Suka Majejahitan dan Mebat? Begini Cara Merawat Perkakasnya
DENPASAR, NusaBali.com – Orang Bali memang tidak bisa dilepaskan dari kegiatan mempersiapkan upacara keagamaan seperti majejahitan (merakit janur menjadi sesajen) dan mebat (mempersiapkan kuliner tradisional untuk pesta maupun sesajen).
Oleh karena itu, Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV juga terdapat pameran yang menyajikan perkakas khas Bali berlokasi di Gedung Ksirarnawa.
Menurut Made Budi Arsana, seorang penjaga pameran perkakas khas Bali dari usaha Pande Kriya Uttama, keawetan sebuah perkakas ditentukan oleh cara pemakaian dan lebih penting lagi adalah cara perawatannya. Ia pun mengaku beberapa pengunjung menanyakan kiat-kiat perawatan perkakas setelah membeli di jenama produk baja itu.
“Sampai di rumah, setelah dipakai harus dilap dengan kain bersih, kemudian diolesi minyak kelapa atau oli baru,” jelas Made sambil melayani pelanggan yang ingin membeli pisau dapur di jenama asal Tatasan Kelod, Tonja, Denpasar itu, Selasa (28/6/2022) siang.
Made menambahkan, setelah perkakas sudah tidak terlalu basah oleh minyak baru kemudian dimasukkan ke sarungnya.
Tidak berhenti di situ, untuk menjaga ketajaman perkakas harus diasah berkala. “Diasah paling bagus pakai ampelas 1000 (halus), pakai sangian (pengasah batu) juga bisa, cuma untuk tajamnya lama,” tutur Made.
Menurut Made, kalau memang bahan perkakas yang dibeli dari baja maka ketika lama tidak digunakan akan berwarna merah, sedangkan yang berasal dari baja campuran biasanya karatan.
Di kesempatan yang sama, Ayu Esti, seorang pengunjung yang datang menemani suaminya membeli pisau juga membagikan kebiasaannya dalam merawat perkakas.
“Yang namanya orang Bali tidak bisa lepas dari namanya dunia per-banten¬-an, perkakas harus dirawat dengan baik karena fungsinya itu,” kata Ayu sembari membantu suaminya memilih perkakas yang akan dibeli. Wanita asal Kerobokan, Badung itu mengaku sudah memakai pisau berbahan baja sampai 10 tahunan setelah dihadiahkan oleh seorang kerabat.
Selain menggunakan perkakas baja, Ayu juga menggunakan perkakas yang ia beli di sembarang tempat. “Biasanya saya majejahitan, awal-awal beli pisau di mana saja pasti tajam seperti yang dijual di asongan,” ungkap Ayu menceritakan pengalamannya memakai perkakas kualitas rendah.
“Yang dibeli di pinggir jalan harus diasah setiap saat, mau dipakai harus diasah dulu karena cepat tumpul, perawatannya itu harus bagus,” ujar Ayu. Selain itu, dia menambahkan cara penyimpanannya, setelah dipakai hendaknya dicuci kemudian diolesi minyak goreng yang baru. *rat
Komentar