17 Desa Wisata di Tabanan Mati Suri
TABANAN, NusaBali
Sebanyak 17 dari 26 desa wisata yang tercatat di Dinas Pariwisata Tabanan mati suri.
Penyebab mereka tidak aktif karena kurangnya inovasi dari pengelola, di samping itu ada pengaruh dari pandemi Covid-19. Kepala Dinas Pariwisata Tabanan I Gusti Ngurah Agung Suryana, mengatakan kurangnya inovasi dari desa sendiri menjadi salah satu faktor desa wisata jalan di tempat. Selain itu selama 2 tahun belakangan ini pariwisata mati suri akibat pandemi Covid-19, sehingga mempengaruhi tingkat kunjungan ke tempat wisata. “Hasil dari monitoring, ada 17 desa wisata yang tidak aktif dari 26 desa wisata yang kami catat,” kata Ngurah Suryana, Selasa (21/6).
Dikatakannya, 17 desa wisata ini lokasinya tersebar di 10 kecamatan. Mereka yang tidak aktif kebanyakan menawarkan wisata alam tracking dan lainnya. Untuk itu, agar lebih menghidupkan wisata di desa harus ada peran serta warga lokal. “Ini yang terus kita dorong untuk mengembangkan kembali potensi kearifan lokal yang ada, termasuk bagaimana mempromosikan keberadaan desa wisata, karena pariwisata yang ada saat ini nantinya harus ditunjang dengan keberadaan desa wisata. Wisatawan sudah bosan melancong di perkotaan, dan memilih suasana baru di pedesaan,” tutur Ngurah Suryana.
Untuk itu, terhadap desa wisata yang kini tidak aktif, terus didorong untuk bangkit. Kendatipun anggaran untuk pengembangan desa wisata belum ada dari kabupaten, setidaknya desa wisata itu sendiri tetap berkembang. “Kami di kabupaten hanya memberikan dorongan pembinaan melalui WhatsApp group agar desa wisata itu tetap tumbuh,” ucap Ngurah Suryana.
Selain itu, jelas Ngurah Suryana, kepada desa wisata yang kurang aktif diminta terus gencar mempromosikan desa wisatanya melalui media sosial. Sebab pada era sekarang jika tidak menggunakan media sosial untuk promosi akan ketinggalan. “Minimal promosi selalu dilakukan agar makin dikenal,” tandas Ngurah Suryana. *des
Dikatakannya, 17 desa wisata ini lokasinya tersebar di 10 kecamatan. Mereka yang tidak aktif kebanyakan menawarkan wisata alam tracking dan lainnya. Untuk itu, agar lebih menghidupkan wisata di desa harus ada peran serta warga lokal. “Ini yang terus kita dorong untuk mengembangkan kembali potensi kearifan lokal yang ada, termasuk bagaimana mempromosikan keberadaan desa wisata, karena pariwisata yang ada saat ini nantinya harus ditunjang dengan keberadaan desa wisata. Wisatawan sudah bosan melancong di perkotaan, dan memilih suasana baru di pedesaan,” tutur Ngurah Suryana.
Untuk itu, terhadap desa wisata yang kini tidak aktif, terus didorong untuk bangkit. Kendatipun anggaran untuk pengembangan desa wisata belum ada dari kabupaten, setidaknya desa wisata itu sendiri tetap berkembang. “Kami di kabupaten hanya memberikan dorongan pembinaan melalui WhatsApp group agar desa wisata itu tetap tumbuh,” ucap Ngurah Suryana.
Selain itu, jelas Ngurah Suryana, kepada desa wisata yang kurang aktif diminta terus gencar mempromosikan desa wisatanya melalui media sosial. Sebab pada era sekarang jika tidak menggunakan media sosial untuk promosi akan ketinggalan. “Minimal promosi selalu dilakukan agar makin dikenal,” tandas Ngurah Suryana. *des
Komentar