Desa Marga Dauh Puri Perangi Hama Tikus
TABANAN, NusaBali
Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga menyatakan perang melawan hama tikus.
Hama tikus yang membuat gagal panes akan dibasmi dengan cara diracun mulai Jumat (8/7) sampai Minggu (10/7). Setidaknya hama tikus ini sudah menyerang sejak tiga bulan lalu sehingga para petani di lima subak mengalami gagal panen. Hama sempat mereda setelah subak melaksanakan upacara niskala mengusir hama. Hanya saja selang dua bulan hama tikus kembali mengganas.
Pemberantasan hama tikus ini akan dilakukan dengan cara diracun. Metode yang diterapkan dua jenis yakni dengan cara penyemprotan dengan enzim dan menebar racun lambung.
Perbekel Marga Dauh Puri I Wayan Wiryanata mengatakan pemberantasan hama tikus akan dilakukan bersama instansi terkait mulai dari TNI, Polri, Camat Penebel, Dinas Pertanian dan petani. “Kami akan lakukan tiga hari di lima subak untuk meracun hama ini,” ungkap Wiryanata, Kamis (8/7).
Lima subak yang akan melaksanakan kegiatan racun tikus ini adalah, Subak Uma Kaang, Subak Sidang Rapuh Dajanan, Subak Sidang Rapuh Delodan, Subak Tubuh, dan Subak Pucang. “Pemberantasan hama kami gunakan dua cara, dengan cara disemprot enzin bantuan dari yayasan, dengan cara menebar racun lambung bantuan dari desa,” katanya.
Menurut Wiryantara cara ini dilakukan karena hama tikus mengganas. Bahkan petani tak berani menanam palawija. Saat ini tanaman palawija seperti tomat, jagung, terong, yang sudah ditanam petani diserang. “Kalau jagung baru sekarang ditanam, besoknya bibit sudah hilang hingga tidak berani petani tanam lagi,” terangnya.
Menurut dia hama tikus sudah mulai menyerang sawah sejak tiga bulan lalu. Saat itu tanaman padi seluas 90 hektare gagal panen. “Habis padi memang petani menanam palawija, namun sama saja hama tikus menyerang,” keluhnya.
Dia pun berharap lewat pemberantasan dengan cara diracun ini hama semakin mereda. Sebab jika keterusan maka petani di wilayah lima subak ini akan merugi. “Kita harapkan cara ini bisa mengusir hama sampai ke akar-akarnya,” tandas Wiryantara. *des
Komentar