Kadis Pertanian Bali Panen Padi Organik di Subak Jaka
TABANAN, NusaBali
Kadis Pertanian dan Ketahahan Pangan Provinsi Bali, Dr I Wayan Sunada, bersama petani panen padi organik di Subak Jaka, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan, Minggu (24/7).
Hasil panen padi organik 6 ton per hektare. Meningkat dari hasil panen sebelumnya 5,8 ton per hektare. Subak Jaka mengembangkan pertanian organik di lahan seluas 48 hektare. Gabah kering panen dijual ke Perusda Dharma Santika dengan harga Rp 5.300 kilogram.
Dr Wayan Sunada mengapresiasi petani Subak Jaka yang menerapkan pertanian organik. Sunada mengatakan, pendampingan kepada petani tak hanya dilakukan saat penanaman saja. Para petani juga diajarkan membuat pupuk cair maupun padat memanfaatkan bahan di lingkungan sekitar. “Kami edukasi petani membuat pupuk nabati dan hayati,” ungkap kadis asal Banjar Lodalang, Desa Kukuh, Marga, Tabanan ini.
Pekaseh Subak Jaka, Ir I Wayan Yusa mengatakan, panen padi organik di lahan seluas 48 hektare telah dimulai sejak Kamis (21/7) lalu. Meski hasil panen meningkat, namun ada sejumlah petani gagal panen. Penyebabnya padi gagal tumbuh akibat cuaca ekstrim. Agar panen berikutnya lebih bagus, jadwal tanam padi diundur. Biasanya mulai tanam padi di bulan Agustus, diundur pada bulan Oktober. Jeda tanam padi di bulan Agustus akan dimanfaatkan untuk tanam kedelai. Namun kedelai tidak akan dipanen melainkan digunakan sebagai pupuk. “Ini upaya mengeringkan tanah agar Ph tanah meningkat,” ungkap Jero Yusa yang juga pamangku di Pura Pungut ini. *des
Dr Wayan Sunada mengapresiasi petani Subak Jaka yang menerapkan pertanian organik. Sunada mengatakan, pendampingan kepada petani tak hanya dilakukan saat penanaman saja. Para petani juga diajarkan membuat pupuk cair maupun padat memanfaatkan bahan di lingkungan sekitar. “Kami edukasi petani membuat pupuk nabati dan hayati,” ungkap kadis asal Banjar Lodalang, Desa Kukuh, Marga, Tabanan ini.
Pekaseh Subak Jaka, Ir I Wayan Yusa mengatakan, panen padi organik di lahan seluas 48 hektare telah dimulai sejak Kamis (21/7) lalu. Meski hasil panen meningkat, namun ada sejumlah petani gagal panen. Penyebabnya padi gagal tumbuh akibat cuaca ekstrim. Agar panen berikutnya lebih bagus, jadwal tanam padi diundur. Biasanya mulai tanam padi di bulan Agustus, diundur pada bulan Oktober. Jeda tanam padi di bulan Agustus akan dimanfaatkan untuk tanam kedelai. Namun kedelai tidak akan dipanen melainkan digunakan sebagai pupuk. “Ini upaya mengeringkan tanah agar Ph tanah meningkat,” ungkap Jero Yusa yang juga pamangku di Pura Pungut ini. *des
Komentar