Gedong Kirtya Singaraja Gelar Pelatihan Menulis Lontar
Budayakan Tulis Lontar Sejak SMP
SINGARAJA, NusaBali - Tradisi menulis di atas lembar daun lontar atau nulis lontar, selama ini sangat asing bagi kebanyakan anak-anak dan remaja di Bali. Kondisi ini dirasakan oleh banyak kalangan, termasuk pemerintah.
Untuk itu, 80 siswa SMP se Kecamatan Banjar, Buleleng, dilatih menulis aksara Bali di atas daun lontar, beberapa waktu lalu.
Pelatihan yang bertajuk belajar bersama di Museum Gedong Kirtya Singaraja ini dimaksudkan untuk pengenalan dan pelestarian menulis lontar. 80 siswa kelas 8 dan kelas 9 SMP itu penuh semangat. Mereka tiba di Puri Seni Sasana Budaya, komplek Kantor Dinas Kebudayaan Buleleng pada pukul 08.00 Wita. Mereka pun kemudian diatur duduk melantai oleh panitia untuk bersiap mengikuti pembelajaran bersama cara menulis di atas daun lontar.
Oleh petugas, setiap anak diberikan sejumlah alat yang diperlukan untuk menulis di daun lontar. Mulai dari dulang, pengerupak, dua lembar daun lontar, arang, kapas hingga bantalan untuk menulis dna naskah cerita yang akan dialih aksarakan ke aksara Bali.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Lontar Gedong Kirtya Singaraja Dewa Ayu Putu Susilawati menggatakan, kegaitan belajar bersama menulis lontar tersebut sebagai pengenalan awal kepada generasi muda tentang kasnaah lontar. UPT Gedong Kirtya yang bernaung di bawah Dinas Kebudayaan Buleleng mengatakan keberadaan Museum Lontar Gedong Kirtya masih banyak tidak diketahui generasi muda. Bahkan tidak sedikit juga dari mereka belum pernah berkunjung dan melihat benda-benda apa saja yang tersimpan di museum lontar.
“Kami awali sebagai pengantar belajar menulis di atas daun lontar. Setelah mereka tahu teknis cara menulis, harapannya mereka juga mau berkunjung ke museum. Untuk mengenalkan museum juga bahwa museum bukan tempat barang antik dan kuno saja, tetapi juga bisa menjadi tempat edukasi dan entertainment,” ucap Dewa Ayu.
Menurutnya, Gedong Kirtya yang selama ini menyimpan ribuan cakep lontar dan juga buku kuno dan bersejarah, sayang jika hanya menjadi pajangan. Sedangkan ilmu yang terkandung di dalam sastra kuno ini banyak dicari dan diteliti oleh mahasiswa dan juga pelajar dari luar negeri.
Kegiatan belajar menulis lontar ini, disebutnya, merupakan kegiatan ketiga. Targetnya seluruh siswa SMP di Buleleng dapat disasar secara bergantian setiap tahunnya. Tahun ini UPT Gedong Kirtya menyiapkan kuota 150 orang. Sesi belajar bersama menulis lontar juga dilaksanakan Kamis (7/7) untuk 70 siswa SMP di Kecamatan Sukasada. “Harapan kami juga, setelah mereka ini tahu bagaimana menulis lontar, ke depannya agar terus diasah kemampuannya. Dari itu akan tercipta bibit-bibit baru dalam generasi pelestari budaya Bali,” jelas Dewa Ayu.
Salah seorang peserta, Putu Risna siswa kelas 8 SMP Satap Negeri 1 Banjar, mengaku baru pertama kali mendapat pengalaman menulis lontar. Dia pun mengakui tingkat kesulitan menulis lontar jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan menulis di kertas. “Cukup susah, karena lontarnya kaku jadi perlu lebih banyak tekanan. Tapi senang juga dapat pengalaman begini,” kata Risna. 7k23
1
Komentar