Kiai Miliarder Tapi Dermawan, Perjalanan Hidup KH Asep Saifuddin Chalim Dibedah di Bali
DENPASAR, NusaBali.com – Bedah buku menarik yang menyiratkan hubungan keagamaan dan kekayaan material bertajuk ‘Kiai Miliarder Tapi Dermawan’ digelar untuk pertama kalinya di Bali di Aula Institut Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali.
Bedah buku ini menghadirkan penulis buku, M Mas’ud Adnan, sang Kiai yakni KH Asep Saifuddin Chalim, tokoh pers dan mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, dan Wakil Rektor Institut Pesantren KH Abdul Chalim, Fadly Usman.
Menurut sang penulis, KH Asep berpenghasilan Rp 8 miliar setiap bulan, namun penghasilannya itu suka ‘dihambur-hamburkan.’ “Beliau meyakini salah satu hadits atau ajaran Islam bahwa bersedekah itu tidak mengurangi harta, melainkan memancing rezeki, dan beliau meyakini betul. Bukan separuh-separuh,” tutur Adnan di hadapan peserta bedah buku, Minggu (17/7/2022) siang.
Namun kesuksesan yang KH Asep raih di masa ini berbanding terbalik dengan kehidupan KH Asep muda. Meskipun merupakan putra ke-21 salah satu pendiri Nahdlatul Ulama, Abdul Chalim, ia merasakan hidup miskin karena sejak masih muda sudah ditinggalkan ayahanda sehingga harus putus sekolah.
Untuk menghidupi diri sendiri, KH Asep tetap mondok di pesantren di Sidoarjo. Ia bahkan harus mengendap ke dapur di malam hari ketika para santri sudah terlelap untuk mengais sisa makanan para santri agar perut laparnya terisi.
“Nah, ini bagi saya sebagai wartawan sangat menarik untuk diungkap ke publik agar menjadi inspirasi bagi masyarakat,” ungkap Adnan yang juga pemilik warta daring BangsaOnline.com ini.
Selain itu, dalam buku tersebut juga diceritakan masa lalu KH Asep yang ditolak 3 gadis karena kondisi kemiskinan yang ia hadapi di masa itu. “Setelah ditulis, bahkan menurut Kiai itu bukan 3 tetapi 5 gadis yang menolak,” ujar Adnan. Ia pun mengaitkan hal ini dengan kisah Nabi Muhammad SAW yang pernah ditolak oleh paman-Nya karena status yatim dan penggembala domba sang Nabi waktu itu.
Terlepas dari masa lalu dan masa sekarang, KH Asep merupakan pribadi yang konsekuen dan konsisten dengan keislaman dan keindonesiaan. Ia bahkan menolak sumbangan dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
“Saya katakan bahwa saya tidak ingin membebani Ibu karena saya sudah cukup membebani Ibu dengan tanggung jawab Jawa Timur yang maju, adil, dan makmur,” tegas sang Kiai Miliarder walaupun ia berkontribusi secara pribadi untuk mengampanyekan Khofifah.
Saat ini, di usianya yang sudah 67 tahun, KH Asep aktif dalam berikhtiar untuk memajukan pendidikan pesantren. Ia juga masih aktif mengajar dan mengasuh Pesantren Amanatul Ummah di Pacet, Mojokerto, Jawa Timur. *rat
Komentar