PHDI dan Paguyuban Pinandita Bahas Matatah Massal Gratis
AMLAPURA, NusaBali
Paguyuban Pinandita Daksa Dharma Kecamatan Selat, Karangasem bersama PHDI Kecamatan Selat menggelar paruman dengan agenda upacara matatah (potong gigi) massal gratis yang digelar pada Purnama Katiga, Saniscara Wage Prangbakat, Sabtu (10/9).
Ketua PHDI Kecamatan Selat yang juga Kelian Paguyuban Pinandita Daksa Dharma Kecamatan Selat Jro Mangku Wayan Sudana memimpin paruman di kediaman Jro Mangku Sarjana, Banjar Alastunggal, Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem, Minggu (24/7). Lokasi matatah massal dibahas lebih lanjut dalam paruman-paruman berikutnya.
Jro Mangku Wayan Sudana mengatakan, paruman digelar setiap tiga bulan sekali, baru kali ini punya agenda melayani umat secara gratis. “Tujuannya untuk meringankan beban umat di tengah kesulitan ekonomi, tetapi upacara agar bisa tetap berjalan. Seluruh anggota Paguyuban Pinandita Daksa Dharma sepakat melaksanakan upacara itu," tambah cendikiawan Hindu dari Banjar Wates Tengah, Desa Duda Timur ini.
Paguyuban didirikan Ida Pandita Empu Nabe Tri Sadhu Daksa Natha dari Geria Taman Narmada, Banjar Wates Tengah, setelah tuntas melaksanakan upacara matatah massal rencananya berlanjut upacara sapu leger massal. “Tujuannya agar umat sedharma lengkap dapat pelayanan, bukan saja dapat pencerahan di bidang ilmu pengetahuan Agama Hindu, juga dapat pelayanan dalam hal pelaksanaan agama," lanjut anggota Babinsa Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat ini.
Rencananya di sela-sela menggelar upacara matatah massal, umat sedharma yang hadir juga diberikan pencerahan makna dari upacara tersebut. Matatah merupakan bagian dari upacara Manusa Yadnya agar terlepas dari pengaruh enam musuh dalam diri yang disebut Sadripu yakni kama (mengumbar hawa nafsu), lobha (serakah), krodha (marah), mada ( mabuk), moda (angkuh), dan matsarya (dengki dan iri hati).
Peserta matatah massal dari krama yang telah beranjak dewasa, enam gigi atas dipotong. "Potong gigi bukan berarti giginya dipotong, tetapi dikikir sekitar 2 mm," jelas Jro Mangku Wayan Sudana.
Setelah giginya dikikir, lalu diberikan mencicipi enam jenis rasa, pahit dan asam bermakna agar tabah menghadapi cobaan kehidupan yang keras, pedas bermakna dari kemarahan agar sabar dalam menghadapinya, sepat bermakna agar taat dengan segala peraturan dan norma-norma yang berlaku, asin bermakna kebijaksanaan dan manis bermakna kehidupan dijalani dengan bahagia. *k16
Komentar