GUPBI Bali: Seluruh Sapi dan Babi di Bali akan Divaksin PMK
DENPASAR, NusaBali.com – Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali sebagai salah satu mitra pemerintah yang menjembatani komunikasi dengan para peternak dalam menanggulangi penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku (PMK), menyampaikan bahwa seluruh populasi sapi dan babi di Bali akan divaksin secara tuntas.
Pernyataan ini disampaikan oleh Ketua GUPBI Bali, I Ketut Hari Suyasa, saat ditemui NusaBali.com di Hotel Aston, Jalan Gatot Subroto, Denpasar, dalam sebuah acara, Kamis (21/7/2022) siang.
Selama wabah PMK menyebar di Pulau Bali, GUPBI memang dikenal sebagai pihak yang aktif membantu pemerintah dalam menyukseskan minimalisasi dampak wabah yang menyerang hewan berkaki belah itu.
GUPBI Bali bahkan sudah menyumbangkan 44.500 buah jarum suntik, 70 liter cairan disinfektan, dan bilik disinfektan untuk lalu lintas ternak di pintu masuk Pelabuhan Gilimanuk yang nilainya lebih dari Rp 30 juta, sejak awal wabah PMK menyebar di Jawa Timur.
GUPBI Bali bahkan juga terlibat dalam meyakinkan para peternak di Kecamatan Gerokgak, Buleleng untuk legawa ternaknya dilakukan pemotongan bersyarat.
“Kami selalu berkomunikasi dengan pemerintah pusat, tadi malam saya sudah berkomunikasi dengan pemerintah pusat terkait dengan lalu lintas antarwilayah, di mana Bali menjadi satu-satunya wilayah yang di-lockdown di seluruh Indonesia karena terkait G20,” jelas Hari Suyasa, Kamis siang.
Dari hasil komunikasi yang dilakukan Ketua GUPBI Bali dengan pemerintah pusat, ada kabar baik yang didapatkan mengenai giat vaksinasi ternak di Pulau Dewata.
“Tadi malam mulai ada sedikit kesepahaman dengan pemerintah tentang lalu lintas (ternak) ini, bahwa Bali akan divaksin secara tuntas, seluruh populasi sapi dan babi akan tervaksin di Bali,” ungkap Hari Suyasa, yang juga Tim Ahli Bupati Badung Bidang Politik itu.
Menurut lulusan Akuntansi, Universitas Pendidikan Nasional ini, Bali saat ini menguasai 90 persen pasar babi yang ada di Jakarta dan Pulau Jawa, di mana terdapat 15.000 ekor babi keluar Bali setiap bulannya.
“Dengan ditutupnya lalu lintas ternak ini, ada kepanikan di masyarakat terkait dengan penjualan produk merek yang sebelumnya terserap sempurna di luar Bali, hal inilah yang harus dipikirkan pemerintah,” tutur Hari Suyasa.
Kabar ini pun diharapkan para peternak babi yang selama ini merasakan ketimpangan perlakuan atas vaksinasi dan pelayanan kesehatan dari pemerintah. “Untuk sekarang ini masih ada kesenjangan, artinya dari ternak sapi saja yang mendapat vaksin, sedangkan ternak babi sampai saat ini sama sekali belum disentuh (vaksinasi),” ujar I Nyoman Oka, salah seorang peternak babi dan sapi dari Kabupaten Bangli saat ditemui NusaBali.com di kesempatan yang sama, Kamis siang.
Senada dengan rekannya, Made Robiana, peternak babi asal Kabupaten Gianyar, juga mengharapkan adanya giat yang lebih serius lagi dari pemerintah. “Saya rasa masih agak kurang terutama di peternakan, belum maksimal sosialisasinya tentang penyakit ini, penyebarannya, penanganannya, dan khusus vaksinasi di sekitar rumah saya (Desa Puhu, Payangan), belum ada sama sekali,” kata Robiana, yang juga Kelihan Dinas Banjar Semaon di Desa Puhu, Kecamatan Payangan.
Robiana berharap agar vaksinasi dapat dipercepat untuk sapi terlebih dahulu, kemudian, ia mengharapkan babi juga akan mendapat jatah vaksin. Hal yang sama juga diutarakan Oka, yang walaupun sudah menerapkan biosekuritas yang ketat, keberadaan vaksin merupakan pencegahan yang lebih efektif.
Ketua GUPBI Bali pun mengungkapkan bahwa babi bisa menjadi amplifier penularan PMK sehingga perlu dicegah sebelum terjadinya ‘letupan-letupan’ di masyarakat.
“Babi bila tertular PMK, walaupun ciri-ciri klinisnya tidak terlihat dan daya tahannya lebih kuat, tetapi babi bisa menjadi amplifier yang menularkan 3.000 kali lebih kuat dari sapi yang tertular itu sendiri, yang paling kuat itu melalui napas atau airborne, yang bisa melintasi radius 10km, inilah berbahayanya jika babi berdampak,” ucap Hari Suyasa.
Ia pun menyampaikan giat vaksinasi tuntas tersebut akan segera dilakukan dalam waktu dekat. “Mudah-mudahan itu akan dilakukan akhir bulan (Juli) ini atau bulan Agustus depan,” cetus Hari Suyasa kepada NusaBali.com, di sela-sela kesibukannya.
Dengan giat vaksin ini, Hari Suyasa berharap bahwa potensi lockdown untuk dibuka menjadi besar, sehingga lalu lintas ternak hidup kembali dan ekonomi masyarakat dapat kembali normal.
NusaBali.com mengonfirmasi kabar ini kepada Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada. Ia mengaku belum mendengar informasi ataupun berkomunikasi dengan GUPBI Bali. “Oh, belum ada (dengar), supaya tidak salah ya, ini (penanganan PMK dengan pemotongan bersyarat) dulu,” kata Sudana saat ditanya, Jumat (22/7/2022) siang. *rat
Komentar