Peternak Tolak Sapinya Dipotong Bersyarat
Klaim Sapi Terindikasi PMK Bisa Sembuh 100 Persen
Peternak mengungkapkan sapi-sapi yang sakit diberikan vitamin dan antibiotik dan dinyatakan sehat kembali setelah 5 hari pasca perawatan.
SINGARAJA, NusaBali
Puluhan peternak sapi yang ternaknya terindikasi memiliki ciri-ciri Penyakit Kaki dan Mulut (PMK) di lima desa Kecamatan Gerokgak, Buleleng, menolak penanganan dengan pola pemotongan bersyarat. Keputusan itu ditegaskan pada sosialisasi yang dilakukan Satgas PMK Buleleng di GOR Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Jumat (15/7). Sejumlah peternak sapi mengklaim sapi-sapi yang sempat sakit tingkat kesembuhannya 100 persen.
Sosialisasi penanganan PMK juga dihadiri Ketua Satgas PMK Buleleng Gede Suyasa, Kapolres Buleleng AKBP I Made Dhanuardana, Dandim 1609/Buleleng Letkol Arh Tamaji, Anggota DPRD Buleleng Ketut Ngurah Arya dan sejumlah kepala dinas terkait. Puluhan peternak yang dihadirkan adalah pemilik 240 ekor sapi terindikasi PMK dari Desa Pengulon, Desa Tinga-Tinga, Desa Gerokgak, Desa Pejarakan dan Desa Sumberkima di Kecamatan Gerokgak.
Seorang peternak sapi I Komang Adi Wirawan menyatakan dengan tegas menolak skema pemotongan bersyarat pada sapinya yang sebelumnya dilaporkan mengalami gejala PMK. Hanya saja 5 ekor sapi betina yang dipeliharanya belum dapat dinyatakan positif PMK atau tidak karena belum dites laboratorium.
Namun sejak mengalami ciri-ciri mulut keluar busa dan hidung lecet, Adi Wirawan yang juga Perbekel Desa Tinga-Tinga ini sudah memanggil dokter hewan untuk pengobatan secara swadaya. Sapi-sapinya diberikan vitamin dan antibiotik dan dinyatakan sehat kembali setelah 5 hari pasca perawatan. Dia pun tegaskan menolak pemotongan bersyarat, meskipun pemerintah memberikan ganti rugi 5 kali lipat dari harga sapinya.
“Saya memelihara indukan, saya menolak untuk dilakukan pemotongan bersyarat pada sapi saya. Karena kenyataan setelah diobati dan dirawat kesembuhannya sangat tinggi dan tidak ada kematian. Sekarang sudah sehat semua, melahirkan anaknya selamat, makan minum juga sudah normal. Penolakan ini juga untuk melindungi populasi sapi Bali,” kata Adi Wirawan.
Hal senada juga diungkapkan Gede Muliada, peternak asal Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak. Dia yang memelihara 10 ekor sapi ngotot menyatakan akan mempertahankan sapi-sapinya. Sebab kini sapi yang dulunya sakit sudah kembali sehat. Sehingga pola pemotongan bersyarat, menurutnya belum tepat dilakukan pemerintah.
“Pertimbangan saya pribadi, karena sapi-sapi saya sampai saat ini masih hidup, cukup dengan penanganan dari dokter hewan dan juga diberi jamu tradisional. Kami mohon dengan sangat, mari sama-sama memperjuangkan sapi Bali. Lebih baik pemerintah melakukan pencegahan dengan vaksinasi dan juga penanganan pasca sakit saja,” ucap Muliada.
Sementara itu Ketua Satga PMK Buleleng Gede Suyasa usai sosialisasi kepada masyarakat menegaskan pemerintah kabupaten masih menunggu petunjuk teknis dari pemerintah pusat. Saat ini skema penanganan yang dianjurkan pemerintah pusat juga masih sangat dinamis.
“Sampai saat ini ketentuan yang harus diikuti masih dinamis sekali. Kemarin dari vidcon pejabat veteriner menentukan posisi sapi yang sehat maupun yang masih sakit. Tapi hari ini (Jumat) ada rapat lagi diharapkan dilakukan pemotongan bersyarat pada semua sapi yang terindikasi PMK, ini yang masih menunggu petunjuk teknis tertulis supaya bisa dijadikan rujukan,” kata Suyasa yang juga Sekda Buleleng ini.
Mengacu video conference (vidcon) terakhir, pemerintah pusat menawarkan skema potong bersyarat dan akan memberikan bantuan kepada peternak. Hanya saja sejauh ini besaran nilai bantuan yang akan diberikan belum disepakati pemerintah pusat. Suyasa pun menyebut, Pemkab Buleleng juga sempat menyusun skema pemberian bantuan bibit kepada peternak yang sapinya terindikasi PMK. Bantuan hibah itu rencananya akan dianggarkan pada APBD Perubahan.
Terkait kondisi di lapangan yang masih belum menemukan kesepakatan, Satgas PMK Buleleng akan melakukan pendataan kembali terkait sapi yang sudah sehat atau yang masih sakit. Data tersebut pun akan diupdate oleh pejabat veteriner. Ada skema bantuan, hanya saja bantuannya belum sampaikan secara lisan, apakah akan jadi petunjuk teknis resmi. Vidcon kemarin nilai berbeda dengan hari ini kami menunggu kepastian angka, sehingga kita bisa menawarkan, membujuk petani peternak potong bersyarat. Perkembangan data itu pun nanti akan disodorkan ke Satgas Provinsi dan Pusat, sembari menunggu keputusan resmi.
“Kami terus akan berdiskusi dan berkoordinasi dengan Satgas Provinsi maupun pusat untuk menunggu petunjuk lebih lanjut. Dari 240 ekor sapi yang terindikasi PMK di Gerokgak ini 16 petani sudah bersedia dipotong bersyarat. Harapannya semakin banyak peternak yang bersedia, skema juga akan diperhitungkan sehingga petani tidak merasa dirugikan,” tegas Suyasa. *k23
Sosialisasi penanganan PMK juga dihadiri Ketua Satgas PMK Buleleng Gede Suyasa, Kapolres Buleleng AKBP I Made Dhanuardana, Dandim 1609/Buleleng Letkol Arh Tamaji, Anggota DPRD Buleleng Ketut Ngurah Arya dan sejumlah kepala dinas terkait. Puluhan peternak yang dihadirkan adalah pemilik 240 ekor sapi terindikasi PMK dari Desa Pengulon, Desa Tinga-Tinga, Desa Gerokgak, Desa Pejarakan dan Desa Sumberkima di Kecamatan Gerokgak.
Seorang peternak sapi I Komang Adi Wirawan menyatakan dengan tegas menolak skema pemotongan bersyarat pada sapinya yang sebelumnya dilaporkan mengalami gejala PMK. Hanya saja 5 ekor sapi betina yang dipeliharanya belum dapat dinyatakan positif PMK atau tidak karena belum dites laboratorium.
Namun sejak mengalami ciri-ciri mulut keluar busa dan hidung lecet, Adi Wirawan yang juga Perbekel Desa Tinga-Tinga ini sudah memanggil dokter hewan untuk pengobatan secara swadaya. Sapi-sapinya diberikan vitamin dan antibiotik dan dinyatakan sehat kembali setelah 5 hari pasca perawatan. Dia pun tegaskan menolak pemotongan bersyarat, meskipun pemerintah memberikan ganti rugi 5 kali lipat dari harga sapinya.
“Saya memelihara indukan, saya menolak untuk dilakukan pemotongan bersyarat pada sapi saya. Karena kenyataan setelah diobati dan dirawat kesembuhannya sangat tinggi dan tidak ada kematian. Sekarang sudah sehat semua, melahirkan anaknya selamat, makan minum juga sudah normal. Penolakan ini juga untuk melindungi populasi sapi Bali,” kata Adi Wirawan.
Hal senada juga diungkapkan Gede Muliada, peternak asal Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak. Dia yang memelihara 10 ekor sapi ngotot menyatakan akan mempertahankan sapi-sapinya. Sebab kini sapi yang dulunya sakit sudah kembali sehat. Sehingga pola pemotongan bersyarat, menurutnya belum tepat dilakukan pemerintah.
“Pertimbangan saya pribadi, karena sapi-sapi saya sampai saat ini masih hidup, cukup dengan penanganan dari dokter hewan dan juga diberi jamu tradisional. Kami mohon dengan sangat, mari sama-sama memperjuangkan sapi Bali. Lebih baik pemerintah melakukan pencegahan dengan vaksinasi dan juga penanganan pasca sakit saja,” ucap Muliada.
Sementara itu Ketua Satga PMK Buleleng Gede Suyasa usai sosialisasi kepada masyarakat menegaskan pemerintah kabupaten masih menunggu petunjuk teknis dari pemerintah pusat. Saat ini skema penanganan yang dianjurkan pemerintah pusat juga masih sangat dinamis.
“Sampai saat ini ketentuan yang harus diikuti masih dinamis sekali. Kemarin dari vidcon pejabat veteriner menentukan posisi sapi yang sehat maupun yang masih sakit. Tapi hari ini (Jumat) ada rapat lagi diharapkan dilakukan pemotongan bersyarat pada semua sapi yang terindikasi PMK, ini yang masih menunggu petunjuk teknis tertulis supaya bisa dijadikan rujukan,” kata Suyasa yang juga Sekda Buleleng ini.
Mengacu video conference (vidcon) terakhir, pemerintah pusat menawarkan skema potong bersyarat dan akan memberikan bantuan kepada peternak. Hanya saja sejauh ini besaran nilai bantuan yang akan diberikan belum disepakati pemerintah pusat. Suyasa pun menyebut, Pemkab Buleleng juga sempat menyusun skema pemberian bantuan bibit kepada peternak yang sapinya terindikasi PMK. Bantuan hibah itu rencananya akan dianggarkan pada APBD Perubahan.
Terkait kondisi di lapangan yang masih belum menemukan kesepakatan, Satgas PMK Buleleng akan melakukan pendataan kembali terkait sapi yang sudah sehat atau yang masih sakit. Data tersebut pun akan diupdate oleh pejabat veteriner. Ada skema bantuan, hanya saja bantuannya belum sampaikan secara lisan, apakah akan jadi petunjuk teknis resmi. Vidcon kemarin nilai berbeda dengan hari ini kami menunggu kepastian angka, sehingga kita bisa menawarkan, membujuk petani peternak potong bersyarat. Perkembangan data itu pun nanti akan disodorkan ke Satgas Provinsi dan Pusat, sembari menunggu keputusan resmi.
“Kami terus akan berdiskusi dan berkoordinasi dengan Satgas Provinsi maupun pusat untuk menunggu petunjuk lebih lanjut. Dari 240 ekor sapi yang terindikasi PMK di Gerokgak ini 16 petani sudah bersedia dipotong bersyarat. Harapannya semakin banyak peternak yang bersedia, skema juga akan diperhitungkan sehingga petani tidak merasa dirugikan,” tegas Suyasa. *k23
1
Komentar