Dari Studi Banding Forum Wartawan DPRD Bali ke Makassar
DPRD Bali Perlu Rancang Regulasi Cegah Alih Fungsi Lahan
MAKASSAR,NusaBali
DPRD Bali perlu merancang regulasi untuk mempertahankan lestarinya lahan pertanian di Bali, menyusul semakin menyusutnya lahan pertanian di Pulau Dewata, akibat alih fungsi lahan menjadi akomodasi pariwisata dan pemukiman.
“Lahan pertanian di Bali harus dipertahankan. Hal ini tidak terlepas dari regulasi yang disusun DPRD. Mudah-mudahan DPRD menghasilkan regulasinya, agar Bali bisa mempertahankan jalur hijau. Supaya alih fungsi lahan berkurang,” ujar Sekretariat Dewan (Sekwan) DPRD Bali Gede Suralaga di sela-sela kunjungan studi banding Forum Wartawan DPRD Provinsi Bali ke Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Rabu (6/7).
Kegiatan studi banding awak media yang didampingi Sekwan DPRD Bali untuk mengetahui tentang regulasi pertanian di provinsi yang dijuluki sebagai lumbung pangan nasional tersebut. Perlu di ketahui, berdasarkan data yang pernah diungkap pihak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian RI kepada NusaBali, dalam pertemuan dengan Komisi IV DPR RI, di Kecamatan Kuta Utara, Badung, Selasa (12/10/2021) lalu, Provinsi Bali kehilangan 1.568 hektar sawah setiap tahun. Pada tahun 1970 luas lahan pertanian di Bali mencapai 150.000 hektar. Saat ini, masih tersisa 70.000 hektar.
Sekwan DPRD Bali Suralaga menyampaikan, di Provinsi Bali sebenarnya juga terdapat wilayah pertanian yang justru dapat menghasilkan kebutuhan pangan yang melimpah. Namun belakangan ini, alih fungsi lahan pertanian mengkhawatirkan, sehingga lahan pertanian produktif semakin berkurang.
“Seperti diketahui Sulawesi Selatan di bidang pangan bisa surplus setiap tahunnya. Bisa surplus 2 juta ton per tahun. Untuk itu, kita ingin tahu terkait keberhasilan Sulawesi Selatan di bidang pertanian ini,” ujar birokrat asal Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng ini.
Suralaga menambahkan, situasi pandemi Covid-19 yang melumpuhkan dunia pariwisata di Provinsi Bali sangat mempengaruhi perekonamian masyarakat, sehingga banyak yang beralih ke pertanian. Maka tiada pilihan, selain memperkuat sektor pertanian di Bali. “Jangan sampai hanya mengandalkan pariwisata saja. Pertanian Bali juga bisa maju seperti Sulawesi Selatan,” ujar mantan Kepala Perwakilan Provinsi Bali di Jakarta ini.
Sementara Pejabat Fungsional Analis Ketahanan Pangan, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Selatan, Hasnawaty Habibie, menyampaikan di wilayah Sulawesi Selatan sangat didukung faktor iklim. Sehingga ketersediaan pangan selalu tercover setiap saat di Sulawesi Selatan.
“Sulawesi Selatan tidak pernah kekurangan pangan, karena didukung faktor iklim. Selain ketersediaan pangan setiap saat, di musim peralihan senantiasa ada hujan di setiap wilayah. Sehingga disebut dengan lumbung pangan internasional,” Hasnawaty. *yud
Komentar