Hasto : Teguhkan Komitmen PDIP Menyatu dengan Rakyat
JAKARTA, NusaBali
Sekjen DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyatakan para kader partai harus selalu meneguhkan sikap ksatria dalam berpolitik.
Caranya dengan terus memperkuat persatuan dengan rakyat serta satu kata dan perbuatan dalam menyatu dengan Wong Cilik. Hal tersebut diungkapkan Hasto saat pagelaran wayang dengan lakon Bima Suci dalam rangka perayaan Bulan Bung Karno (BBK) 2022 di Halaman Masjid At Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Sabtu malam (25/6).
“Kisah Bima Suci menceritakan bahwa setiap satria, setiap pemimpin selalu mengalami ujian dan gemblengan, serta berteguh pada cita-cita,” ujar Hasto dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/6).
Menurut Hasto, bersatunya pemimpin dengan rakyat merupakan harapan yang ingin diperkuat oleh PDIP lewat pagelaran wayang oleh Ki Warseno Slank dengan lakon Bima Suci.
Hasto menjelaskan, setiap lakon pewayangan tidak hanya mengajarkan filosofi kehidupan, tapi juga apa yang terjadi dalam kehidupan nyata seperti pertarungan antara kebaikan dan angkara murka terjadi. Dalam lakon Bima Suci, tokoh Bima adalah salah satu dari anggota Pandawa.
Dia mengemban tugas suci di tengah kondisi negeri yang sedang kesulitan. Bima percaya kepada sang guru Pendeta Durna, dan akhirnya mencari Banyu Perwita Sari, yakni air kehidupan yang paling suci. Dijelaskan Hasto, dalam proses pencarian itu, seorang Bima menjadi salah satu tokoh idola Bung Karno dalam pewayangan.
Dia terus berjuang tanpa kenal menyerah. Dalam lakon itu, Bima menunjukkan sikap dan perbuatan seseorang yang oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri disebut sebagai seorang ksatria.
“Menurut Ibu Mega seorang ksatria, sama dengan harapan beliau terhadap kader-kader PDIP. Seorang yang tidak pernah menyerah dalam tugas, turun ke bawah menyatu dengan kekuatan rakyat. Itulah semangat gerakan PDIP. Turun ke bawah, tidak melakukan manuver politik ke atas, ke elite. Sebagai satu-satunya kekuatan PDIP adalah rakyat,” tegas Hasto.
Hasto melanjutkan, dalam proses pencariannya, Bima dihadapi dengan berbagai ujian. Akhirnya Bima bertemu dengan Dewa Ruci dan segala sesuatu yang awalnya terasa tidak mungkin, menjadi mungkin. Konsepsi “manunggal ing kawula gusti” atau kesatuan dengan Tuhan, dapat terlihat dalam cerita .
“Ketika Bima setelah mensucikan dirinya dengan berbagai laku-laku sebagai ksatria, itu sama dengan menghadapi ujian-ujian sebagai seorang pemimpin dan bertanggung jawab akan masa depan bangsa dan rakyatnya. Akhirnya Bima bisa masuk dalam diri Dewa Ruci dengan melihat jagat serba terbalik,” urai Hasto.
Hakikat itu, lanjut Hasto, pada dasarnya sama dengan harapan yang digelorakan Megawati dan PDIP. Seorang kader partai harus satu kata dan perbuatan. Dalam memperjuangkan rakyat, tidak boleh melihat apa untungnya.
"Tapi alam pikir dan alam rasa kita harus menyatukan kita, sehingga kader dan simpatisan PDIP bergerak menyatu dengan kekuatan Wong Cilik. Untuk itu, yang hadir adalah dedikasi dan keyakinan sebagaimana ditunjukkan oleh Bima,” jelas Hasto.
Pagelaran wayang sendiri dilaksanakan secara hybrid. Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri hadir secara daring dari kediamannya di Jalan Teuku Umar. Sementara secara fisik, pagelaran dihadiri ratusan warga sekitar Lenteng Agung (Jakarta Selatan) dan Depok (Jawa Barat).
Lalu Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto hadir di lokasi bersama Ketua DPP PDIP Nusyirwan Soedjono, dan Ketua Penyelenggara Gembong Warsono yang juga Ketua Fraksi PDIP DKI Jakarta. Dalam pagelaran itu, Dalang Ki Warseno Slank memberikan kado kepada Megawati Soekarnoputri yakni sebuah gendhing Jawa berjudul “Ibu Megawati”.
Lagu dilantunkan oleh para pesinden yang tampil bersama Ki Warseno Slank sebelum mempertontonkan lakon Bima Suci. Syairnya menceritakan tentang Megawati yang dilahirkan di Yogyakarta, anak kedua dari Bung Karno, Proklamator dan Presiden Pertama RI. Syair lagu mengisahkan kepemimpinan Megawati sebagai pemimpin perempuan di Indonesia.
Walau dari kecil ditempa banyak kesulitan, Megawati berhasil menjadi pemimpin bangsa dan Republik Indonesia. Petikan salah satu syairnya berbunyi, “Megawati Soekarnoputri, tresno konco tuwin negari, nate dadi Presiden RI, tansah setyo Ibu Pertiwi,". Artinya, Megawati Soekarnoputri, sayang pada teman juga negara, pernah jadi Presiden RI, setia pada Ibu Pertiwi. *k22
1
Komentar