipa, Selasa (21/6), mengatakan high season kunjungan wisatawan asing akan terjadi pada Juli-Agustus mendatang. Sejumlah hotel sudah mulai mendapatkan bookingan. Pesanan kamar hotel dari wisnus maupun wisman hampir masuk di seluruh kawasan wisata Buleleng.
“Menurut teman-teman di beberapa hotel, bookingan sudah mulai ada. Baik di kawasan Buleleng barat, timur, selatan dan tengah. Tetapi tingkat huniannya baru kisaran 20-50 persen,” ucap Suardipa.
Jumlah itu, jelas dia, belum maksimal, jika dibandingkan kondisi high season saat sebelum pandemi Covid-19. Menurutnya, kondisi ini karena frekuensi penerbangan pesawat dari luar negeri ke Bali sangat terbatas. Harga tiket pesawat juga sedang mahal.
“Saya kira kalau dari segi kesiapan seluruh akomodasi perhotelan dan restoran di Buleleng sudah siap menyambut wisatawan musim libur panjang tahun ini. Hanya saja karena tiket cukup mahal, beberapa wisatawan mengalihkan tujuan wisata mereka ke negara tetangga di Asia. Sebagian juga masih menunggu tiket penerbangan,” kata Suardipa.
Dia berharap, pemerintah dapat mendukung dengan melakukan pembenahan infrastruktur di objek-objek wisata. Pembenahan pun diperlukan segera, karena pariwisata sudah vakum 2,5 tahun selama pandemi. Tentu sejumlah sarana pendukung pariwisata perlu dipastikan kembali dapat difungsikan.
Suardipa juga menginginkan pariwisata Bali memiliki klasterisasi. Sehingga masing-masing kabupaten/kota memiliki ciri khas yang berbeda. “Kalau di Buleleng ada lumba-lumba, di Bali selatan jangan punya. Sehingga wisatawan yang datang bisa mengunjungi semua daerah,” imbuh dia.
Dikonfirmasi terpisah, General Manager The Lovina Hotel Dwi Dharmawijaya mengakui kondisi pesanan kamar hotel yang sudah masuk di kisaran 20 - 40 persen. Hotel bintang empat ini pada Juli mendatang sudah menerima pesanan kamar sebesar 40 persen, sedangkan pada Agustus masih di bawah 30 persen. Wisatawan yang sudah memutuskan berlibur di Buleleng dari wisman maupun wisnus.
“Wisman sudah ada tetapi belum signifikan. Belum sesuai harapan kalau dibandingkan dengan sebelum Covid-19. Dari Jerman, Italia, Denmark, Belanda, Perancis sudah ada masuk tapi belum banyak. Kalau Wisnus biasanya last minute. Belum dapat diprediksi tetapi kami masih berharap bisa maksimal,” jelas Dwi.
Menurutnya dengan kondisi penerbangan pesawat minim dan harga tiket pesawat mahal, harusnya ada insentif keringanan tiket. Namun dia pun memaklumi kondisi maskapai penerbangan Indonesia sedang mengalami kendala.
Dwi memaparkan kendala yang masih dihadapi yakni destinasi di Bali utara belum begitu terkenal di market selain Eropa. Sehingga kedepannya perlu rancangan dan strategi lebih menyeluruh untuk menata serta memperkenalkan destinasi yang ada di Buleleng. *k23
Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) PHRI Buleleng Dewa Ketut Suardipa, Selasa (21/6), mengatakan high season kunjungan wisatawan asing akan terjadi pada Juli-Agustus mendatang. Sejumlah hotel sudah mulai mendapatkan bookingan. Pesanan kamar hotel dari wisnus maupun wisman hampir masuk di seluruh kawasan wisata Buleleng.
“Menurut teman-teman di beberapa hotel, bookingan sudah mulai ada. Baik di kawasan Buleleng barat, timur, selatan dan tengah. Tetapi tingkat huniannya baru kisaran 20-50 persen,” ucap Suardipa.
Jumlah itu, jelas dia, belum maksimal, jika dibandingkan kondisi high season saat sebelum pandemi Covid-19. Menurutnya, kondisi ini karena frekuensi penerbangan pesawat dari luar negeri ke Bali sangat terbatas. Harga tiket pesawat juga sedang mahal.
“Saya kira kalau dari segi kesiapan seluruh akomodasi perhotelan dan restoran di Buleleng sudah siap menyambut wisatawan musim libur panjang tahun ini. Hanya saja karena tiket cukup mahal, beberapa wisatawan mengalihkan tujuan wisata mereka ke negara tetangga di Asia. Sebagian juga masih menunggu tiket penerbangan,” kata Suardipa.
Dia berharap, pemerintah dapat mendukung dengan melakukan pembenahan infrastruktur di objek-objek wisata. Pembenahan pun diperlukan segera, karena pariwisata sudah vakum 2,5 tahun selama pandemi. Tentu sejumlah sarana pendukung pariwisata perlu dipastikan kembali dapat difungsikan.
Suardipa juga menginginkan pariwisata Bali memiliki klasterisasi. Sehingga masing-masing kabupaten/kota memiliki ciri khas yang berbeda. “Kalau di Buleleng ada lumba-lumba, di Bali selatan jangan punya. Sehingga wisatawan yang datang bisa mengunjungi semua daerah,” imbuh dia.
Dikonfirmasi terpisah, General Manager The Lovina Hotel Dwi Dharmawijaya mengakui kondisi pesanan kamar hotel yang sudah masuk di kisaran 20 - 40 persen. Hotel bintang empat ini pada Juli mendatang sudah menerima pesanan kamar sebesar 40 persen, sedangkan pada Agustus masih di bawah 30 persen. Wisatawan yang sudah memutuskan berlibur di Buleleng dari wisman maupun wisnus.
“Wisman sudah ada tetapi belum signifikan. Belum sesuai harapan kalau dibandingkan dengan sebelum Covid-19. Dari Jerman, Italia, Denmark, Belanda, Perancis sudah ada masuk tapi belum banyak. Kalau Wisnus biasanya last minute. Belum dapat diprediksi tetapi kami masih berharap bisa maksimal,” jelas Dwi.
Menurutnya dengan kondisi penerbangan pesawat minim dan harga tiket pesawat mahal, harusnya ada insentif keringanan tiket. Namun dia pun memaklumi kondisi maskapai penerbangan Indonesia sedang mengalami kendala.
Dwi memaparkan kendala yang masih dihadapi yakni destinasi di Bali utara belum begitu terkenal di market selain Eropa. Sehingga kedepannya perlu rancangan dan strategi lebih menyeluruh untuk menata serta memperkenalkan destinasi yang ada di Buleleng. *k23
1
Komentar