Industri Pariwisata Bidik Pasar Asean
Tak ada karantina dan bebas visa, pasar Asean sangat potensial untuk Bali
DENPASAR,NusaBali
Kalangan industri ikut menggenjot kedatangan wisman ke Bali. Salah satunya dengan menggarap pasar ‘ tetangga’ yakni negara Asean. Data terakhir per Juni, baru 2 dari 10 negara Asean yang masuk dalam 10 besar wisman ke Bali. Keduanya, Singapura dan Malaysia.
Wisman Singapura sebanyak 13.189 berada diurutan ketiga di bawah Australia dan India. Wisman asal Malaysia sebanyak 5.927 di posisi keenam. Di luar 10 besar adalah wisman asal Philipina 1.858 pada posisi dua belas.
“Dengan kebijakan tidak ada karantina, bebas visa dan kedekatan geografis, jelas pasar ASEAN sangat potensial untuk Bali ,” ujar Managing Director Pasifik Holidays Destination Management Company (DMC) I Nyoman Astama, Minggu (10/7).
Karena itulah, kata Astama sebagai pelaku industri, pihaknya juga berusaha untuk bisa membantu mendukung mendatangkan wisman dari negara- negara tetangga ASEAN.
Pasar Vietnam dan Philipina untuk sementara fokusnya.
Astama optimistis, keberlangsungan pasar wisman di kedua negara tersebut. Apalagi maskapai penerbangan dari keduanya sudah tersedia.
Viet Air, yang sudah mulai terbang per 28 April 2022 dua kali sehari dari Saigon dan ditambah sekali sehari dari Hanoi per 1 Juni 2022.
“Dengan asumsi load factor 80 persen, kita optimistis dengan potensi pasar Vietnam,” ujar Astama yang juga salah seorang pengurus Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali.
Menurut Astama, antusiasme wisatawan Vietnam ke Bali tinggi. Namun harus diimbangi dengan konsistensi kualitas produk dan pelayanan. Astama menambahkan, bahwa sampai saat ini para tour operator Vietnam menyoroti belum sepenuhnya hotel-hotel di Bali dibuka dan kurangnya pemeliharaan beberapa hotel yang sudah dibuka.
“Mereka juga menginginkan kuliner yang lebih variatif,” ucapnya.
Selain kuliner sea food atau ikan laut, wisman Vietnam juga suka dengan kuliner Bali, seperti bebek garing dan iga babi bakar.
“Itu saran dari partner tour operator di sana,” ungkap Astama tentang promosi yang melibatkan 40 tour operator di Hanoi pada 5-7 Juli.
Pertemuan B to B, Bertajuk ‘Acceleration of Bali Tourism Recovery through Collaboration of Stakeholder, dibuka Dubes RI di Hanoi HE. Mr Denny Abdi.
“Ini bagian dari Komitmen KBRI di Hanoi mendukung pemulihan pariwisata Bali, “ ujarnya. Selain potensi wisman Vietnam, wisman dari Philipina sudah pasti juga. Karena itulah, kata Astama Pasifik Holidays Destination Management Company (DMC) juga melakukan promosi ke Philipina.
“Dari data GIPI, wisman asal Philipina berada posisi 12 dari 20 negara asal wisman,” kata Astama. Sedang untuk penerbangan langsung ke Bali sudah dilakukan maskapai Cebu Pasifik. Intinya, tandas Astama kedatangan wisatawan, dalam hal ini wisman harus ditingkatkan. Hal itu mengingat jumlah kamar hotel di Bali lumayan banyak.
Sebelumnya indikasi masih belum optimal tingkat penghunian kamar hotel di Bali ditunjukkan dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali. Tercatat tingkat penghunian hotel di Bali masih berada dibawa 50 persen. Hal itu sebagaimana pada Mei lalu, dimana hotel berbintang tingkat hunian 37,25 persen dan tingkat hunian hotel non bintang baru 18,98 persen. Walau demikian tingkat penghunian kamar tersebut sudah meningkat dari bulan April. Peningkatannya 18,37 poin untuk hotel berbintang dan 21,05 point untuk hotel non bintang. *K17
Kalangan industri ikut menggenjot kedatangan wisman ke Bali. Salah satunya dengan menggarap pasar ‘ tetangga’ yakni negara Asean. Data terakhir per Juni, baru 2 dari 10 negara Asean yang masuk dalam 10 besar wisman ke Bali. Keduanya, Singapura dan Malaysia.
Wisman Singapura sebanyak 13.189 berada diurutan ketiga di bawah Australia dan India. Wisman asal Malaysia sebanyak 5.927 di posisi keenam. Di luar 10 besar adalah wisman asal Philipina 1.858 pada posisi dua belas.
“Dengan kebijakan tidak ada karantina, bebas visa dan kedekatan geografis, jelas pasar ASEAN sangat potensial untuk Bali ,” ujar Managing Director Pasifik Holidays Destination Management Company (DMC) I Nyoman Astama, Minggu (10/7).
Karena itulah, kata Astama sebagai pelaku industri, pihaknya juga berusaha untuk bisa membantu mendukung mendatangkan wisman dari negara- negara tetangga ASEAN.
Pasar Vietnam dan Philipina untuk sementara fokusnya.
Astama optimistis, keberlangsungan pasar wisman di kedua negara tersebut. Apalagi maskapai penerbangan dari keduanya sudah tersedia.
Viet Air, yang sudah mulai terbang per 28 April 2022 dua kali sehari dari Saigon dan ditambah sekali sehari dari Hanoi per 1 Juni 2022.
“Dengan asumsi load factor 80 persen, kita optimistis dengan potensi pasar Vietnam,” ujar Astama yang juga salah seorang pengurus Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali.
Menurut Astama, antusiasme wisatawan Vietnam ke Bali tinggi. Namun harus diimbangi dengan konsistensi kualitas produk dan pelayanan. Astama menambahkan, bahwa sampai saat ini para tour operator Vietnam menyoroti belum sepenuhnya hotel-hotel di Bali dibuka dan kurangnya pemeliharaan beberapa hotel yang sudah dibuka.
“Mereka juga menginginkan kuliner yang lebih variatif,” ucapnya.
Selain kuliner sea food atau ikan laut, wisman Vietnam juga suka dengan kuliner Bali, seperti bebek garing dan iga babi bakar.
“Itu saran dari partner tour operator di sana,” ungkap Astama tentang promosi yang melibatkan 40 tour operator di Hanoi pada 5-7 Juli.
Pertemuan B to B, Bertajuk ‘Acceleration of Bali Tourism Recovery through Collaboration of Stakeholder, dibuka Dubes RI di Hanoi HE. Mr Denny Abdi.
“Ini bagian dari Komitmen KBRI di Hanoi mendukung pemulihan pariwisata Bali, “ ujarnya. Selain potensi wisman Vietnam, wisman dari Philipina sudah pasti juga. Karena itulah, kata Astama Pasifik Holidays Destination Management Company (DMC) juga melakukan promosi ke Philipina.
“Dari data GIPI, wisman asal Philipina berada posisi 12 dari 20 negara asal wisman,” kata Astama. Sedang untuk penerbangan langsung ke Bali sudah dilakukan maskapai Cebu Pasifik. Intinya, tandas Astama kedatangan wisatawan, dalam hal ini wisman harus ditingkatkan. Hal itu mengingat jumlah kamar hotel di Bali lumayan banyak.
Sebelumnya indikasi masih belum optimal tingkat penghunian kamar hotel di Bali ditunjukkan dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali. Tercatat tingkat penghunian hotel di Bali masih berada dibawa 50 persen. Hal itu sebagaimana pada Mei lalu, dimana hotel berbintang tingkat hunian 37,25 persen dan tingkat hunian hotel non bintang baru 18,98 persen. Walau demikian tingkat penghunian kamar tersebut sudah meningkat dari bulan April. Peningkatannya 18,37 poin untuk hotel berbintang dan 21,05 point untuk hotel non bintang. *K17
Komentar