Dari Jengah, Tak Mau Sekadar Ngenah
Sekaa ini berlatih dengan satu barung gong kebyar untuk empat sekaa gong milik desa pakraman.
SINGARAJA, NusaBali
Sekaa Gong Kebyar Anak-anak Bala Talawung, Desa Pakraman Kalibukbuk, Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, saat ini tengah mempersiapkan diri agar bisa tampil maksimal di ajang kesenian bergengsi, Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2017. Meski persiapan baru mencapai 60 persen, sekaa gong ini meyakinkan diri agar tak sekadar ngenah (ada,Red), melainkan tampil maksimal pada PKB, Juni mendatang.
Kelian Desa Pakraman Kalibukbuk Gede Subrata, didampingi Sekretaris Desa Pakraman Ketut Ardana, di Jaba Tengah Pura Desa Kalibukbuk, Kamis (24/3), mengatakan terpilihnya Sekaa Gong Bala Talawung untuk mewakili Buleleng di PKB nanti, memang menjalani proses sangat panjang. Desa Pakraman Kalibukbuk pertama kali meresmikan sekaa gong anak-anak itu pada tahun 2010. Pembentukannya pun atas dasar jengah, karena Kalibukbuk merupakan salah satu desa penyangga kawasan wisata Lovina.
“Kalau sekaa gong dewasa dan wanita sudah sejak lama ada. Kemudian kami bentuk sekaa gong anak-anak ini sebagai wujud salah satu partisipasi generasi muda kami dalam pelestarian kesenian Bali,” ujar Subrata.
Pemilihan nama sekaa gong itu pun melalui proses pemilihan makna kata yang sangat ketat. Kata ‘Bala Talawung’ diambil dari bahasa Jawa Kuno. Bala berarti pasukan dan Talawung berarti perisai. Jika diartikan, kata sekaa gong Bala Talawung diharapkan dapat menjadi benteng Desa Pakraman Kalibukbuk dari hal yang negatif, melalui jalan kesenian yakni gong kebyar.
Awal pembentukan sekaa gong ini pun sempat mengalami kendala dalam perekrutan anggota. Hingga akhirnya satu demi satu anak-anak SD dan SMP dari Kalibukbuk hadir untuk bergabung dalam kesenian gong kebyar. Jumlahnya pun bertambah saat sekaa gong anak-anak ini mulai tampil di hadapan umum. Awalnya hanya latihan biasa, sekaa yang jumlahnya kurang lebih 35 orang rutin latihan setiap dua kali seminggu.
Setahun setelah terbentuk, sekaa gong ini mendapat kehormatan pertama mewakili Kecamatan Buleleng pada tahun 2011. Mereka tampil di acara Utsawa Merdangga Gong Kebyar Anak-anak yang rutin dilaksanakan Pemkab Buleleng setiap tahun. Dalam kesempatan tersebut dari sembilan perwakilan kecamatan, Sekaa Gong Bala Talawung mendapatkan peringkat ketiga terbaik.
Saat itulah Sekaa Gong Bala Talawung semakin dilirik. Hingga akhirnya mereka selalu pentas dalam even-even besar Pemkab Buleleng. Di antaranya, Buleleng Festival dan Lovina Festival. Bahkan Desa Pakraman Kalibukbuk sendiri juga mewadahi generasi mudanya dalam berkesenian dengan memberikan kesempatan tampil setiap Hari Raya Galungan dan Kuningan di Pantai Lovina.
Ardana menambahkan, dalam persiapan tampil di PKB mendatang, sekaa gong ini sudah mempersiapkan diri sejak Januari 2017. Kini persiapannya sudah mencapai 60 persen. Dalam PKB nanti mereka akan membawakan tujuh buah tabuh garapan baik yang diwajibkan, dipilih maupun diciptakan sendiri.
Di antaranya Tabuh Lelambatan, tabuh kreasi, tabuh iringan tari wajib, tabuh tari kreasi, dan tabuh dolanan. Khusus untuk tabuh tarian kreasi, pihaknya mengaku sudah mempersiapkan sebuah garapan yang sangat apik, dengan judul Sasmitaning Mina yang artinya kecakapan ikan. Dalam tarian kreasi itu akan ditampilkan ikan yang dimaksud adalah ikan lumba-lumba yang selama ini menjadi ikon kawasan wisata Lovina, Buleleng.
Persiapan pentas PKB juga melibatkan tujuh pelatih, yang masing-masing bertanggung jawab dalam saat garapan tabuh. Ardana mengatakan, sejauh ini pihaknya tidak memasang target menjadi yang terbaik. “Kami hanya akan tampil maksimal, tidak ada target. Karena berkesempatan tampil di PKB saja sudah merupakan hal yang luar biasa bagi kami terutama anak-anak anggota sekaa,” katanya.
Pihaknya mengaku selama ini animo berkesenian generasi penerusnya di Kalibukbuk memang sangat besar. Hanya saja selama ini pihaknya masih terkendala masalah waktu latihan. Karena terbentur dengan jadwal sekolah anggota sekaa. Termasuk juga fasilitas utama yakni sekaa gong ini berlatih dengan menggunakan satu barung gong kebyar yang dipakai empat sekaa gong milik desa pakraman. “Satu gong digunakan empat sekaa gong kami, jadi biaya pemeliharaannya yang tinggi. Kami belum bisa tambah lagi, karena ini saja adalah hasil swadaya krama,” imbuh dia.
Kata dia, animo generasi dan krama desanya untuk berkesian makin tinggi. Pihaknya pun berharap ke depannya pemerintah dapat memberikan bantuan satu set gong kebyar untuk memantapkan lagi keterampilan dalam menabuh gambelan.
1
Komentar