Lima Perupa 'Bali Five' Gelar Pameran untuk Donasi Pelestarian Hutan Kalimantan
Bangun Chemistry Saat Pandemi, Kini Gelar Pameran Bersama
Pameran ini terselenggara berkat jalinan persahabatan antara perupa ‘Bali Five’ dengan pasangan pemerhati lingkungan asal Jerman Mr Ernst dan Dian Fluegel.
MANGUPURA, NusaBali
Lima perupa Bali yang menghimpun diri ke dalam kelompok ‘Bali Five’ menggelar pameran bersama bertajuk ‘Bali Five Art Exhibition for Charity’ selama dua minggu mulai 23 Juli hingga 6 Agustus 2022. Uniknya, pameran tidak diselenggarakan di studio, galeri, museum ataupun hotel. Melainkan rumah pribadi milik pasangan pemerhati lingkungan asal Jerman di Villa Sri Malen, Jalan Pantai Berawa, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Badung. Karya-karya dalam pameran yang dibuka, Sabtu (23/7) itu nantinya akan didonasikan untuk pelestarian dan perlindungan hutan hujan di Kalimantan.
Kelima perupa Bali tersebut, antara lain I Made Wiradana, I Made Bakti Wiyasa, I Nyoman Loka Suara, Pande Nyoman Alit Wijaya Suta dan Ni Wayan Sutariyani. Pameran ini terselenggara berkat jalinan persahabatan antara perupa ‘Bali Five’ dengan pasangan pemerhati lingkungan asal Jerman Mr Ernst dan Dian Fluegel. Ada 25 karya inovatif yang dipamerkan dengan berbagai tematik, baik lukisan tradisi, modern maupun kontemporer. Karya-karya diletakkan pada titik-titik yang menarik perhatian para penikmat lukisan. Baik itu di sudut-sudut ruangan hingga areal parkiran. Para perupa Bali menampilkan karya dengan gaya mereka masing-masing dan ciri khas yang beragam, mulai tradisi, modern dengan beragam aliran dan goresan sarat pesan.
Menurut salah satu perupa, Kadek Bakti Wiyasa jalinan persahabatan para perupa Bali dengan pasangan asal Jerman tersebut berawal dari obrolan secara daring di masa pandemi. “Dari obrolan intens selama daring, akhirnya kami bertemu dengan Mr Ernst dan Ibu Dian Fluegel dari Jerman. Mereka banyak membantu para perupa di Bali dalam memasarkan karya-karya seniman Bali di berbagai negara secara online. Sebagian hasil yang didapatkan lalu didonasikan untuk membantu warga di Bali terdampak Covid-19,” ungkap Bakti Wiyasa saat jumpa pers, Jumat (22/7).
Perupa lainnya, I Nyoman Loka Suara mengaku tertarik dengan visi misi pasangan pemerhati lingkungan tersebut yang mengambil tagline ‘ChanceForChange’.
Timbul keinginan untuk mengajak bekerjasama dengan mereka dalam membantu masyarakat melalui program charity. Hal senada pun diungkapkan perupa Ni Wayan Sutariyani. Kebetulan pemerhati lingkungan asal Jerman ini berkolaborasi dengan Indonesia. Nantinya, sebagian dari hasil penjualan karya seni akan disumbangkan untuk perlindungan hutan di Kalimantan.
“Kita berbuat mulai dari hal kecil namun bermanfaat untuk kepentingan sosial maupun lingkungan. Jadi apa yang kita bisa lakukan as an artist (Sebagai seorang seniman, Red)? Ya pameran ini. Hasilnya kita akan donasikan untuk program pelestarian dan perlindungan hutan hujan di Kalimantan,” terang Sutariyani.
Sekilas tentang Bali Five, Sutariyani menjelaskan, merupakan keinginan bersama untuk memperkenalkan Bali lebih luas ke mata dunia. I Made Wiradana, I Made Bakti Wiyasa, I Nyoman Loka Suara, Pande Nyoman Alit Wijaya Suta dan Ni Wayan Sutariyani sepakat untuk menamai kelompok mereka ‘Bali Five’ di mana angka 5 memiliki makna yang mendalam bagi mereka.
“Terbentuknya Bali Five ini merupakan upaya untuk memperkenalkan Bali yang memiliki keunggulan, tradisi, budaya yang sangat beragam melalui seni rupa. Ide membentuk Bali Five ini sudah ada sejak sebelum pandemi. Selama pandemi kami mencoba membangun chemistry. Baru tahun ini kami pameran bersama-sama. Sebelumnya kami pameran sendiri-sendiri,” kata perupa asal Payangan, Gianyar tersebut.
Sementara itu, Dian Fluegel menambahkan, para tamu yang hadir dalam pembukaan pameran merupakan keluarga dan sahabat baik dari Jerman maupun Indonesia. Sehingga melalui pameran ini, dia berharap persahabatan Jerman-Indonesia yang indah akan tumbuh bersama dengan para perupa di Bali, terutama dengan Bali Five. “Kami bangga bisa support pameran Bali Five yang pertama. Kami sangat senang menjalin persahabatan dengan kawan-kawan perupa di Bali,” ungkapnya.
Wanita keturunan Indonesia yang lahir dan besar di Jerman dan menikah dengan orang Jermanini juga mengapresiasi atas inisiatif program charity yang digagas oleh perupa Bali Five. Di mana sebagian hasil penjualan karya nantinya akan didonasikan untuk pelestarian dan perlindungan hutan hujan di Kalimantan.
“Terima kasih atas komitmen, dukungan dan persahabatan para perupa Bali Five. Sebagian dari hasil penjualan karya seni disumbangkan untuk perlindungan hutan di Kalimantan. Visinya adalah untuk membawa perlindungan ekonomi, satwa dan lingkungan yang selaras dengan penduduk setempat,” tutupnya. *ind
Kelima perupa Bali tersebut, antara lain I Made Wiradana, I Made Bakti Wiyasa, I Nyoman Loka Suara, Pande Nyoman Alit Wijaya Suta dan Ni Wayan Sutariyani. Pameran ini terselenggara berkat jalinan persahabatan antara perupa ‘Bali Five’ dengan pasangan pemerhati lingkungan asal Jerman Mr Ernst dan Dian Fluegel. Ada 25 karya inovatif yang dipamerkan dengan berbagai tematik, baik lukisan tradisi, modern maupun kontemporer. Karya-karya diletakkan pada titik-titik yang menarik perhatian para penikmat lukisan. Baik itu di sudut-sudut ruangan hingga areal parkiran. Para perupa Bali menampilkan karya dengan gaya mereka masing-masing dan ciri khas yang beragam, mulai tradisi, modern dengan beragam aliran dan goresan sarat pesan.
Menurut salah satu perupa, Kadek Bakti Wiyasa jalinan persahabatan para perupa Bali dengan pasangan asal Jerman tersebut berawal dari obrolan secara daring di masa pandemi. “Dari obrolan intens selama daring, akhirnya kami bertemu dengan Mr Ernst dan Ibu Dian Fluegel dari Jerman. Mereka banyak membantu para perupa di Bali dalam memasarkan karya-karya seniman Bali di berbagai negara secara online. Sebagian hasil yang didapatkan lalu didonasikan untuk membantu warga di Bali terdampak Covid-19,” ungkap Bakti Wiyasa saat jumpa pers, Jumat (22/7).
Perupa lainnya, I Nyoman Loka Suara mengaku tertarik dengan visi misi pasangan pemerhati lingkungan tersebut yang mengambil tagline ‘ChanceForChange’.
Timbul keinginan untuk mengajak bekerjasama dengan mereka dalam membantu masyarakat melalui program charity. Hal senada pun diungkapkan perupa Ni Wayan Sutariyani. Kebetulan pemerhati lingkungan asal Jerman ini berkolaborasi dengan Indonesia. Nantinya, sebagian dari hasil penjualan karya seni akan disumbangkan untuk perlindungan hutan di Kalimantan.
“Kita berbuat mulai dari hal kecil namun bermanfaat untuk kepentingan sosial maupun lingkungan. Jadi apa yang kita bisa lakukan as an artist (Sebagai seorang seniman, Red)? Ya pameran ini. Hasilnya kita akan donasikan untuk program pelestarian dan perlindungan hutan hujan di Kalimantan,” terang Sutariyani.
Sekilas tentang Bali Five, Sutariyani menjelaskan, merupakan keinginan bersama untuk memperkenalkan Bali lebih luas ke mata dunia. I Made Wiradana, I Made Bakti Wiyasa, I Nyoman Loka Suara, Pande Nyoman Alit Wijaya Suta dan Ni Wayan Sutariyani sepakat untuk menamai kelompok mereka ‘Bali Five’ di mana angka 5 memiliki makna yang mendalam bagi mereka.
“Terbentuknya Bali Five ini merupakan upaya untuk memperkenalkan Bali yang memiliki keunggulan, tradisi, budaya yang sangat beragam melalui seni rupa. Ide membentuk Bali Five ini sudah ada sejak sebelum pandemi. Selama pandemi kami mencoba membangun chemistry. Baru tahun ini kami pameran bersama-sama. Sebelumnya kami pameran sendiri-sendiri,” kata perupa asal Payangan, Gianyar tersebut.
Sementara itu, Dian Fluegel menambahkan, para tamu yang hadir dalam pembukaan pameran merupakan keluarga dan sahabat baik dari Jerman maupun Indonesia. Sehingga melalui pameran ini, dia berharap persahabatan Jerman-Indonesia yang indah akan tumbuh bersama dengan para perupa di Bali, terutama dengan Bali Five. “Kami bangga bisa support pameran Bali Five yang pertama. Kami sangat senang menjalin persahabatan dengan kawan-kawan perupa di Bali,” ungkapnya.
Wanita keturunan Indonesia yang lahir dan besar di Jerman dan menikah dengan orang Jermanini juga mengapresiasi atas inisiatif program charity yang digagas oleh perupa Bali Five. Di mana sebagian hasil penjualan karya nantinya akan didonasikan untuk pelestarian dan perlindungan hutan hujan di Kalimantan.
“Terima kasih atas komitmen, dukungan dan persahabatan para perupa Bali Five. Sebagian dari hasil penjualan karya seni disumbangkan untuk perlindungan hutan di Kalimantan. Visinya adalah untuk membawa perlindungan ekonomi, satwa dan lingkungan yang selaras dengan penduduk setempat,” tutupnya. *ind
Komentar