Dua Pasien Keracunan Masih di RS
Pasien Made Sudana sempat dipulangkan, namun kemarin pagi kembali dibawa keluarga ke RS karena diarenya kumat
Kemarin Pagi Sempat Dijenguk Gubernur di RSUD Mangusada
MANGUPURA, NusaBali
Dua (2) dari 124 paisen korban keracunan masih dirawat intensif di RSUD Mangusada, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung, Minggu (26/3). Sedangkan para korban lainnya akibat keracunan makanan saat prosesi ritual melasti di Pantai Seseh, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi ini sudah dipulangkan dari RSUD Mangusada, Sabtu (25/3) malam.
Dua pasien keracunan yang hingga kemarin masih dirawat di RSUD Mangusada masing-masing I Made Sudana, 71, dan Rai Suparta, 31. Keduanya merupakan krama dari Banjar Tambak Sari, Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi. Pihak rumah sakit masih melakukan observasi kedua pasien yang terus mengalami gejala diare tersebut.
Informasi yang dihimpun NusaBali, pasien atas nama Made Sudana sebetulnya sudah sempat diiizinkan pulang dari RSUD Mangusada, bersamaan dengan pasien-pasien lainnya, Sabtu malam. Namun, karena gejala diarenya kembali kambuh, pasien berusia 71 tahun ini dibawa lagi keluarganya ke RSUD Mangusada, Minggu pagi.
Dirut RSUD Mangusada, dr Wayan Gunarta, membenarkan hingga kemarin ada dua pasien keracunan yang masih dirawat. “Tim dokter masih melakukan observasi. Khusus untuk pasien berinisial RS (maksudnya Rai Suparta, Red) sehari sebelumnya sudah langsung kami opname, karena diarenya bercampur darah. Kami akan tunggu sehari lagi. Kalau sudah membaik, kemungkinan besok (hari ini) sudah boleh pulang dari RS,” ungkap dr Wayan Gunarta saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu kemarin.
Menurut dr Gunarta, pihaknya sejauh ini belum berani memastikan apa penyebab keracunan massal 124 krama Desa Adat Kapal usai ritual melasti di Pantai Seseh, Desa Munggu ini. Alasannya, masih menunggu uji laboratorium sampel makanan, muntahan, dan peralatan memasak nasi bungkus yang diusantap para korban. Seluruh sampel sudah dibawa petugas Dinas Kesehatan Provinsi Bali ke Denpasar untuk diuji.
Namun, berdasarkan diagnosa sementara, menurut dr Gunarta, para pasien keracunan rata-rata mengalami gastroenteritis akut. “Bahasa awam gastroenteritis akut adalah penyakit saluran pencernaan atau diare yang disebabkan karena makanan,” jelas,” papar birokrat asal Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal, Badung ini.
Disebutkan dr Gunarta, musibah keracunan massal usai ritual melasti serangkaian Nyepi Tahun Baru Saka 1939 ini menjadi perhatian serius pemerintah. Selain Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta, Gubernur Bali I Made Mangkus Patika juga sempat menjenguk pasien korban keracunan di RSUD Mangusada, Minggu pagi sekitar pukul 09.00 Wita. Gubernur Pastika kemarin datang bersama rombongan, sekaligus untuk sidak RSUD Mangusada.
Dikonfirmasi NusaBali terpisah, Minggu kemarn, Kasi Surveilans dan Imunisasi Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, I Gusti Agung Alit Naya, menyebutkan sejumlah sampel telah diamankan Dinas Kesehatan Provinsi Bali untuk diuji laboratorum. “Tadi (kemarin) sampel sudah dibawa petugas provinsi, antara lain, berupa satu nasi bungkus, muntahan pasien, dan sejumlah peralatan memasak,” jelas IGA Alit Naya.
Keracunan massal itu sendiri, sebagaimana diberitakan, menimpa 124 krama Desa Adat Kapal usai ritual melasti pada Saniscara Wage Julungwangi, Sabtu, 25 Maret 2017. Mereka berasar dari tiga banjar dat, masing-masing Banjar Tambak Sari, Banjar Muncan, dan Banjar Gegadon.
Data yang dihimpun hingga Sabtu malam pukul 20.00 Wita, ada 69 pasien keracunan yang dirawat di RSUD mangusada, termasuk Made Sudana dan Rai Parta. Selebihnya, dirawat di Puskesman Mengwi I, Puskesmas Mengwi II, dab Posko Kesehatan di depan Pura Dalem Selonding, Desa Adat Kapal.
Sementara itu, Bendesa Adat Kapal, I Ketut Sudarsana, mengatakan krama setempat sudah kembali beraktivitas normal sehari pasca keracunan massal, Minggu kemarin. “Mangkin sampun becik (sekarang sudah baik), sudah kondusif, dan beraktivitas normal,” terang Bendesa Ketut Sudarsana saat dikonfirmasi kemarin.
Menurut Sudarsana, berdasarkan hasil penelusuran, musibah keracunan 124 krama ini terjadi karena makanan yang dikonsumsi. Tapi, tidak dijelaskan rinci apakah makanan yang diolah kadaluwarsa atau bagaimana? “Iya itu memang karena makanan, tapi syukur sekarang sudah kondusif,” katanya sembari menyatakan krama desa adat kapal berjumlah 2.351 KK yang tinggal di 18 banjar. * asa
MANGUPURA, NusaBali
Dua (2) dari 124 paisen korban keracunan masih dirawat intensif di RSUD Mangusada, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung, Minggu (26/3). Sedangkan para korban lainnya akibat keracunan makanan saat prosesi ritual melasti di Pantai Seseh, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi ini sudah dipulangkan dari RSUD Mangusada, Sabtu (25/3) malam.
Dua pasien keracunan yang hingga kemarin masih dirawat di RSUD Mangusada masing-masing I Made Sudana, 71, dan Rai Suparta, 31. Keduanya merupakan krama dari Banjar Tambak Sari, Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi. Pihak rumah sakit masih melakukan observasi kedua pasien yang terus mengalami gejala diare tersebut.
Informasi yang dihimpun NusaBali, pasien atas nama Made Sudana sebetulnya sudah sempat diiizinkan pulang dari RSUD Mangusada, bersamaan dengan pasien-pasien lainnya, Sabtu malam. Namun, karena gejala diarenya kembali kambuh, pasien berusia 71 tahun ini dibawa lagi keluarganya ke RSUD Mangusada, Minggu pagi.
Dirut RSUD Mangusada, dr Wayan Gunarta, membenarkan hingga kemarin ada dua pasien keracunan yang masih dirawat. “Tim dokter masih melakukan observasi. Khusus untuk pasien berinisial RS (maksudnya Rai Suparta, Red) sehari sebelumnya sudah langsung kami opname, karena diarenya bercampur darah. Kami akan tunggu sehari lagi. Kalau sudah membaik, kemungkinan besok (hari ini) sudah boleh pulang dari RS,” ungkap dr Wayan Gunarta saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu kemarin.
Menurut dr Gunarta, pihaknya sejauh ini belum berani memastikan apa penyebab keracunan massal 124 krama Desa Adat Kapal usai ritual melasti di Pantai Seseh, Desa Munggu ini. Alasannya, masih menunggu uji laboratorium sampel makanan, muntahan, dan peralatan memasak nasi bungkus yang diusantap para korban. Seluruh sampel sudah dibawa petugas Dinas Kesehatan Provinsi Bali ke Denpasar untuk diuji.
Namun, berdasarkan diagnosa sementara, menurut dr Gunarta, para pasien keracunan rata-rata mengalami gastroenteritis akut. “Bahasa awam gastroenteritis akut adalah penyakit saluran pencernaan atau diare yang disebabkan karena makanan,” jelas,” papar birokrat asal Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal, Badung ini.
Disebutkan dr Gunarta, musibah keracunan massal usai ritual melasti serangkaian Nyepi Tahun Baru Saka 1939 ini menjadi perhatian serius pemerintah. Selain Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta, Gubernur Bali I Made Mangkus Patika juga sempat menjenguk pasien korban keracunan di RSUD Mangusada, Minggu pagi sekitar pukul 09.00 Wita. Gubernur Pastika kemarin datang bersama rombongan, sekaligus untuk sidak RSUD Mangusada.
Dikonfirmasi NusaBali terpisah, Minggu kemarn, Kasi Surveilans dan Imunisasi Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, I Gusti Agung Alit Naya, menyebutkan sejumlah sampel telah diamankan Dinas Kesehatan Provinsi Bali untuk diuji laboratorum. “Tadi (kemarin) sampel sudah dibawa petugas provinsi, antara lain, berupa satu nasi bungkus, muntahan pasien, dan sejumlah peralatan memasak,” jelas IGA Alit Naya.
Keracunan massal itu sendiri, sebagaimana diberitakan, menimpa 124 krama Desa Adat Kapal usai ritual melasti pada Saniscara Wage Julungwangi, Sabtu, 25 Maret 2017. Mereka berasar dari tiga banjar dat, masing-masing Banjar Tambak Sari, Banjar Muncan, dan Banjar Gegadon.
Data yang dihimpun hingga Sabtu malam pukul 20.00 Wita, ada 69 pasien keracunan yang dirawat di RSUD mangusada, termasuk Made Sudana dan Rai Parta. Selebihnya, dirawat di Puskesman Mengwi I, Puskesmas Mengwi II, dab Posko Kesehatan di depan Pura Dalem Selonding, Desa Adat Kapal.
Sementara itu, Bendesa Adat Kapal, I Ketut Sudarsana, mengatakan krama setempat sudah kembali beraktivitas normal sehari pasca keracunan massal, Minggu kemarin. “Mangkin sampun becik (sekarang sudah baik), sudah kondusif, dan beraktivitas normal,” terang Bendesa Ketut Sudarsana saat dikonfirmasi kemarin.
Menurut Sudarsana, berdasarkan hasil penelusuran, musibah keracunan 124 krama ini terjadi karena makanan yang dikonsumsi. Tapi, tidak dijelaskan rinci apakah makanan yang diolah kadaluwarsa atau bagaimana? “Iya itu memang karena makanan, tapi syukur sekarang sudah kondusif,” katanya sembari menyatakan krama desa adat kapal berjumlah 2.351 KK yang tinggal di 18 banjar. * asa
Komentar