Kedonganan Bagikan 6,75 Ton Daging Babi
Warga Kedonganan tidak terpengaruh oleh isu bakteri Meningitis, karena selain daging yang akan dipotong sudah dicek oleh tim khusus, juga dilakukan sosialisasi cara pengolahan daging sebelum dikonsumsi oleh instansi terkait
MANGUPURA, NusaBali
Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung kembali menggelar tradisi Mapatung yakni membagikan daging babi kepada krama adat yang memenuhi syarat, Senin (3/4) kemarin. Dalam tradisi Mapatung yang disupport oleh Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Kedonganan ini sebanyak 120 ekor babi dipotong dan menghasilkan 6,75 ton daging dan dibagikan kepada 2.250 orang krama adat Kedonganan.
Hadir dalam kegiatan bagi-bagi daging babi, kemarin, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung IGAK Sudaratmaja, Camat Kuta I Gede Rai Wijaya, Lurah Kedonganan Nyoman Sudarta, dan Bendesa Adat Kedonganan I Ketut Puja.
Kepala LPD Kedonganan I Ketut Madra mengatakan, kegiatan pembagian daging babi yang dilakukan di LPD setempat, bersumber dari produk Simpanan Upacara Adat (Simpadat) LPD Kedonganan yang sudah berjalan 8 kali. Menurutnya, melalui program ini, LPD berperan sebagai lembaga yang ikut melestarikan budaya Bali dan penyangga keajegan Bali. Selain daging, LPD juga memberikan uang Rp 50 ribu untuk membeli bumbu.
"Krama yang boleh mendapatkan daging babi ini adalah krama yang memiliki saldo di LPD minimal Rp 200 ribu. Dan ini hampir semua warga memiliki saldo terendah itu. Sementara untuk keluarga yang non ngarep minimal saldonya Rp 70 juta baru bisa mendapatkan daging 3 kg. Kali ini yang saldonya minimal Rp 70 juta jumlahnya sekitar 800 orang, kalau sebelumnya hanya 500 orang. Ini adalah sesuatu yang luar biasa,” jelasnya. Ditambahkan, jumlah babi yang disediakan kali ini sebanyak 120 ekor. Jumlah ini dua kali lipat dari sebelumnya yakni 60 ekor babi.
Lebih lanjut Madra mengatakan, langkah ini juga merupakan bagian upaya LPD untuk meningkatkan ekonomi produktif desa adapt, karena babi yang dipotong ini dipelihara khusus untuk kegiatan Hari Raya Galungan. "Kami berikan modal ke masyarakat untuk pembibitan dan pakan, tapi kami yang memakainya. Tapi ini khusus untuk Penampahan Galungan saja karena ada MoU-nya. Daging ini kami jual kepada krama hanya Rp 40 ribu," tuturnya.
Sejauh ini, kata Madra, warga Kedonganan tidak terpengaruh oleh isu bakteri Meningitis, karena selain daging yang akan dipotong sudah dicek oleh tim khusus, juga dilakukan sosialisasi cara pengolahan daging sebelum dikonsumsi oleh instansi terkait.
Sementara itu, Kadis Pertanian dan Pangan, IGAK Sudaratmaja memberikan apresiasi atas apa yang dilakukan oleh Desa Adat bersam LPD Kedonganan ini. Menurutnya, Desa Adat Kedonganan merupakan satu-satunya desa yang tanggap darurat MSS. Kedepan kegaiatan seperti ini rencananya akan dikawal melalui pengecekan dari pemerintah agar daging yang dikonsumsi benar-benar sehat dan bersih dari penyakit. "Kami Sudah usulkan agar Penampahan tahun depan harus dikawal, saya minta dianggarkan di perubahan," ujarnya.
Bendesa Adat Kedonganan, Ketut Puja mengaku pihaknya sudah melakukan antisipasi dengan melakukan paruman desa dan bersurat kepada Kadis Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung untuk mengecek apakah daging yang dibagikan layak atau tidak dikonsumsi. "Kami harap kedepan agar setiap tradisi Galungan dan Kuningan di Kedonganan dan masing-masing desa adat agar dikawal sebelum dipotong dan dibagikan ke masyarakat sehingga bisa menepis isu MSS agar tidak ada keraguan masyarakat untuk mengonsumsi daging babi." * cr64
Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung kembali menggelar tradisi Mapatung yakni membagikan daging babi kepada krama adat yang memenuhi syarat, Senin (3/4) kemarin. Dalam tradisi Mapatung yang disupport oleh Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Kedonganan ini sebanyak 120 ekor babi dipotong dan menghasilkan 6,75 ton daging dan dibagikan kepada 2.250 orang krama adat Kedonganan.
Hadir dalam kegiatan bagi-bagi daging babi, kemarin, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung IGAK Sudaratmaja, Camat Kuta I Gede Rai Wijaya, Lurah Kedonganan Nyoman Sudarta, dan Bendesa Adat Kedonganan I Ketut Puja.
Kepala LPD Kedonganan I Ketut Madra mengatakan, kegiatan pembagian daging babi yang dilakukan di LPD setempat, bersumber dari produk Simpanan Upacara Adat (Simpadat) LPD Kedonganan yang sudah berjalan 8 kali. Menurutnya, melalui program ini, LPD berperan sebagai lembaga yang ikut melestarikan budaya Bali dan penyangga keajegan Bali. Selain daging, LPD juga memberikan uang Rp 50 ribu untuk membeli bumbu.
"Krama yang boleh mendapatkan daging babi ini adalah krama yang memiliki saldo di LPD minimal Rp 200 ribu. Dan ini hampir semua warga memiliki saldo terendah itu. Sementara untuk keluarga yang non ngarep minimal saldonya Rp 70 juta baru bisa mendapatkan daging 3 kg. Kali ini yang saldonya minimal Rp 70 juta jumlahnya sekitar 800 orang, kalau sebelumnya hanya 500 orang. Ini adalah sesuatu yang luar biasa,” jelasnya. Ditambahkan, jumlah babi yang disediakan kali ini sebanyak 120 ekor. Jumlah ini dua kali lipat dari sebelumnya yakni 60 ekor babi.
Lebih lanjut Madra mengatakan, langkah ini juga merupakan bagian upaya LPD untuk meningkatkan ekonomi produktif desa adapt, karena babi yang dipotong ini dipelihara khusus untuk kegiatan Hari Raya Galungan. "Kami berikan modal ke masyarakat untuk pembibitan dan pakan, tapi kami yang memakainya. Tapi ini khusus untuk Penampahan Galungan saja karena ada MoU-nya. Daging ini kami jual kepada krama hanya Rp 40 ribu," tuturnya.
Sejauh ini, kata Madra, warga Kedonganan tidak terpengaruh oleh isu bakteri Meningitis, karena selain daging yang akan dipotong sudah dicek oleh tim khusus, juga dilakukan sosialisasi cara pengolahan daging sebelum dikonsumsi oleh instansi terkait.
Sementara itu, Kadis Pertanian dan Pangan, IGAK Sudaratmaja memberikan apresiasi atas apa yang dilakukan oleh Desa Adat bersam LPD Kedonganan ini. Menurutnya, Desa Adat Kedonganan merupakan satu-satunya desa yang tanggap darurat MSS. Kedepan kegaiatan seperti ini rencananya akan dikawal melalui pengecekan dari pemerintah agar daging yang dikonsumsi benar-benar sehat dan bersih dari penyakit. "Kami Sudah usulkan agar Penampahan tahun depan harus dikawal, saya minta dianggarkan di perubahan," ujarnya.
Bendesa Adat Kedonganan, Ketut Puja mengaku pihaknya sudah melakukan antisipasi dengan melakukan paruman desa dan bersurat kepada Kadis Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung untuk mengecek apakah daging yang dibagikan layak atau tidak dikonsumsi. "Kami harap kedepan agar setiap tradisi Galungan dan Kuningan di Kedonganan dan masing-masing desa adat agar dikawal sebelum dipotong dan dibagikan ke masyarakat sehingga bisa menepis isu MSS agar tidak ada keraguan masyarakat untuk mengonsumsi daging babi." * cr64
1
Komentar