Paruman Memanas, Polisi Amankan Kelian Desa
Kisruh Penetapan Kelian Desa Adat di Selumbung, Manggis
AMLAPURA, NusaBali
Paruman yang digelar Desa Adat Selumbung, Kecamatan Manggis, Karangasem, Minggu (3/7) berlangsung panas.
Bahkan Kelian Desa Adat (sebutan lain dari Bendesa Adat, Red), I Wayan Wiratma terpaksa diamankan oleh petugas kepolisian untuk mencegah peristiwa yang tak diinginkan.
Informasi yang dihimpun, paruman bertempat di Bale Banjar Kanginan, Desa Adat Selumbung, Kecamatan Manggis, Karangasem pada Redite Kliwon Pujut, Minggu kemarin pukul 07.00 Wita. Sebanyak 390 krama hadir dalam paruman tersebut. Paruman sendiri dipimpin oleh Kelian Desa Adat I Wayan Wiratma.
Namun paruman ternyata tidak berjalan mulus. Sejak awal paruman, krama terus mempertanyakan penetapan Kelian Desa Adat atau Bendesa Adat Selumbung, I Wayan Wiratma. Padahal sebelumnya Desa Adat Selumbung telah melakukan Ngadegang Kelian Desa Adat dan yang terpilih I Made Gede Toya Cahaya Surya yang juga mantan Kelian Desa Adat Selumbung periode 1985-1990. Ngadegang Kelian Desa Adat itu sendiri digelar di Wantilan Desa Adat Selumbung, Banjar Kaleran, Desa Adat Selumbung, Kecamatan Manggis, Karangasem, Minggu (9/1) lalu.
Sesuai awig-awig, unsur pimpinan di Desa Adat Selumbung menganut Catur Angga, yakni Kelian Desa Adat (Bendesa), Pasek, Penyarikan dan Kubayan. Masing-masing jabatan itu ditetapkan mengacu seserodan (keturunan). Sedangkan posisi Kelian Desa Adat saat ini, I Wayan Wiratma sesuai awig-awig selaku Kubayan, karena dia memang keturunan Kubayan, bukan Kelian Desa. Jabatan Kelian Desa Adat Selumbung sendiri vakum selama 12 tahun sejak Kelian Desa Adat sebelumnya, I Made Mandra, meninggal dunia pada tahun 2012.
Situasi di tengah krama menjadi panas, sebab belakangan muncul I Wayan Wiratma yang ditetapkan sebagai Kelian Desa Adat. Sementara jabatan Penyarikan tetap dipegang I Wayan Tinas dan jabatan Pasek dipegang I Wayan Kekeran. Jabatan Kubayan yang sebelumnya dijabat I Wayan Wiratma kini diisi I Wayan Rentia yang informasinya juga bukan seserodan Kubayan.
Maka di mata krama, muncul dua permasalahan, yakni I Wayan Wiratma sebagai kelian desa adat dan I Wayan Rentia sebagai kubayan. Maka saat paruman Desa Adat Selumbung kemarin, dijadikan momen oleh krama untuk melancarkan protes dan mempertanyakan hal tersebut. Saat paruman baru dibuka, krama keturunan Kelian Desa Adat, yakni I Wayan Sulandra langsung mempertanyakan legalitas I Wayan Wiratma sebagai kelian, padahal sebelumnya sebagai kubayan. "Kenapa I Wayan Wiratma jadi kelian padahal bukan berasal dari seserodan kelian dan tidak sesuai awig-awig," tanya Sulandra.
Sedangkan perwakilan keturunan Kubayan, yakni I Nyoman Sumerti juga menyayangkan kelian dijabat dari keturunan kubayan. "Banyak krama bilang dari kubayan jadi kelian, saya jadi malu," ujar Sumerti. Menanggapi pertanyaan krama ini, Wayan Wiratma menyarankan agar paruman mesti berjalan tertib, tidak berisik. Dia pun mengatakan bahwa Kubayan itu ngempon duwen desa.
"Kubayan perangkat desa, kedudukannya sama karena masuk dalam Catur Angga," ujar Wiratma yang mantan Sekwan DPRD Karangasem ini. Namun jawaban Wiratma dibalas krama yang hadir dengan kata ‘turunkan’ sembari bersorak-sorak.
Tak lama sejumlah krama berdiri dari tempat duduknya mendekati Wayan Wiratma. Melihat ada gelagat yang kurang kondusif, Kanit Intelkam Polsek Manggis Iptu I Nyoman Sukarma yang hadir di lokasi paruman langsung bergerak cepat mengamankan Wayan Wiratma. Kemudian menggiringnya meninggalkan lokasi paruman diantar menuju kediamannya di Banjar Kanginan.
Sejumlah petugas Polsek Manggis kemarin memang mengamankan lokasi paruman dipimpin Kapolsek Kompol I Ketut Eka Jaya didampingi Wakapolsek AKP I Komang Swajaya. Kepada NusaBali, I Wayan Wiratma saat dihubungi di kediamannya mengatakan krama yang hadiri paruman malah bersorak-sorak. "Mestinya tertib, 100 pertanyaan dilayangkan, saya akan jawab, tidak perlu sorak-sorak begitu," katanya. Dia kembali mengatakan bahwa Kelian Desa Adat atau Bendesa di Desa Adat Selumbung bukan jabatan pemucuk, hanya sebagai pelengkap Catur Angga.
Sementara pada, Minggu kemarin seratusan krama Desa Adat Selumbung, Kecamatan Manggis, Karangasem juga lakukan penggembokan pintu masuk Pura Bale Agung Desa Adat Selumbung. Aksi itu dinilai sebagai balasan, sebab sebelumnya pintu masuk Pura Bale Agung telah lebih dulu digembok I Wayan Wiratma selaku Kubayan Desa Adat Selumbung yang belakangan ditetapkan sebagai Kelian Desa Adat.
Aksi gembok pintu gerbang Pura Bale Agung di Banjar Kaleran, Desa Adat Selumbung, Kecamatan Manggis, Karangasem yang dilakukan pada pukul 11.00 Wita kemarin ini dikoordinasikan Kelian Desa Adat terpilih I Made Gede Toya Cahaya Surya.
Pura Bale Agung terdiri dari tiga pemedal, masing-masing berisi gerbang besi, kini ketiganya digembok. Sebelumnya ketiga gerbang itu juga telah digembok pihak desa, kuncinya dibawa Jro Mangku Made Pasek selaku Pamangku di Pura Bale Agung.
Aksi pasang gembok balasan dilakukan mengingat selama ini krama tidak leluasa dapat pelayanan saat hendak melakukan persembahyangan, karena terhalang gembok yang dipasang pihak prajuru desa sebelumnya. Sebelum melakukan aksinya terlebih dahulu seratusan krama mendatangi rumah Jro Mangku Made Pasek untuk meminta kunci gembok Pura Bale Agung. Namun Jro Mangku Made Pasek menolak dengan alasan gembok itu dipasang sejak lama.
"Ini kan telah lama dipasang gembok, kenapa datang ke sini ramai-ramai minta kunci," ujar Jro Mangku Made Pasek. Karena tak diberi kunci, maka krama sepakat membeli tiga gembok dan langsung menggembok pintu masuk Pura Bale Agung. "Biarkan saja berisi dua gembok, kan pihak prajuru atau pamangku yang berkepentingan tidak bisa masuk juga, nanti biar berkoordinasi dengan saya," jelas Made Toya Cahaya Surya.
Di bagian lain, Wayan Wiratma mengatakan gembok itu dipasang sejak tahun 2008. "Gembok dipasang atas keputusan paruman, awalnya ada orang gila masuk pura, ada sapi masuk pura, agar tidak ada pencuri masuk apalagi saat itu musim kehilangan pratima maka sepakat agar digembok, biar aman," jelas Wiratma. *k16
1
Komentar