Bupati Kumpulkan Kaling Se-Kota Bangli
BANGLI, NusaBali
Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta kumpulkan para kepala lingkungan (kaling) wilayah Kota Bangli di rumah jabatan bupati, Selasa (21/6).
Bupati kumpulkan para kaling untuk membahas penanganan sampah dan normalisasi saluran air yang kerap memicu banjir di Kota Bangli. Rapat dihadiri Sekda Bangli IB Gede Giri Putra, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas PUPR Perkim Bangli.
Kaling Pule, Dewa Asmara mengatakan, pada pertemuan di rumah jabatan bupati, lebih fokus membahas penanganan sampah, banjir, dan perbaikan drainase. Diakui kesadaran masyarakat masih kurang untuk membuang sampah pada tempatnya. Buang sampah sembarangan dapat memicu terjadinya banjir. Dewa Asmara mengaku sudah melakukan edukasi kepada masyarakat. Sudah ada layanan angkut sampah dari DLH Bangli. “DLH sudah menentukan jam pengangkutan sampah,” ungkap Dewa Asmara didampingi Kaling Blungbang, Pande Suarna.
Kaling Kawan, I Nengah Sujena mengakui tidak bisa memantau secara kesulurahan aktivitas masyarakat. “Kemungkinan ada yang membuang sampah sembarangan. Kemungkinan ada juga sampah kiriman,” ungkap Nengah Sujena. Rencananya akan berkoordinasi dengan bendesa adat untuk membuat pararem pengelolaan sampah. “Bapak Bupati menyampaikan akan koordinasi dengan MDA (majelis desa adat) untuk pembuatan pararem di desa adat,” ujar Nengah Sujena. Pertemuan di rumah jabatan bupati juga dijadiri Kaling Cempaga, Kaling Pande, dan Kaling Bebalang.
Sekda Bangli, IB Gede Giri Putra mengatakan penanganan banjir dengan normalisasi gorong-gorong di kawasan kota Bangli. Dinas PUPR Perkim Bangli akan membuat masterplan untuk saluran air secara menyeluruh. Pembagian air dari hulu (Desa Kayubihi) sehingga tidak numplek di satu jalur. Rencananya dengan pembuatan sekat besi di masing-masing perbatasan sehingga lebih mudah melihat lokasi yang digenangi sampah.
Dengan pemasangan sekat besi akan bisa tahu warga asal yang buang sampah. “Jika sampah menumpuk di sekat besi otomatis warga di lokasi itu yang tergenang banjir,” ungkap IB Gede Giri Putra. Sekat besi menjadi titik pengambilan sampah. Menurutnya, penanganan sampah paling praktis yakni berbasis sumber. “Sampah dipilah, yang anorganik dijual dan organik bisa menjadi pupuk. Para kaling diminta untuk mengedukasi masyarakatnya,” tegasnya. Nantinya ada rapat lanjutan dengan mengundang MDA untuk pembuatan pararem di desa adat. *esa
1
Komentar