Minuman Tradisional Bali Bisa Jadi Sumber Pengobatan
Dari Temu Wirasa (Sarasehan) Jantra Tradisi Bali II Tahun 2022 'Mretha Usadha Sidhi'
Penggunaan obat tradisional tidak bisa diuji klinis, sebab uji klinis ranah dari pihak medis, tetapi bisa diuji secara empiris, yaitu bukti nyata atau pengalaman pasien.
DENPASAR, NusaBali
Minuman tradisional Bali diramu sebagai obat terungkap dalam Temu Wirasa (Sarasehan) Jantra Tradisi Bali II Tahun 2022 dengan tema 'Mretha Usadha Sidhi' di Ruang Padma, Kantor Dinas Kebudayaan (Disbud) Bali serta daring melalui aplikasi video conference, Rabu (6/7). Pengetahuan ini dalam upaya memanfaatkan minuman tradisional Bali sebagai sumber pengobatan.
Peserta yang hadir dari kabupaten/kota se-Bali secara daring antara lain dari Dinas Kebudayaan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, perajin minuman tradisional, Gotra Pangusadha Provinsi Bali, Forum Komunikasi Penyehat Tradisonal, Penyuluh Bahasa Bali, Program Studi Ayur Weda Universitas Hindu Indonesia, Program Studi Yoga dan Kesehatan Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, serta masyarakat umum yang berkaitan mengenai pengobatan.
Narasumber Dr Nyoman Sukarta MHum menjelaskan berbagai manfaat dari minuman tuak, cuka, maupun arak, selain merupakan minuman alkohol tradisional Bali, juga bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit, dicampurkan dengan berbagai tanaman obat lainnya dan diracik menjadi ramuan hingga minuman.
Dengan mengkonsumsi minuman tradisional seperti tuak maupun arak, akademisi yang juga ahli pengobatan hipnoterapi ini menyebutkan secara umum ada beberapa manfaat baik bagi kesehatan, antara lain menjaga kehangatan tubuh, meredakan sariawan, sebagai obat penenang, melancarkan sistem pencernaan, serta kesehatan tulang. Selain memaparkan khasiat tuak, cuka, maupun arak sebagai obat tradisonal Bali, dia juga memberikan pandangan secara umum tentang membangkitkan kemampuan bawah sadar seseorang.
“Bagaimanapun upaya pengobatan yang dilakukan jika belum bisa membangkitkan kemampuan bawah sadar seseorang, dalam kondisi tertentu tidak akan dikehendaki kesembuhan,” katanya. Sementara narasumber kedua, Dr Ida Bagus Suatama membawakan materi mengenai loloh atau jamu berbahan dasar bahan lokal Bali sebagai pengobatan tradisional. Dalam pembuatan loloh, diupayakan menjaga kebersihan dan kehigienisannya termasuk juga aroma yang harus tetap dijaga. Tak hanya itu, dia juga menerangkan bagaimana seorang dukun atau ahli pengobatan tradisional Bali menerapkan cara-cara pengobatan pasien, mulai dari pengenalan penyakit, diagnosis, mewawancarai pasien, hingga menemukan solusi pengobatan yang sesuai.
Menurutnya seorang ahli pengobatan tradisional juga harus memiliki jiwa humoris, dan menjaga emosi serta ambisi yang berlebihan, sebab dalam proses pengobatan harus bisa mengelaborasi pasien, sehingga pasien yang mengalami sakit dalam hal ini hipertensi, penyembuhannya bisa lebih cepat dan optimal.
Lebih jauh Bagus Suatama menerangkan, seorang dukun (balian) juga harus menjaga etika, dalam mendiagnosis penyakit pasien tidak boleh sembarangan. “Diagnosa penyakit pada pasien tidak boleh sekadar meraba tubuh, dalam hal itu juga seorang dukun harus bisa menjaga etika dan sopan santun,” terangnya.
Bagus Suatama yang juga Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Hindu Indonesia ini menambahkan, terkait uji klinis disebutkan bahwa dalam penggunaan obat tradisional ini tidak bisa diuji klinis, sebab uji klinis adalah ranah dari Dinas Kesehatan maupun lembaga kesehatan medis. Akan tetapi bisa diuji secara empiris, yaitu bukti nyata atau pengalaman dari pasien yang merasakan langsung khasiat dan kesembuhannya.
Kepala Bidang Tradisi dan Warisan Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Ida Bagus Alit Suriana mengatakan, sarasehan serangkaian Jantra Tradisi Bali merupakan implementasi dari Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang penguatan dan pemajuan kebudayaan Bali di mana di dalamnya mencakup apresiasi budaya terhadap kearifan lokal, pengobatan tradisional, permainan rakyat, serta olahraga tradisional.
Menurut Bagus Alit Suriana, tema yang diangkat kali ini sejalan dengan konsep Danu Kerthi Huluning Amreta, yaitu memuliakan air sebagai sumber kehidupan. Pihaknya berharap, dengan terselenggaranya kegiatan ini mampu membangkitkan lagi sumber-sumber pengetahuan tradisional Bali, khususnya pengobatan tradisional kepada generasi muda maupun masyarakat luas secara umum, sehingga lebih mengetahui dan memahami pengobatan tradisional sebagai alternatif selain pengobatan medis. *cr78
Peserta yang hadir dari kabupaten/kota se-Bali secara daring antara lain dari Dinas Kebudayaan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, perajin minuman tradisional, Gotra Pangusadha Provinsi Bali, Forum Komunikasi Penyehat Tradisonal, Penyuluh Bahasa Bali, Program Studi Ayur Weda Universitas Hindu Indonesia, Program Studi Yoga dan Kesehatan Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, serta masyarakat umum yang berkaitan mengenai pengobatan.
Narasumber Dr Nyoman Sukarta MHum menjelaskan berbagai manfaat dari minuman tuak, cuka, maupun arak, selain merupakan minuman alkohol tradisional Bali, juga bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit, dicampurkan dengan berbagai tanaman obat lainnya dan diracik menjadi ramuan hingga minuman.
Dengan mengkonsumsi minuman tradisional seperti tuak maupun arak, akademisi yang juga ahli pengobatan hipnoterapi ini menyebutkan secara umum ada beberapa manfaat baik bagi kesehatan, antara lain menjaga kehangatan tubuh, meredakan sariawan, sebagai obat penenang, melancarkan sistem pencernaan, serta kesehatan tulang. Selain memaparkan khasiat tuak, cuka, maupun arak sebagai obat tradisonal Bali, dia juga memberikan pandangan secara umum tentang membangkitkan kemampuan bawah sadar seseorang.
“Bagaimanapun upaya pengobatan yang dilakukan jika belum bisa membangkitkan kemampuan bawah sadar seseorang, dalam kondisi tertentu tidak akan dikehendaki kesembuhan,” katanya. Sementara narasumber kedua, Dr Ida Bagus Suatama membawakan materi mengenai loloh atau jamu berbahan dasar bahan lokal Bali sebagai pengobatan tradisional. Dalam pembuatan loloh, diupayakan menjaga kebersihan dan kehigienisannya termasuk juga aroma yang harus tetap dijaga. Tak hanya itu, dia juga menerangkan bagaimana seorang dukun atau ahli pengobatan tradisional Bali menerapkan cara-cara pengobatan pasien, mulai dari pengenalan penyakit, diagnosis, mewawancarai pasien, hingga menemukan solusi pengobatan yang sesuai.
Menurutnya seorang ahli pengobatan tradisional juga harus memiliki jiwa humoris, dan menjaga emosi serta ambisi yang berlebihan, sebab dalam proses pengobatan harus bisa mengelaborasi pasien, sehingga pasien yang mengalami sakit dalam hal ini hipertensi, penyembuhannya bisa lebih cepat dan optimal.
Lebih jauh Bagus Suatama menerangkan, seorang dukun (balian) juga harus menjaga etika, dalam mendiagnosis penyakit pasien tidak boleh sembarangan. “Diagnosa penyakit pada pasien tidak boleh sekadar meraba tubuh, dalam hal itu juga seorang dukun harus bisa menjaga etika dan sopan santun,” terangnya.
Bagus Suatama yang juga Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Hindu Indonesia ini menambahkan, terkait uji klinis disebutkan bahwa dalam penggunaan obat tradisional ini tidak bisa diuji klinis, sebab uji klinis adalah ranah dari Dinas Kesehatan maupun lembaga kesehatan medis. Akan tetapi bisa diuji secara empiris, yaitu bukti nyata atau pengalaman dari pasien yang merasakan langsung khasiat dan kesembuhannya.
Kepala Bidang Tradisi dan Warisan Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Ida Bagus Alit Suriana mengatakan, sarasehan serangkaian Jantra Tradisi Bali merupakan implementasi dari Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang penguatan dan pemajuan kebudayaan Bali di mana di dalamnya mencakup apresiasi budaya terhadap kearifan lokal, pengobatan tradisional, permainan rakyat, serta olahraga tradisional.
Menurut Bagus Alit Suriana, tema yang diangkat kali ini sejalan dengan konsep Danu Kerthi Huluning Amreta, yaitu memuliakan air sebagai sumber kehidupan. Pihaknya berharap, dengan terselenggaranya kegiatan ini mampu membangkitkan lagi sumber-sumber pengetahuan tradisional Bali, khususnya pengobatan tradisional kepada generasi muda maupun masyarakat luas secara umum, sehingga lebih mengetahui dan memahami pengobatan tradisional sebagai alternatif selain pengobatan medis. *cr78
Komentar