Sungkeman Awali Matatah Massal
Ritual sungkeman kepada orangtua awali prosesi Matatah (potong gigi) Massal di Banjar Adat/Desa Pakraman Griyana Kangin, Kecamatan Selat, Karangasem, Redite Paing Dunggulan, Minggu (2/4).
AMLAPURA, NusaBali
Ritual ini digelar di Balai Desa Pakraman Griyana Kangin, dengan mengupacarai 57 krama. Matatah tersebut didukung krama lima banjar patus di Desa Pakraman Griyana Kangin, yakni Banjar Patus Darma Sila, Darma Artha, Darma Yadnya, Darma Santi dan Darma Yasa Griyana Kangin. Prosesinya dipuput Ida Pedanda Istri Oka Keniten dari Griya Sanur Layahomba, Banjar Pegubugan, Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem.
Matatah itu juga dirangkai dengan upacara potong rambut diikuti 100 krama. Karena itu, ribuan krama datang menyaksikan seluruh rangkaian upacara tersebut.
Prosesi diawali pukul 03.00 Wita. Setiap krama yang hendak ikut matatah terlebih dahulu mohon restu kepada kedua orangtuanya dilakukan dengan cara sungkeman. Tujuannya, mohon restu agar upacara ini berjalan lancar.
Sebagaimana diketahui, Matatah bermakna melenyapkan enam musuh dalam diri atau sad ripu yakni kama (nafsu), lobha (tamak, rakus), krodha (kemarahan), moha (kebingungan), mada (mabuk) dan matsarya (dengki, iri hati).
Olah karena itu, matatah ditandai dengan memotong enam gigi bagian atas, agar sifat-sifat ripu (musuh) dalam diri lenyap. Setelah selesai mohon restu orangtua, maka satu persatu naik ke bale saka (tiyang) enam untuk giginya dipotong sang sangging (tukang tatah). Salah seorang sangging Ida Bagus Mangku Suyasa, menyebutkan makna matatah tersebut.
Ketua Panitia yang juga Kelian Banjar Adat Griyana Kangin I Nyoman Merta mengatakan, biaya dikenakan setiap krama menggelar upacara matatah Rp 200.000, sedangkan untuk upacara otonan Rp 150.000. “Tujuan menggelar upacara matatah massal, untuk meringankan biaya krama yang kurang mampu. Sebab, jika sendirian menggelar upacara itu bisa menelan biaya hingga Rp 30 juta,” jelas I Nyman Merta.
Metatah massal melibatkan empat sangging yakni IB Suyasa dari Griya Pekarangan, Banjar/Desa Duda, Kecamatan Selat, IB Gede Yadnya Basur dari Griya Duda, Kecamatan Selat, IB Darma Putra Mama dari Griya Taman, Banjar Pegubugan, Desa Duda, Selat dan Jro Mangku Mudayasa dari Banjar Griyana Kangin, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat. *k16
Matatah itu juga dirangkai dengan upacara potong rambut diikuti 100 krama. Karena itu, ribuan krama datang menyaksikan seluruh rangkaian upacara tersebut.
Prosesi diawali pukul 03.00 Wita. Setiap krama yang hendak ikut matatah terlebih dahulu mohon restu kepada kedua orangtuanya dilakukan dengan cara sungkeman. Tujuannya, mohon restu agar upacara ini berjalan lancar.
Sebagaimana diketahui, Matatah bermakna melenyapkan enam musuh dalam diri atau sad ripu yakni kama (nafsu), lobha (tamak, rakus), krodha (kemarahan), moha (kebingungan), mada (mabuk) dan matsarya (dengki, iri hati).
Olah karena itu, matatah ditandai dengan memotong enam gigi bagian atas, agar sifat-sifat ripu (musuh) dalam diri lenyap. Setelah selesai mohon restu orangtua, maka satu persatu naik ke bale saka (tiyang) enam untuk giginya dipotong sang sangging (tukang tatah). Salah seorang sangging Ida Bagus Mangku Suyasa, menyebutkan makna matatah tersebut.
Ketua Panitia yang juga Kelian Banjar Adat Griyana Kangin I Nyoman Merta mengatakan, biaya dikenakan setiap krama menggelar upacara matatah Rp 200.000, sedangkan untuk upacara otonan Rp 150.000. “Tujuan menggelar upacara matatah massal, untuk meringankan biaya krama yang kurang mampu. Sebab, jika sendirian menggelar upacara itu bisa menelan biaya hingga Rp 30 juta,” jelas I Nyman Merta.
Metatah massal melibatkan empat sangging yakni IB Suyasa dari Griya Pekarangan, Banjar/Desa Duda, Kecamatan Selat, IB Gede Yadnya Basur dari Griya Duda, Kecamatan Selat, IB Darma Putra Mama dari Griya Taman, Banjar Pegubugan, Desa Duda, Selat dan Jro Mangku Mudayasa dari Banjar Griyana Kangin, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat. *k16
Komentar