Jelang Idul Adha, Harga Sapi di Pasar Beringkit Cetak Rekor
Cegah PMK, Sirkulasi Sapi Diperketat
MANGUPURA, NusaBali.com – Penyakit mulut dan kaki (PMK) yang merebak di beberapa kabupaten dan kota di Bali seperti Buleleng, Bangli, Gianyar, Karangasem, dan terbaru di Denpasar, membuat pasokan sapi ke beberapa pasar hewan seperti Pasar Beringkit di Badung mengalami penurunan sirkulasi sapi.
Sapi-sapi tersebut biasa dikirim ke luar Bali seperti Surabaya, Jakarta, dan Batam. “Saat ini, kami tidak tahu pengalihan pasarnya ke mana, kami hanya menyediakan tempat bertransaksi,” ungkap I Made Budayasa, Kepala Unit Pasar Hewan, Perusahaan Daerah (PD) Pasar Beringkit, saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (4/7/2022) siang.
Menurut I Made Sukantra, Direktur Utama PD Pasar Beringkit, pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk melakukan pencegahan PMK. “Sapi-sapi yang masuk kami cek dari daerah mana, kalau zona merah kami tolak, kalau bisa masuk kami semprotkan disinfektan Profectan. Selain itu, kami juga sudah buatkan spanduk pemberitahuan,” jelas Sukantra, Senin sore.
Penurunan jumlah pasokan yang dibarengi Idul Adha pada Minggu (10/7/2022) mendatang, dan wabah PMK yang mengapit Kabupaten Badung menyebabkan kenaikan harga tertinggi.
“Tahun lalu tidak ada virus PMK, harganya paling tinggi Rp 48.000 per kilogram berat hidup, tahun ini, Januari, Februari, Maret, harganya Rp 42.000 sampai Rp 43.000 per kilogram, saat ini Rp 54.000,” tutur Budiyasa.
Berdasarkan data sirkulasi sapi selama semester pertama tahun 2021 dan 2022 yang dibagikan Unit Pasar Hewan PD Pasar Beringkit kepada pewarta, jumlah pasokan masuk pada hari operasional, Rabu dan Minggu di tahun 2021 mencapai 38.876 ekor, sedangkan tahun ini menurun sebesar 27 persen menjadi 26.071 ekor. Di luar hari operasional pasokan mencapai 17.151 ekor pada tahun lalu dan kini menjadi 10.587 ekor sapi.
Kemudian, untuk sapi yang laku terjual di hari operasional pada tahun lalu sebesar 31.866 ekor dan untuk tahun ini menurun ke angka 22.713 ekor sapi. Di luar hari Rabu dan Minggu, tahun lalu sebesar 15.760 ekor sapi keluar dari Pasar Beringkit sedangkan tahun ini hanya mencapai 9.027 ekor.
“Tahun ini harganya mahal tetapi pasokannya turun,” tutur Made Murdika, salah satu saudagar sapi asal Tabanan, Senin siang.
Pria berusia 46 tahun itu mengaku belum khawatir dengan adanya PMK karena belum terdeteksi gejala penyakit tersebut pada ternaknya dan ia biasanya melakukan penyemprotan disinfektan.
Berbeda dengan Murdika, Wayan Kadra, salah satu peternak dan penjual sapi mengaku khawatir dengan kondisi saat ini. “Pasti was-was dengan adanya penyakit (PMK),” kata peternak berusia 45 tahun itu di sela-sela ia menunggu proses penimbangan, Senin siang.
Pria asal Kintamani itu mengaku bahwa ia melakukan beberapa usaha pencegahan PMK. “Saya sarankan lakukan pembersihan kandang, dimandikan, pakan dikontrol, untuk obat saat ini belum ada,” jelas Karda.
Saat berbincang santai dengan beberapa peternak, mereka mengharapkan masyarakat agar membeli sapi ke Pasar Beringkit karena prosedur operasional standar sirkulasi sapi di pasar tersebut terjamin dan terorganisir di bawah PD Pasar Beringkit. Hal ini berbeda dengan pemilik timbangan pribadi yang minim pengawasan. *rat
Komentar