Gamelan Bali Ikut Mewarnai Perkembangan Musik Dunia
Dari Dialog Budaya ‘Balinese Gamelan on Global Stage’ Bali World Culture Celebration 2022
Semakin populernya gamelan Bali di dunia juga didukung dengan masuknya gamelan Bali pada kurikulum pendidikan tinggi, khususnya di kampus-kampus Amerika Serikat.
DENPASAR, NusaBali
Gamelan Bali, berikut ragam seni pertunjukan yang kerap menyertai, terbukti telah mewarnai dinamika perkembangan musik dunia dan menghiasi panggung global. Hingga kini, setidaknya ada 500 perangkat gamelan Bali di Amerika Serikat, dan lebih dari 100 lainnya tersebar di Inggris, Jerman, Prancis, Belanda, Jepang, Australia, dan kawasan Asia Tenggara.
Gambaran tersebut mengemuka pada Dialog Budaya bertajuk ‘Balinese Gamelan on Global Stage’ serangkaian ajang Bali World Culture Celebration (BWCC) yang dilaksanakan secara daring dari Kantor Dinas Kebudayaan (Disbud) Bali, Jalan Ir H Juanda Nomor 1, Niti Mandala Denpasar, Jumat (24/6).
Dialog yang menghadirkan tiga pembicara yang telah memiliki reputasi internasional, yakni Prof Dr I Made Bandem MA (Indonesia), Jody Diamond (Amerika Serikat) dan Prof Dr Shin Nakagawa (Jepang), membahas antara lain latar historis kehadiran Gamelan Bali di panggung dunia, dinamika mutakhir Gamelan Bali lintas bangsa, serta kemungkinan perkembangannya di masa mendatang.
Gamelan Bali, berikut ragam seni pertunjukan yang kerap menyertai, terbukti telah mewarnai dinamika perkembangan musik dunia dan menghiasi panggung global. Hingga kini, setidaknya ada 500 perangkat gamelan Bali di Amerika Serikat, dan lebih dari 100 lainnya tersebar di Inggris, Jerman, Prancis, Belanda, Jepang, Australia, dan kawasan Asia Tenggara.
Gambaran tersebut mengemuka pada Dialog Budaya bertajuk ‘Balinese Gamelan on Global Stage’ serangkaian ajang Bali World Culture Celebration (BWCC) yang dilaksanakan secara daring dari Kantor Dinas Kebudayaan (Disbud) Bali, Jalan Ir H Juanda Nomor 1, Niti Mandala Denpasar, Jumat (24/6).
Dialog yang menghadirkan tiga pembicara yang telah memiliki reputasi internasional, yakni Prof Dr I Made Bandem MA (Indonesia), Jody Diamond (Amerika Serikat) dan Prof Dr Shin Nakagawa (Jepang), membahas antara lain latar historis kehadiran Gamelan Bali di panggung dunia, dinamika mutakhir Gamelan Bali lintas bangsa, serta kemungkinan perkembangannya di masa mendatang.
Prof Bandem dalam pemaparannya menyampaikan, masyarakat Bali patut berbangga dengan kiprah gamelan Bali dalam mewarnai perkembangan musik di dunia. Hal ihwal dikenalnya gamelan Bali dituturkan mantan Ketua STSI Denpasar ini, telah dimulai ketika pada tahun 1928 sudah ada rekaman-rekaman piringan hitam yang berisi suara gamelan-gamelan Bali, Janger, Gambuh, Kekawin, dan lainnya yang direkam oleh perusahaan rekaman asal Jerman, Odeon dan Beka.
Setelahnya gamelan Bali semakin populer di luar negeri dengan diadakannya pameran-pameran. Salah satu yang terbesar adalah pameran di Prancis pada tahun 1931 yang kemudian membuat gamelan Bali jadi ikut mempengaruhi perkembangan musik dan teater barat. "Calonarang, janger, joged, pentas di situ, itu menarik perhatian dunia," kata Prof Bandem. Adanya misi kebudayaan pasca Indonesia merdeka juga ikut semakin mempopulerkan gamelan Bali. Salah satunya adalah keberangkatan Sekaa Gong Peliatan, Ubud yang pentas di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat.
"Bung Karno tahun 1950-an sudah mengembangkan diplomasi kebudayaan, sehingga gamelan gong Peliatan yang ke Amerika Serikat tahun 1952 sudah izin negara," ungkap Prof Bandem yang meraih gelar doktor dari University of California Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat.
Prof Bandem melanjutkan, pada tahun 1986 bahkan sudah ada perumusan mengenai gamelan Bali di luar negeri. Gamelan Bali menjadi fokus pembahasan pada perhelatan First International Gamelan Festival di Vancouver Kanada.
Pada saat itu dirumuskan enam karakteristik utama gamelan Bali, antara lain memanfaatkan ansambel untuk memainkan gubahan baru yang diwarnai musik kontemporer barat, mengembangkannya bersama instrumen baru seraya memainkan komposisi baru yang bersumber pada komposisi tradisional, merancang dan mengembangkan instrumentasi, orkestrasi, dan bebunyian baru untuk komposisi gamelan bergenre avant-garde.
Gamelan Bali, menurut Prof Bandem, memang memiliki sejumlah keunggulan dan ciri khas dibanding instrumen musik lainnya. Dari sisi material misalnya gamelan utama seperti gong gede atau gong kebyar dibuat dari bahan perunggu yang terbuat dari campuran timah putih dan tembaga dengan perbandingan 7 berbanding 3. Perpaduan tersebut menghasilkan suara unik di telinga orang yang mendengarnya.
"Memang ada keunikan yang dimiliki gamelan kita, dari suaranya, dari larasnya, dari teknik permainan juga, ngumbang ngisep, laki perempuan, semuanya terangkum dalam kebudayaan Bali di dalam gamelan," sebut Prof Bandem.
Semakin populernya gamelan Bali di dunia juga didukung dengan masuknya gamelan Bali pada kurikulum pendidikan tinggi, khususnya di kampus-kampus Amerika Serikat. Dikembangkannya studi musikologi di sana menyebabkan gamelan Bali semakin dikenal publik di luar negeri. Mereka pada akhirnya tidak saja belajar memainkan gamelan Bali seperti layaknya dimainkan di Pulau Dewata, namun mengembangkannya dengan memadukan dengan konsep musik yang mereka miliki sebelumnya.
"Mereka membuat ciptaan-ciptaan lewat gamelan Bali tetapi gamelan Bali dipakai sebagai instrumen untuk memperagakan konsep ciptaan mereka, gabungan antara konsep barat dengan suara Bali. Begitulah lahirnya musik kontemporer sesungguhnya," jelas Prof Bandem.
Dengan semakin bertambahnya popularitas gamelan Bali di dunia Prof Bandem berharap ada kebijakan dari pemerintah untuk membina warga asing yang berminat belajar gamelan Bali, dengan cara mengirimkan guru atau grup kesenian dari Bali ke luar negeri. Hal ini, ujarnya, juga sebagai bagian dari visi menjadikan Bali sebagai pusat kebudayaan dunia. "Mereka harus tahu filosofi gamelan Bali, harus tahu gamelan Bali, harus tahu keindahannya," tambahnya.
Sementara itu, Direktur American Gamelan Institute, Jody Diamond, dalam pemaparannya juga menyampaikan bahwa orang asing yang pertama ingin belajar gamelan Bali selalu berharap bisa memainkan gamelan Bali seperti orang di Bali memainkannya.
Namun, setelah puluhan tahun gamelan Bali memiliki ‘rumah barunya’, masyarakat di sana hampir selalu termotivasi untuk mengkombinasikannya dengan konsep musik yang sebelumnya telah mereka miliki. "Setelah puluhan tahun gamelan Bali di luar negeri, pasti orang punya keinginan mencampurkan latar belakang mereka, kebudayaan mereka, dengan apa yang mereka dapat dari gamelan Bali," sebut komposer musik gamelan yang pertama kali menjejakkan kaki di Pulau Dewata pada tahun 1961 ini. *cr78
1
Komentar