Krama Sumberkima Nyalakan Lampu Saat Nyepi
Desa Pakraman Sumberkima, Kecamatan Gerokgak, Buleleng mendadak gaduh saat Sipeng Nyepi Tahun Baru Saka 1939, Selasa (28/3) malam.
Orang mencurigakan itu terlihat keluar masuk rumah warga di tengah kegelapan.
Karena curiga, krama Desa Pakraman Sumberkima sempat mengejar orang berpakaian serba putih tersebut. Sayang, orangnya tidak tertangkap karena keburu menghilang setelah turun ke sungai yang berada di kawasan Banjar Sumber Bunga, Desa Sumberkima.
Berawal dari kecurigaan itulah, pecalang Desa Pakraman Sumberkima konon minta krama setempat untuk menghidupkan lampu penerangan rumah, guna menghidari hal-hal yang tidak diinginkan. Informasi ini berkembang luas, hingga merembet ke isu penculikan anak. Nah, krama yang mendengar kabar tersebut juga ikut-ikutan nyalakan lampu penerangan rumah. Mereka tidak berani padamkan lampu. Walhasil, lampu rumah krama di Desa Pakraman Sumberkima terus menyala sejak Selasa malam pukul 23.00 Wita hingga ngembak geni Nyepi, Rabu (29/3) pagi pukul 06.00 Wita.
Kelian Desa Pakraman Sumberkima, Jero Ketut Kariasa, membenarkan terjadinya kegaduhan saat Sipeng Nyepi ini. Namun, menurut Jero Kariasa, hanya beberapa krama saja yang menghidupkan lampu penerangan rumah. Itu pun, tidak semua lampu di masing-masing rumah dihidupkan.
“Tumben seperti ini, isunya tidak jelas. Meweh tiyang, punapiang malih (Susah bagi saya, ya mau bagaimana lagi, Red). Tapi, tidak semua warga hidupkan lampu, hanya beberapa saja. Itu pun, hanya lampu depan saja,” terang Jero Kariasa saat dikonfirmasi NusaBali, Rabu (29/3).
Jero Kariasa menyebutkan, isu itu beredar cepat di kalangan warga, Selasa malam. Hingga Rabu kemarin, isu yang bikin gaduh suasdaan Nyepi itu belum diketahui benar atau tidak. Jero Kariasa mengaku belum sempat memastikan isu tersebut. “Saya belum tahu, apa kabar itu benar atau tidak? Katanya ada penculikan anak. Tapi, saya rasa itu hanya isu saja,” katanya.
Sementara itu, tiga remaja diamankan pecalang Desa Pakraman Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng saat Nyepi, Selasa lalu. Mereka diamankan karena ditemukan berkeliaran di Pantai Desa Bukti, Selasa sore pukul 17.30 Wita. Ketiganya digiring dan diinterograsi di Balai Dusun Bukti, sebelum diserahkan ke Polsek Kubutambahan.
Ketiga remaja yang diamankan karena berkeliaran saat Nyepi tersebut masing-masing I Gede AK, 17 (mengaku asal Dusun Sema, Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng), Ni Kadek FD, 16 (asal Dusun Celuk, Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Buleleng), dan Ni Kadek DMY, 17 (juga asal Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Buleleng).
Saat diinterograsi, ketiga remaja yang terdiri dari satu pria dan dua perempuan ini mengaku tidak membawa KTP. Kelian Desa Pakraman Bukti, Jro Gede Rumasta, menyatakan peristiwa bermula saat pecalang sedang patroli di kawasan pantai wewidangan desa, Selasa sore pukul 17.00 Wita.
Pecalang terkejut melihat dari kejauhan ada sekelompok orang berjumlah lima orang sedang naik jukung di pantai. Begitu didekati, hanya tiga remaja yang turun dari jukungnya. Sedangkan dua remaja lainnya (keduanya lelaki) masih berada di atas kukung, lalu kabur ke arah barat.
Nah, tiga remaja yang tertinggal di bibir pantai ini langsung diamankan pecalang. Saat ditanya, salah satu remaja mengaku hendak menengok ibunya yang telah cerai di Desa Bukti, karena dalam kondisi sakit. Remaja itu pun mengaku hendak belikan buat obat ibunya.
Namun, saat diminta identitasnya, ketiga remaja itu mengaku tidak membawa KTP. “Alasan mereka tidak masuk akal, mana ada toko buka saat Nyepi?” ungkap Jro Gede Rumasta, Rabu kemarin. Karena alasan yang tidak masuk akal tersebut, ketiga remaja yang ditemukan berkeliaran di pantai saat Nyepi ini langsung diserahkan ke Polsek Kubutambahan, untuk proses pemulangan ke rumah mereka masing-masing.
Terungkap, dua remaja perempuan yang mengaku asal Desa Sangsit, yakni Ni Kadek FD dan Ni Kadek DMY awalnya berjalan kaki dari Pantai Desa Sangsit menuju Pantai Desa Kubutambahan. Di sanalah mereka bertemu dengan Gede Angga Kusuma, berserta dua remaja pria lainnya yang berhasil kabur dan konon berasal dari Desa/Kecamatan Kubutambahan. “Dari Pantai Kubutambahan, kemudian mereka naik jukung menuju Pantai Desa Bukti,” ungkap Jro Rumasta.
Karena curiga, krama Desa Pakraman Sumberkima sempat mengejar orang berpakaian serba putih tersebut. Sayang, orangnya tidak tertangkap karena keburu menghilang setelah turun ke sungai yang berada di kawasan Banjar Sumber Bunga, Desa Sumberkima.
Berawal dari kecurigaan itulah, pecalang Desa Pakraman Sumberkima konon minta krama setempat untuk menghidupkan lampu penerangan rumah, guna menghidari hal-hal yang tidak diinginkan. Informasi ini berkembang luas, hingga merembet ke isu penculikan anak. Nah, krama yang mendengar kabar tersebut juga ikut-ikutan nyalakan lampu penerangan rumah. Mereka tidak berani padamkan lampu. Walhasil, lampu rumah krama di Desa Pakraman Sumberkima terus menyala sejak Selasa malam pukul 23.00 Wita hingga ngembak geni Nyepi, Rabu (29/3) pagi pukul 06.00 Wita.
Kelian Desa Pakraman Sumberkima, Jero Ketut Kariasa, membenarkan terjadinya kegaduhan saat Sipeng Nyepi ini. Namun, menurut Jero Kariasa, hanya beberapa krama saja yang menghidupkan lampu penerangan rumah. Itu pun, tidak semua lampu di masing-masing rumah dihidupkan.
“Tumben seperti ini, isunya tidak jelas. Meweh tiyang, punapiang malih (Susah bagi saya, ya mau bagaimana lagi, Red). Tapi, tidak semua warga hidupkan lampu, hanya beberapa saja. Itu pun, hanya lampu depan saja,” terang Jero Kariasa saat dikonfirmasi NusaBali, Rabu (29/3).
Jero Kariasa menyebutkan, isu itu beredar cepat di kalangan warga, Selasa malam. Hingga Rabu kemarin, isu yang bikin gaduh suasdaan Nyepi itu belum diketahui benar atau tidak. Jero Kariasa mengaku belum sempat memastikan isu tersebut. “Saya belum tahu, apa kabar itu benar atau tidak? Katanya ada penculikan anak. Tapi, saya rasa itu hanya isu saja,” katanya.
Sementara itu, tiga remaja diamankan pecalang Desa Pakraman Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng saat Nyepi, Selasa lalu. Mereka diamankan karena ditemukan berkeliaran di Pantai Desa Bukti, Selasa sore pukul 17.30 Wita. Ketiganya digiring dan diinterograsi di Balai Dusun Bukti, sebelum diserahkan ke Polsek Kubutambahan.
Ketiga remaja yang diamankan karena berkeliaran saat Nyepi tersebut masing-masing I Gede AK, 17 (mengaku asal Dusun Sema, Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng), Ni Kadek FD, 16 (asal Dusun Celuk, Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Buleleng), dan Ni Kadek DMY, 17 (juga asal Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Buleleng).
Saat diinterograsi, ketiga remaja yang terdiri dari satu pria dan dua perempuan ini mengaku tidak membawa KTP. Kelian Desa Pakraman Bukti, Jro Gede Rumasta, menyatakan peristiwa bermula saat pecalang sedang patroli di kawasan pantai wewidangan desa, Selasa sore pukul 17.00 Wita.
Pecalang terkejut melihat dari kejauhan ada sekelompok orang berjumlah lima orang sedang naik jukung di pantai. Begitu didekati, hanya tiga remaja yang turun dari jukungnya. Sedangkan dua remaja lainnya (keduanya lelaki) masih berada di atas kukung, lalu kabur ke arah barat.
Nah, tiga remaja yang tertinggal di bibir pantai ini langsung diamankan pecalang. Saat ditanya, salah satu remaja mengaku hendak menengok ibunya yang telah cerai di Desa Bukti, karena dalam kondisi sakit. Remaja itu pun mengaku hendak belikan buat obat ibunya.
Namun, saat diminta identitasnya, ketiga remaja itu mengaku tidak membawa KTP. “Alasan mereka tidak masuk akal, mana ada toko buka saat Nyepi?” ungkap Jro Gede Rumasta, Rabu kemarin. Karena alasan yang tidak masuk akal tersebut, ketiga remaja yang ditemukan berkeliaran di pantai saat Nyepi ini langsung diserahkan ke Polsek Kubutambahan, untuk proses pemulangan ke rumah mereka masing-masing.
Terungkap, dua remaja perempuan yang mengaku asal Desa Sangsit, yakni Ni Kadek FD dan Ni Kadek DMY awalnya berjalan kaki dari Pantai Desa Sangsit menuju Pantai Desa Kubutambahan. Di sanalah mereka bertemu dengan Gede Angga Kusuma, berserta dua remaja pria lainnya yang berhasil kabur dan konon berasal dari Desa/Kecamatan Kubutambahan. “Dari Pantai Kubutambahan, kemudian mereka naik jukung menuju Pantai Desa Bukti,” ungkap Jro Rumasta.
1
2
Komentar