PMK, 20 Sapi dan 6 Godel Simantri Merta Diuma Dipotong Paksa
Di Buleleng 8 Positif, di Karangasem 7 Positif, 23 Terindikasi
GIANYAR, NusaBali
Sebanyak 20 induk sapi dan 6 anakan (godel) peliharaan Simantri Merta Diuma, Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, positif terjangkit virus penyakit mulut dan kuku (PMK).
Sementara di Kabupaten Buleleng, sebanyak 8 ekor sapi yang diternakkan oleh warga Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, dinyatakan positif PMK. Sapi-sapi tersebut sudah dipotong, dan peternakan sapi kini diisolasi dengan ketat. Di Karangasem, sebanyak 7 ekor sapi dinyatakan positif, sedangkan 23 ekor sapi terindikasi PMK.
Para petani yang tergabung di Simantri Merta Diuma mengikhlaskan ternak mereka dipotong paksa demi memutus rantai penyebaran virus. Petani dipastikan merugi, sebab satu ekor godel saja dalam kondisi sehat bisa ditaksir Rp 12 juta. Selain itu, selama 3 bulan ke depan, kandang sapi mereka juga harus dikosongkan.
Seperti diungkapkan salah seorang petani anggota Simantri Merta Diuma Desa Medahan, I Nyoman Sudiarsa saat ditemui di kandang kosongnya, Sabtu (2/7) siang. Nyoman Sudiarsa mengatakan gejala virus PMK menyerang ternak sapi mulai dirasakan awal Juni 2022.
“Saya lupa persisnya, yang jelas sebelum Galungan sapi-sapi di sini mulai tidak mau makan. Selang dua hari mulutnya berbusa, ada juga kukunya lepas. Tiap dua hari, virus ini menular sehingga seluruhnya 20 indukan dan 6 godel kondisinya sama,” ungkapnya.
Nyoman Sudiarsa tak bisa memastikan bagaimana asal muasal ternaknya bisa terjangkit virus. Seingatnya, sebelum kejadian di Simantri Merta Diuma terlebih dahulu virus ini terdeteksi di kelompok peternak di kawasan Selukat, Desa Keramas yang jaraknya cukup berdekatan. “Di sana ada sapi sampai tidak bisa jalan. Kemungkinan ada petani di sini tengok sapi ke sana. Tapi kami tidak tahu pasti bagaimana cara penularannya. Yang jelas begitu satu sapi di sini kena, semua ikutan kena. Mulutnya berbusa,” ucap staf Bagian Organisasi Pemkab Gianyar, ini.
Atas kondisi tersebut, Nyoman Sudiarsa dan petani lain melaporkan ke Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar. Bahkan disebutkan dari pihak Kementerian Pertanian ada turun melakukan pengecekan. “Memang waktu itu pertemuannya sangat tertutup. Semua pihak sudah turun, termasuk Kementan RI. Rapatnya agak jauh di pojok, supaya petani lain tidak panik,” ujarnya.
Dari hasil pertemuan disepakati untuk melakukan tindakan stamping out atau pemotongan paksa. “Petani di sini bisa dikatakan sangat baik, rela sapi mereka dipotong paksa demi memutus penyebaran virus. Kalau ada yang saklek, mungkin (sapinya) akan tetap dirawat meskipun akhirnya mati,” ucap Nyoman Sudiarsa.
Setelah disepakati itulah, sapi-sapi diangkut truk untuk disembelih di Rumah Potong Hewan Mambal, Kecamatan Abiansemal, Badung. “Kalau tidak salah, eksekusinya 14 Juni 2022 lalu. Ada sapi yang tidak bisa berdiri, kami dorong dan angkat naik ke bak truk,” kenangnya.
Nyoman Sudiarsa sempat menyaksikan proses stamping out tersebut. “Saya lihat kepala sapi dibelah, diambil sampel otak untuk diuji lab. Kulit-kulitnya dibakar,” ujarnya.
Pasca dipotong paksa, kandang sapi Simantri Merta Diuma kini kosong. Dan memang harus dikosongkan selama 3 bulan ke depan. Sembari para petani menunggu pembayaran dari sapi-sapi yang dipotong paksa tersebut. “Nanti kalau ada pembayaran, kami akan pakai beli sapi lagi,” ungkap Nyoman Sudiarsa. Namun berapa nilai pembayaran ganti rugi, pihaknya belum mengetahui. “Sudah pasti jauh dari harga normal sapi dalam kondisi sehat. Tapi berapapun itu pasti sangat membantu petani untuk memelihara sapi kembali,” tuturnya.
Selain 26 sapi Simantri Merta Diuma, ada 12 sapi peternak lain di Desa Medahan yang juga terjangkit. Sehingga total ada 38 ekor sapi di Desa Medahan, Gianyar yang terjangkit virus PMK. ”Di sini 26 ekor, di sekitar kami ada 4 lagi. Dan di Selukat ada 8 ekor. Itu dinas yang lebih tahu,” ucap Nyoman Sudiarsa.
Jika tidak terjangkit virus PMK, semestinya petani Simantri Merta Diuma sedang bersiap menjual godel-godel mereka. “Kalau sudah matusuk pasti siap jual, kami tidak bawa keluar. Pembeli yang langsung datang ke sini. Minimal harga godel jantan Rp 7.000.000,” ujarnya.
Di Kabupaten Buleleng, sebanyak 8 ekor sapi yang diternakkan oleh warga Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, dinyatakan positif mengalami PMK.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng I Made Sumiarta dikonfirmasi, Sabtu (2/7), menjelaskan gejala sapi terjangkit PMK dilaporkan peternak pada Kamis (9/6) lalu. Sebanyak 8 dari 21 ekor yang dipelihara secara koloni pada satu kandang menunjukkan gejala PMK dengan mulut keluar busa.
Balai Besar Veteriner (BBvet) Bali dan Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng kemudian melakukan investigasi langsung ke lokasi. Setelah diambil sampel dan pengujian laboratorium, delapan ekor sapi yang bergejala itu dinyatakan positif terjangkit PMK.
“Dari hasil penelusuran, tiga hari sebelumnya dekat dengan kandang sapi, sempat ada pemotongan kerbau persiapan penampahan Galungan. Ada kerbau yang didatangkan dari luar Buleleng, ada juga yang sudah lama dipelihara di Lokapaksa,” ucap Sumiarta.
Namun dari kecurigaan tersebut, pemerintah belum dapat memastikan asal penularan PMK. Sebab sampel daging kerbau potong tidak didapatkan oleh Dinas Pertanian dan BBvet untuk diuji laboratorium.
Sumiarta menjelaskan PMK yang dipicu oleh virus dapat ditularkan melalui beberapa media. Tidak hanya kontak langsung hewan, bisa juga melalui udara, melalui peternak hingga kendaraan pengangkut ternak. Penanganan sapi yang dinyatakan positif PMK sesuai prosedur dianjurkan untuk dipotong, sehingga bisa memutus mata rantai virus.
Pemotongan sapi positif PMK hanya dapat diambil dagingnya. Sedangkan bagian kepala, tulang, dan perut wajib dibakar setelah disembelih. “Kalau dagingnya masih bisa dikonsumsi, dengan catatan diproses dengan pematangan. Karena virus ini juga tidak dapat menulari manusia,” jelas Sumiarta.
Sebagai langkah pencegahan, kandang sapi di Lokapaksa tersebut sudah diisolasi dengan ketat. Petugas juga telah melakukan penyemprotan disinfektan pada kandang sapi untuk mengantisipasi penularan. “Kami telah mengimbau kepada peternak pemilik sapi untuk melakukan isolasi ketat. Tidak boleh ada keluar masuk sapi ke kandang itu untuk sementara, termasuk yang memberi pakan sapi juga harus memakai prosedur yang ada,” tandas Sumiarta.
Para petani yang tergabung di Simantri Merta Diuma mengikhlaskan ternak mereka dipotong paksa demi memutus rantai penyebaran virus. Petani dipastikan merugi, sebab satu ekor godel saja dalam kondisi sehat bisa ditaksir Rp 12 juta. Selain itu, selama 3 bulan ke depan, kandang sapi mereka juga harus dikosongkan.
Seperti diungkapkan salah seorang petani anggota Simantri Merta Diuma Desa Medahan, I Nyoman Sudiarsa saat ditemui di kandang kosongnya, Sabtu (2/7) siang. Nyoman Sudiarsa mengatakan gejala virus PMK menyerang ternak sapi mulai dirasakan awal Juni 2022.
“Saya lupa persisnya, yang jelas sebelum Galungan sapi-sapi di sini mulai tidak mau makan. Selang dua hari mulutnya berbusa, ada juga kukunya lepas. Tiap dua hari, virus ini menular sehingga seluruhnya 20 indukan dan 6 godel kondisinya sama,” ungkapnya.
Nyoman Sudiarsa tak bisa memastikan bagaimana asal muasal ternaknya bisa terjangkit virus. Seingatnya, sebelum kejadian di Simantri Merta Diuma terlebih dahulu virus ini terdeteksi di kelompok peternak di kawasan Selukat, Desa Keramas yang jaraknya cukup berdekatan. “Di sana ada sapi sampai tidak bisa jalan. Kemungkinan ada petani di sini tengok sapi ke sana. Tapi kami tidak tahu pasti bagaimana cara penularannya. Yang jelas begitu satu sapi di sini kena, semua ikutan kena. Mulutnya berbusa,” ucap staf Bagian Organisasi Pemkab Gianyar, ini.
Atas kondisi tersebut, Nyoman Sudiarsa dan petani lain melaporkan ke Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar. Bahkan disebutkan dari pihak Kementerian Pertanian ada turun melakukan pengecekan. “Memang waktu itu pertemuannya sangat tertutup. Semua pihak sudah turun, termasuk Kementan RI. Rapatnya agak jauh di pojok, supaya petani lain tidak panik,” ujarnya.
Dari hasil pertemuan disepakati untuk melakukan tindakan stamping out atau pemotongan paksa. “Petani di sini bisa dikatakan sangat baik, rela sapi mereka dipotong paksa demi memutus penyebaran virus. Kalau ada yang saklek, mungkin (sapinya) akan tetap dirawat meskipun akhirnya mati,” ucap Nyoman Sudiarsa.
Setelah disepakati itulah, sapi-sapi diangkut truk untuk disembelih di Rumah Potong Hewan Mambal, Kecamatan Abiansemal, Badung. “Kalau tidak salah, eksekusinya 14 Juni 2022 lalu. Ada sapi yang tidak bisa berdiri, kami dorong dan angkat naik ke bak truk,” kenangnya.
Nyoman Sudiarsa sempat menyaksikan proses stamping out tersebut. “Saya lihat kepala sapi dibelah, diambil sampel otak untuk diuji lab. Kulit-kulitnya dibakar,” ujarnya.
Pasca dipotong paksa, kandang sapi Simantri Merta Diuma kini kosong. Dan memang harus dikosongkan selama 3 bulan ke depan. Sembari para petani menunggu pembayaran dari sapi-sapi yang dipotong paksa tersebut. “Nanti kalau ada pembayaran, kami akan pakai beli sapi lagi,” ungkap Nyoman Sudiarsa. Namun berapa nilai pembayaran ganti rugi, pihaknya belum mengetahui. “Sudah pasti jauh dari harga normal sapi dalam kondisi sehat. Tapi berapapun itu pasti sangat membantu petani untuk memelihara sapi kembali,” tuturnya.
Selain 26 sapi Simantri Merta Diuma, ada 12 sapi peternak lain di Desa Medahan yang juga terjangkit. Sehingga total ada 38 ekor sapi di Desa Medahan, Gianyar yang terjangkit virus PMK. ”Di sini 26 ekor, di sekitar kami ada 4 lagi. Dan di Selukat ada 8 ekor. Itu dinas yang lebih tahu,” ucap Nyoman Sudiarsa.
Jika tidak terjangkit virus PMK, semestinya petani Simantri Merta Diuma sedang bersiap menjual godel-godel mereka. “Kalau sudah matusuk pasti siap jual, kami tidak bawa keluar. Pembeli yang langsung datang ke sini. Minimal harga godel jantan Rp 7.000.000,” ujarnya.
Di Kabupaten Buleleng, sebanyak 8 ekor sapi yang diternakkan oleh warga Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, dinyatakan positif mengalami PMK.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng I Made Sumiarta dikonfirmasi, Sabtu (2/7), menjelaskan gejala sapi terjangkit PMK dilaporkan peternak pada Kamis (9/6) lalu. Sebanyak 8 dari 21 ekor yang dipelihara secara koloni pada satu kandang menunjukkan gejala PMK dengan mulut keluar busa.
Balai Besar Veteriner (BBvet) Bali dan Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng kemudian melakukan investigasi langsung ke lokasi. Setelah diambil sampel dan pengujian laboratorium, delapan ekor sapi yang bergejala itu dinyatakan positif terjangkit PMK.
“Dari hasil penelusuran, tiga hari sebelumnya dekat dengan kandang sapi, sempat ada pemotongan kerbau persiapan penampahan Galungan. Ada kerbau yang didatangkan dari luar Buleleng, ada juga yang sudah lama dipelihara di Lokapaksa,” ucap Sumiarta.
Namun dari kecurigaan tersebut, pemerintah belum dapat memastikan asal penularan PMK. Sebab sampel daging kerbau potong tidak didapatkan oleh Dinas Pertanian dan BBvet untuk diuji laboratorium.
Sumiarta menjelaskan PMK yang dipicu oleh virus dapat ditularkan melalui beberapa media. Tidak hanya kontak langsung hewan, bisa juga melalui udara, melalui peternak hingga kendaraan pengangkut ternak. Penanganan sapi yang dinyatakan positif PMK sesuai prosedur dianjurkan untuk dipotong, sehingga bisa memutus mata rantai virus.
Pemotongan sapi positif PMK hanya dapat diambil dagingnya. Sedangkan bagian kepala, tulang, dan perut wajib dibakar setelah disembelih. “Kalau dagingnya masih bisa dikonsumsi, dengan catatan diproses dengan pematangan. Karena virus ini juga tidak dapat menulari manusia,” jelas Sumiarta.
Sebagai langkah pencegahan, kandang sapi di Lokapaksa tersebut sudah diisolasi dengan ketat. Petugas juga telah melakukan penyemprotan disinfektan pada kandang sapi untuk mengantisipasi penularan. “Kami telah mengimbau kepada peternak pemilik sapi untuk melakukan isolasi ketat. Tidak boleh ada keluar masuk sapi ke kandang itu untuk sementara, termasuk yang memberi pakan sapi juga harus memakai prosedur yang ada,” tandas Sumiarta.
Sementara itu data Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, populasi sapi Bali mencapai 153.000 ekor. Populasi sapi terbanyak di Buleleng berada di Kecamatan Gerokgak. Dinas Pertanian mengaku sudah melakukan sosialisasi langkah pencegahan secara masif terhadap peternak sapi di Buleleng. Salah satunya dengan menjaga kebersihan dan higienitas kandang sapi dengan penyemprotan disinfektan secara berkala.
Selain pembatasan keluar masuk ternak sapi internal di Lokapaksa, Dinas Pertanian hingga kini belum membuka pengiriman maupun mendatangkan sapi dari luar Buleleng. Hal tersebut untuk mengantisipasi penyebaran PMK meluas.
Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng juga sedang menunggu hasil rakor dengan pemerintah pusat terkait penanganan dan pencegahan PMK. Rencananya pemerintah pusat akan memberikan vaksin PMK kepada ternak-ternak yang mengalami gejala.
“Mudah-mudahan rencana pemberian vaksin PMK ini bisa dilakukan di Buleleng. Yang disasar nanti yang sakit dulu, selanjutnya akan ada pendataan kembali untuk sapi-sapi yang sehat guna pencegahan penularan,” ucap pejabat asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng, ini.
Sementara Plt Kadis Pertanian Pangan dan Perikanan Karangasem Ida Bagus Putu Suastika memaparkan, hasil uji laboratorium baru saja diterima. Disebutkan bahwa 7 ekor sapi positif PMK, selebihnya 23 sapi masih terindikasi. “Hasil lab yang terindikasi ini belum turun,” kata Ida Bagus Suastika yang juga Staf Ahli Bupati Karangasem.
Sebanyak 7 ekor itu tersebar, 4 ekor dari Desa Menanga, Kecamatan Rendang dan 3 ekor dari Lingkungan Segara Katon, Kelurahan Karangasem.
Dijelaskannya, populasi sapi di Karangasem mencapai 127.578 ekor. Populasi sapi itu tersebar di delapan kecamatan: Kecamatan Rendang sebanyak 32.651 ekor, Kecamatan Sidemen sebanyak 6.201 ekor, Kecamatan Manggis sebanyak 7.899 ekor, Kecamatan Karangasem sebanyak 13.933 ekor, Kecamatan Abang sebanyak 21.997 ekor, Kecamatan Bebandem sebanyak 11.105 ekor, Kecamatan Selat sebanyak 4.944 ekor, dan Kecamatan Kubu sebanyak 28.848 ekor.
Sedangkan Ketua Kelompok Tani Nelayan dan Andalan (KTNA) Karangasem I Wayan Sumatra, mengatakan di daerah sentra penggemukan sapi, belum ditemukan adanya PMK. “Daerah sentra sapi di Karangasem kan di Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, belum ditemukan PMK di daerah itu, masih aman-aman saja,” kata Sumatra. *nvi, k23, k16
Komentar