nusabali

Tak Mau Dicap Haus Kekuasaan, Pastika Tak Restui Paket 'Kerta-Ayu'

  • www.nusabali.com-tak-mau-dicap-haus-kekuasaan-pastika-tak-restui-paket-kerta-ayu

Buyarlah skenario pasangan I Ketut Sudikerta-Ni Made Ayu Putri (Paket Kerta-Ayu) sebagai Calon Gubernur (Cagub)-Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Bali ke Pilgub 2018, yang diwacanakan di internal Golkar.

DENPASAR, NusaBali

Masalahnya, Gubernur Bali Made Mangku Pastika selaku suami dari Made Ayu Putri tidak merestui istrinya maju tarung ke Pilgub 2018, karena tak mau disebut haus kekuasaan.

Penegasan ini disampaikan Gubernur Mangku Pastika di Kantor Gubernuran, Niti Mandala Denpasar, Kamis (30/3). Pastika menegaskan, dirinya tidak pernah merestui Paket Kerta-Ayu yang menggelinding di internal Golkar. Pastika juga tidak pernah memberikan lampu hijau kepada istrinya, Made Ayu Putri alias Ayu Pastika, untuk maju tarung Pilgub Bali 2018.

Menurut Pastika, dirinya sudah menelepon Ketua DPD I Golkar Bali, Ketut Sudikerta, atas munculnya Paket Kerta-Ayu. “Dari mana itu bisa muncul (Paket Kerta-Ayu), saya tidak pernah tahu. Saya sudah telepon Pak Sudikerta. Katanya itu bukan dari dia. Nggak tahu ini, kamu dapat dari mana?” tanya Pastika kepada NusaBali.

Ketika disebutkan bahwa NusaBali mendapat kiriman dari nomor WA (WhatsApp) Wakil Gubernur Bali soal stiker Paket Kerta-Ayu, menurut Pastika, wacana pasangan ini belum pernah dikomunikasikan dengan dirinya maupun sang istri, Ayu Pastika. “Tidak pernah disampaikan kepada saya itu. Makanya, saya telepon Sudikerta. Saya kaget juga bacanya pagi-pagi saat menuju ke Besakih,” tutur Pastika.

Tapi, Sudikerta sampai saat ini belum pernah membantah munculnya Paket Kerta-Ayu? ”Ya, sekarang saya yang membantahnya. Jadi, jelas sekarang, saya bantah biar klir persoalannya. Dan, stop selesai sampai di sini Kerta-Ayu,” tandas Pastika yang juga anggota Dewan Pembina DPP Demokrat.

Soal adanya kabar putra sulungnya, I Putu Pasek Sandoz Prawirottama, juga dilirik Sudikerta sebagai tandem di posisi Cawagub Bali 2018, menurut Pastika, dirinya tidak akan membangun politik dinasti. Kalau sampai membangun politik dinasti, Pastika akan dicap haus kekuasaan.

“Saya tidak mau dicap haus kekuasaan, jadi saya tak mau bangun politik dinasti. Saya tidak pernah menyuruh, meminta, merestui anak saya, istri saya, pokoknya keluarga saya untuk maju berpolitik, apalagi maju tarung ke Pilgub Bali 2018,” tegas mantan Kapolda Bali dan Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (Kalakhar BNN) berpangkat Komisaris Jenderal Polisi (Purn) ini.

Pastika menyebutkan, kepercayaan rakyat kepada dirinya untuk memimpin Bali selama dua periode (2008-2013, 2013-2018), harus ada evaluasi dulu. Selesaikan dulu, setelah itu barulah memikirkan hal lain. Soal istrinya punya elektabilitas, kata Pastika, memang harus diakui itu.

“Istri Gubernur kok, ya terkenal-lah. Ke mana-mana orang tahu itu istri Gubernur. Setidaknya, jabatan macam-macam dipegang istri saya, ada Dekranasda, PKK, dan sebagainya. Tapi, kalau mau jadi Calon Wakil Gubernur Bali, ya nggaklah,” papar Gubernur Bali pertama asal kawasan utara Buleleng ini.

Alumni Akademi Kepolisian (Akpol) 1974 ini juga membeber dirinya punya pengalaman politik yang pahit. Menurut Pastika, perjalanan menjadi Gubernur Bali cukup tertatih-tatih, perjuangannya panjang untuk bisa memimpin Bali. “Berpolitik itu tidak gampang, banyak tantangannya. Memimpin itu juga tidak boleh emosi,” tandas Pastika.

“Memilih pemimpin juga jangan emosi, sering saya katakan itu. Jangan gambling-lah. Salah dikit pemimpin itu ambil kebijakan, bisa runyam. Jadi Gubernur bukanlah persoalan gampang,” lanjut Gubernur yang semasa SMA sempat nyambi jadi guru biar dapat uang, hingga kemudian dinobatkan sebagai ‘Asia Star 2003’ versi Majalah Time atas kesuksesannya mengungkap tragedi Bom Bali I 2002 ini.

Sayangnya, Ketut Sudikerta yang menempati posisi Cagub Bali 2018 dalam skenario Paket Kerta-Ayu, belum bisa dimintai konfirmasinya terkait pernyataan Pastika. Ketika Wakil Gubernur Bali 2013-2018 ini dihubungi NusaBali per telepon, Kamis kemarin, ponselnya bernada mailbox.

Sedangkan Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan DPD I Golkar Bali, I Gusti Putu Wijaya, mengatakan munculnya Paket Kerta-Ayu adalah aspirasi rakyat yang diterima kader Golkar di seluruh Bali. “Paket Kerta-Ayu kan memang disurvei. Namanya survei, siapa saja boleh disurvei. Kalau sekarang pihak Ayu Pastika atau Gubernur Mangku Pastika tidak bersedia, ya kami kembalikan kepada Pak Su-dikerta sebagai Cagub Bali dari Golkar sekaligus sebagai Ketua DPD I Golkar Bali,” jelas IGP Wijaya saat dikonfirmasi terpisah, Kamis kemarin.

Paket Kerta-Ayu sendiri sebelumnya merebak dan beredar luas stikernya lengkap dengan foto, Sabtu (25/3) lalu. Berselang empat hari kemudian, Kamis (29/3), Ketut Sudikerta mengakui kalau Paket Kerta-Ayu merupakan salah satu dari lima pasangan calon yang disurvei dan disimulasikan di internal Golkar.

Paket Kerta-Ayu disebut-sebut sebagai representasi kombinasi kekuatan Bali Selatan-Bali Utara. Sudikerta yang kini masih menjabat Wakil Gu-bernur Bali 2013-2018 adalah politisi Golkar asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Sedangkan Ayu Putri merupakan tokoh perempuan asal kawasan Busungbiu, Buleleng (barat).

Selain Paket Kerta-Ayu, ada 4 pasangan calon lagi yang disurvei dan disimulasikan Golkar, yakni Ketut Sudikerta-Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Ketut Sudikerta-Dewa Ketut Puspaka, Ketut Sudikerta-I Ketut Rochineng, dan Ketut Sudikerta-Tjokorda Ngurah Pemayun. IB Rai Mantra merupakan tokoh pengusaha asal kawasan Sumerta, Kecamatan Denpasar Timur yang saat ini masih menjabat Walikota Denpasar (2008-2010, 2010-2015, 2016-2021). Rai Mantra sudah dideklarasikan Partai NasDem sebagai Cagub Bali 2018.

Sementara Dewa Ketut Puspaka merupakan tokoh birokrasi asal Desa Ringdingkit, Kecamatan Seririt, Buleleng. Saat ini, Dewa Puspaka---yang mantan atlet bulutangkis andalan Bali---masih menjabat Sekda Kabupaten Buleleng. Sedangkan Ketut Rochineng merupakan tokoh birokrasi asal Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng yang kini masih menjabat Kelapa Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Bali. Sebaliknya, Tjokorda Ngurah Pemayun adalah tokoh birokrasi asal Puri Madangan, Desa Petak, Kecamatan Gianyar yang kini masih menjabat Sekda Provinsi Bali. * nat

Komentar