Seluruh Pasar Hewan di Bali Tutup
Upaya Cegah Meluasnya Penularan PMK di Bali
Selama penutupan pasar sapi, pengelola Pasar Beringkit secara rutin akan lakukan biosecurity dengan melakukan penyemprotan disinfektan ke areal pasar.
DENPASAR, NusaBali
Sebagai dampak dari lockdown terhadap seluruh pergerakan ternak di semua level, baik antar kecamatan, kabupaten maupun provinsi, seluruh pasar hewan di Provinsi Bali ditutup terhitung sejak, Selasa (5/7). Penutupan dilakukan hingga kondisi membaik, diperkirakan hingga 14 hari ke depan atau 5-19 Juli.
“Sudah dilakukan penutupan pasar atau lockdown, sehingga tidak ada pergerakan ternak lagi. Apalagi antar pulau, tidak ada lagi pergerakan. Kita tuntaskan dulu penanggulangan ternak-ternak kita yang terindikasi PMK (Penyakit Mulut dan Kuku),” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi Bali, I Wayan Sunada, usai mengikuti rapat secara daring dengan Dirjen PKH dan Direktur KH Kementerian Pertanian di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Jalan WR Supratman, Denpasar, Selasa kemarin. Pasar hewan yang dimaksud bukan hanya sapi tetapi seluruh hewan berkuku ditutup total.
Pantauan NusaBali, mulai Selasa kemarin Pasar Hewan Beringkit di Mengwi, Badung yang merupakan pasar hewan terbesar di Bali sudah ditutup. Di pintu masuk pasar sudah dipasang spanduk pengumuman penutupan pasar sapi yang biasanya ramai pada hari Selasa, Rabu, Sabtu dan Minggu ini. Bahkan jelang Hari Raya Idul Adha pasar ramai setiap hari. Penghentian transaksi hanya berlaku untuk sapi dan hewan rentan terjangkit PMK.
“Benar, terhitung mulai 5 Juli hingga 19 Juli 2022, pasar sapi kita tutup. Termasuk juga tidak ada transaksi untuk hewan dengan kuku pecah dua seperti kambing dan kerbau,” ujar Direktur Utama Perumda Pasar Mangu Giri Sedana (MGS) Badung I Made Sukantra dikonfirmasi, Selasa malam.
Sukantra mengatakan, penutupan pasar sapi ini atas instruksi pemerintah pusat untuk mengantisipasi penyebaran PMK. Penutupan sementara ini juga berdasarkan intruksi dari Pemkab Badung melalui surat Nomer: 524/274/BPBD/2022 tentang Lockdown Sementara Transaksi Sapi Pasar Hewan Beringkit. Surat tertanggal 4 Juli 2022 ini ditandatangani Sekda Badung I Wayan Adi Arnawa.
Sukantra menambahkan, selama penutupan pasar sapi, pihaknya secara rutin akan melakukan biosecurity dengan melakukan penyemprotan disinfektan ke areal Pasar Sapi. Meski pasar sapi ditutup sementara, namun Sukantra menyebut aktivitas pasar hewan tetap buka untuk di luar pasar sapi dan hewan rentan PMK. “Untuk pasar unggas seperti ayam dan burung masih tetap buka,” katanya.
Sementara tiga pasar hewan di Kabupaten Karangasem juga ditutup berdasarkan hasil rapat yang dipimpin Asisten III Setda Karangasem Ida Bagus Putu Suastika di Ruang Kerja Sekda Karangasem, Jalan Ngurah Rai, Senin (4/7). Penutupan dilakukan selama 14 hari, yakni 4-18 Juli. Akibat penutupan kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.
Asisten III Setdakab Karangasem yang juga Plt Kadis Pertanian Pangan dan Peternakan Karangasem Ida Bagus Putu Suastika mengatakan penutupan tiga pasar hewan itu katanya dituangkan dalam surat keputusan Nomor 510/1303/Diskoperindag/DAG, per 4 Juli 2022, perihal penutupan pasar hewan. Ketiga pasar itu, yakni Pasar Hewan Rubaya di Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, Pasar Hewan Bebandem di Desa/Kecamatan Bebandem, dan Pasar Hewan Pempatan di Desa Pempatan, Kecamatan Rendang.
Selama penutupan akan dilakukan sosialisasi tentang penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) di Karangasem kepada pedagang dan peternak, selanjutnya melakukan evaluasi perkembangan penyebaran PMK, sedangkan mengenai pelaksanaan vaksinasi kepada ternak sapi, belum ditetapkan.
“Makanya dengan adanya penyebaran PMK, agar peternak sapi lebih waspada, pemerintah melakukan langkah cepat menutup aktivitas pasar, agar penyebaran PMK tidak semakin meluas,” jelasnya. Petugas di lapangan dengan mengoptimalkan tenaga penyuluh terus melakukan tracing, terutama radius 10 kilometer dari lokasi yang sempat ditemukan positif PMK, yakni 4 ekor di Banjar Menanga Kawan, Desa Menanga, Kecamatan Rendang dan 3 ekor di Lingkungan Segara Katon, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem. Syukurnya 7 ekor yang PMK itu telah dinyatakan sembuh, meski demikian tetap dikarantina.
Mengenai kerugian ratusan juta rupiah terjadi akibat PMK, IB Putu Suastika mengakuinya. “Selain rugi tanpa ada pemasukan PAD, juga peternak rugi, tidak bisa jual sapi, bahkan harga sapinya diperkirakan anjlok,” tambah mantan Kadis Perhubungan dan Kepala Kesbangpol Karangasem.
Penutupan serupa juga dilakukan pada Pasar Hewan Kayuambua yang berlokasi di Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli mulai, Selasa kemarin. Aktivitasi pasar tersebut dihentikan sementara waktu guna meminimalisir penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di wilayah Bangli. Seperti diketahui Pasar Hewan Kayuambua buka setiap tiga hari sekali, yakni pada saat Beteng.
Koordinator Pasar Hewan Kayuambua, I Nengah Degdeg menjelaskan penutupan Pasar Kayuambua dilakukan selama 14 hari ke depan. Penutupan ini dilakukan setelah adanya instruksi dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Bali. "Baru kemarin diinstruksikan untuk me-lockdown aktivitas jual beli hewan berkuku belah di pasar ini. Penutupan Pasar Hewan Kayuambua dilakukan dari tadi pagi (kemarin)," ungkapnya.
Diakui dengan adanya penutupan Pasar Hewan Kayuambua, berpengaruh pada transaksi jual beli sapi di Pasar Hewan Kayuambua. Dipastikan akan terjadi penurunan yang cukup siginifikan. Terlebih, pedagang di Pasar Hewan Kayuambua ini juga dimanfaatkan oleh pedagang dari luar Bangli, seperti, Buleleng, Karangasem, Gianyar dan sekitarnya.
Ditambahkan pula, setiap pasaran di Pasar Hewan Kayuambua, rata-rata sapi yang masuk sebanyak 150 ekor. Namun jelang hari raya Idul Adha meningkat mencapai 200 ekor. Dari segi harga jelang Idul Adha, harga sapi juga mengalami kenaikan. Pria asal Desa Tiga ini mencontohkan, harga sapi yang beratnya di bawah 350 kilogram dihargai seharga Rp 48.000 per kilogram naik menjadi Rp 50.000 per kilogram. Sedangkan untuk sapi dengan berat di atas 350 kilogram, sekarang harganya Rp 52.000 per kg. *ind, k17, k16, esa
“Sudah dilakukan penutupan pasar atau lockdown, sehingga tidak ada pergerakan ternak lagi. Apalagi antar pulau, tidak ada lagi pergerakan. Kita tuntaskan dulu penanggulangan ternak-ternak kita yang terindikasi PMK (Penyakit Mulut dan Kuku),” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi Bali, I Wayan Sunada, usai mengikuti rapat secara daring dengan Dirjen PKH dan Direktur KH Kementerian Pertanian di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Jalan WR Supratman, Denpasar, Selasa kemarin. Pasar hewan yang dimaksud bukan hanya sapi tetapi seluruh hewan berkuku ditutup total.
Pantauan NusaBali, mulai Selasa kemarin Pasar Hewan Beringkit di Mengwi, Badung yang merupakan pasar hewan terbesar di Bali sudah ditutup. Di pintu masuk pasar sudah dipasang spanduk pengumuman penutupan pasar sapi yang biasanya ramai pada hari Selasa, Rabu, Sabtu dan Minggu ini. Bahkan jelang Hari Raya Idul Adha pasar ramai setiap hari. Penghentian transaksi hanya berlaku untuk sapi dan hewan rentan terjangkit PMK.
“Benar, terhitung mulai 5 Juli hingga 19 Juli 2022, pasar sapi kita tutup. Termasuk juga tidak ada transaksi untuk hewan dengan kuku pecah dua seperti kambing dan kerbau,” ujar Direktur Utama Perumda Pasar Mangu Giri Sedana (MGS) Badung I Made Sukantra dikonfirmasi, Selasa malam.
Sukantra mengatakan, penutupan pasar sapi ini atas instruksi pemerintah pusat untuk mengantisipasi penyebaran PMK. Penutupan sementara ini juga berdasarkan intruksi dari Pemkab Badung melalui surat Nomer: 524/274/BPBD/2022 tentang Lockdown Sementara Transaksi Sapi Pasar Hewan Beringkit. Surat tertanggal 4 Juli 2022 ini ditandatangani Sekda Badung I Wayan Adi Arnawa.
Sukantra menambahkan, selama penutupan pasar sapi, pihaknya secara rutin akan melakukan biosecurity dengan melakukan penyemprotan disinfektan ke areal Pasar Sapi. Meski pasar sapi ditutup sementara, namun Sukantra menyebut aktivitas pasar hewan tetap buka untuk di luar pasar sapi dan hewan rentan PMK. “Untuk pasar unggas seperti ayam dan burung masih tetap buka,” katanya.
Sementara tiga pasar hewan di Kabupaten Karangasem juga ditutup berdasarkan hasil rapat yang dipimpin Asisten III Setda Karangasem Ida Bagus Putu Suastika di Ruang Kerja Sekda Karangasem, Jalan Ngurah Rai, Senin (4/7). Penutupan dilakukan selama 14 hari, yakni 4-18 Juli. Akibat penutupan kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.
Asisten III Setdakab Karangasem yang juga Plt Kadis Pertanian Pangan dan Peternakan Karangasem Ida Bagus Putu Suastika mengatakan penutupan tiga pasar hewan itu katanya dituangkan dalam surat keputusan Nomor 510/1303/Diskoperindag/DAG, per 4 Juli 2022, perihal penutupan pasar hewan. Ketiga pasar itu, yakni Pasar Hewan Rubaya di Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, Pasar Hewan Bebandem di Desa/Kecamatan Bebandem, dan Pasar Hewan Pempatan di Desa Pempatan, Kecamatan Rendang.
Selama penutupan akan dilakukan sosialisasi tentang penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) di Karangasem kepada pedagang dan peternak, selanjutnya melakukan evaluasi perkembangan penyebaran PMK, sedangkan mengenai pelaksanaan vaksinasi kepada ternak sapi, belum ditetapkan.
“Makanya dengan adanya penyebaran PMK, agar peternak sapi lebih waspada, pemerintah melakukan langkah cepat menutup aktivitas pasar, agar penyebaran PMK tidak semakin meluas,” jelasnya. Petugas di lapangan dengan mengoptimalkan tenaga penyuluh terus melakukan tracing, terutama radius 10 kilometer dari lokasi yang sempat ditemukan positif PMK, yakni 4 ekor di Banjar Menanga Kawan, Desa Menanga, Kecamatan Rendang dan 3 ekor di Lingkungan Segara Katon, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem. Syukurnya 7 ekor yang PMK itu telah dinyatakan sembuh, meski demikian tetap dikarantina.
Mengenai kerugian ratusan juta rupiah terjadi akibat PMK, IB Putu Suastika mengakuinya. “Selain rugi tanpa ada pemasukan PAD, juga peternak rugi, tidak bisa jual sapi, bahkan harga sapinya diperkirakan anjlok,” tambah mantan Kadis Perhubungan dan Kepala Kesbangpol Karangasem.
Penutupan serupa juga dilakukan pada Pasar Hewan Kayuambua yang berlokasi di Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli mulai, Selasa kemarin. Aktivitasi pasar tersebut dihentikan sementara waktu guna meminimalisir penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di wilayah Bangli. Seperti diketahui Pasar Hewan Kayuambua buka setiap tiga hari sekali, yakni pada saat Beteng.
Koordinator Pasar Hewan Kayuambua, I Nengah Degdeg menjelaskan penutupan Pasar Kayuambua dilakukan selama 14 hari ke depan. Penutupan ini dilakukan setelah adanya instruksi dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Bali. "Baru kemarin diinstruksikan untuk me-lockdown aktivitas jual beli hewan berkuku belah di pasar ini. Penutupan Pasar Hewan Kayuambua dilakukan dari tadi pagi (kemarin)," ungkapnya.
Diakui dengan adanya penutupan Pasar Hewan Kayuambua, berpengaruh pada transaksi jual beli sapi di Pasar Hewan Kayuambua. Dipastikan akan terjadi penurunan yang cukup siginifikan. Terlebih, pedagang di Pasar Hewan Kayuambua ini juga dimanfaatkan oleh pedagang dari luar Bangli, seperti, Buleleng, Karangasem, Gianyar dan sekitarnya.
Ditambahkan pula, setiap pasaran di Pasar Hewan Kayuambua, rata-rata sapi yang masuk sebanyak 150 ekor. Namun jelang hari raya Idul Adha meningkat mencapai 200 ekor. Dari segi harga jelang Idul Adha, harga sapi juga mengalami kenaikan. Pria asal Desa Tiga ini mencontohkan, harga sapi yang beratnya di bawah 350 kilogram dihargai seharga Rp 48.000 per kilogram naik menjadi Rp 50.000 per kilogram. Sedangkan untuk sapi dengan berat di atas 350 kilogram, sekarang harganya Rp 52.000 per kg. *ind, k17, k16, esa
1
Komentar