Pesona Tari Pecut, Visualisasi Anugerah Dewi Danu kepada Puri Agung Pemecutan
DENPASAR, NusaBali.com – Upacara yadnya Atma Wedana Ngastiti Puja Mamukur Baligya Punggel yang dilaksanakan oleh Puri Agung Pemecutan Denpasar, Kamis (28/7/2022), diwarnai atraksi menarik berupa Tari Pecut.
Tari sekaligus atraksi yang dibawakan oleh semeton (kerabat) Puri Agung Pemecutan
itu merupakan peragaan dari anugerah yang diberikan Dewi Danu Batur kepada Puri Agung Pemecutan di masa kejayaannya.
Hal ini disampaikan oleh salah sesepuh Puri Agung Pemecutan, Anak Agung Ngurah Rai Sudarma kepada NusaBali.com di sela-sela upacara Pitra Yadnya tingkat tinggi tersebut.
“Keagungan kita waktu itu memang anugerah yang kami harus warisi, dan itu merupakan pica (pemberian) dari Dewi Danu Batur,” ujar Bendesa Adat Denpasar itu.
Tari Pecut tersebut merupakan bentuk perwujudan dari Senjata Sakti Pecut yang dianugerahkan oleh dewi penguasa danau terbesar di Pulau Dewata itu kepada penguasa Kerajaan Badeng (atau Badung) yang pertama, yakni Kyai Anglurah Jambe Pule yang merupakan ayahanda dari Kyai Anglurah Ketut Pemedilan atau Kyai Anglurah Pemecutan I, sang pendiri Puri Pemecutan.
“Tari Pecut merupakan visualisasi dari keberadaan anugerah itu, kami implementasikan lewat tari ini,” kata Ngurah Rai Sudarma.
Atraksi unik yang dilakukan dengan cambuk berwarna Ireng (hitam) itu dapat dibawakan oleh warga puri yang masih di tingkat Brahmacariasrama (lajang) maupun yang sudah memasuki Grhastāsrama (sudah berkeluarga).
Sebelum anugerah warisan Kerajaan Badung itu dipertunjukkan, para warga puri yang ambil bagian melakukan persiapan terlebih dahulu seperti persembahyang bersama di Pamerajan Puri Agung Pemecutan untuk memohon anugerah dan kelancaran.
“Kami memohon pasupati, nunas patut, dan kelancaran untuk acaranya,” tutur Anak Agung Ngurah Adiyasa Gaotama, salah satu yowana (warga muda) Puri Agung Pemecutan.
Pertunjukan tari tersebut biasanya dimulai dengan penari yang berjejer membentuk setengah lingkaran. Kemudian, satu per satu penari akan memainkan cambuk yang menghasilkan suara keras tersebut, dikelilingi jejeran penari lainnya.
Tari Pecut tersebut merupakan bentuk perwujudan dari Senjata Sakti Pecut yang dianugerahkan oleh dewi penguasa danau terbesar di Pulau Dewata itu kepada penguasa Kerajaan Badeng (atau Badung) yang pertama, yakni Kyai Anglurah Jambe Pule yang merupakan ayahanda dari Kyai Anglurah Ketut Pemedilan atau Kyai Anglurah Pemecutan I, sang pendiri Puri Pemecutan.
“Tari Pecut merupakan visualisasi dari keberadaan anugerah itu, kami implementasikan lewat tari ini,” kata Ngurah Rai Sudarma.
Atraksi unik yang dilakukan dengan cambuk berwarna Ireng (hitam) itu dapat dibawakan oleh warga puri yang masih di tingkat Brahmacariasrama (lajang) maupun yang sudah memasuki Grhastāsrama (sudah berkeluarga).
Sebelum anugerah warisan Kerajaan Badung itu dipertunjukkan, para warga puri yang ambil bagian melakukan persiapan terlebih dahulu seperti persembahyang bersama di Pamerajan Puri Agung Pemecutan untuk memohon anugerah dan kelancaran.
“Kami memohon pasupati, nunas patut, dan kelancaran untuk acaranya,” tutur Anak Agung Ngurah Adiyasa Gaotama, salah satu yowana (warga muda) Puri Agung Pemecutan.
Pertunjukan tari tersebut biasanya dimulai dengan penari yang berjejer membentuk setengah lingkaran. Kemudian, satu per satu penari akan memainkan cambuk yang menghasilkan suara keras tersebut, dikelilingi jejeran penari lainnya.
Setelah semua berkesempatan menarikan cambuk, semua penari akan mengayunkan cambuk-cambuknya masing-masing secara bersamaan yang menghasilkan suara mengentak.
Tari Pecut tersebut tidak sembarangan ditarikan di setiap kesempatan, melainkan hanya pada upacara yang memiliki tingkat kepingitan tinggi dan pada momen-momen langka.
Tari Pecut tersebut tidak sembarangan ditarikan di setiap kesempatan, melainkan hanya pada upacara yang memiliki tingkat kepingitan tinggi dan pada momen-momen langka.
Sebelumnya, tari yang dilakukan dengan mengayunkan cambuk ke tanah tersebut, pernah diperlihatkan pada upacara palebon (ngaben atau kremasi) Raja Pemecutan, Ida Tjokorda Pemecutan XI yang wafat pada 22 Desember 2021 dan diupacarai pada Sukra Pahing Matal, Jumat (21/1/2022) siang.
Ngurah Rai Sudarma menjelaskan bahwa bagi penari yang bisa menjiwai dan menyatukan jiwanya dengan sang pecut, visualisasi dari anugerah dewi yang juga disebut Ratu Ayu Pingit Dalam Dasar atau Ratu Ayu Mas Membah itu bahkan mampu mengeluarkan percikan api.
“Pecut itu kan luar biasa, kalau bisa kita menjiwai, bahkan bisa mengeluarkan api,” cetus Ngurah Rai Sudarma, yang pernah menjabat Sekretaris DPRD Kabupaten Badung ketika Denpasar masih menjadi ibukota kabupaten keris itu.
Ketika ditanya kapan Tari Pecut tersebut dimunculkan lagi, Ngurah Rai Sudarma belum bisa memastikan karena pemunculan tari tersebut masih pada tahap pencarian pola.
Ngurah Rai Sudarma menjelaskan bahwa bagi penari yang bisa menjiwai dan menyatukan jiwanya dengan sang pecut, visualisasi dari anugerah dewi yang juga disebut Ratu Ayu Pingit Dalam Dasar atau Ratu Ayu Mas Membah itu bahkan mampu mengeluarkan percikan api.
“Pecut itu kan luar biasa, kalau bisa kita menjiwai, bahkan bisa mengeluarkan api,” cetus Ngurah Rai Sudarma, yang pernah menjabat Sekretaris DPRD Kabupaten Badung ketika Denpasar masih menjadi ibukota kabupaten keris itu.
Ketika ditanya kapan Tari Pecut tersebut dimunculkan lagi, Ngurah Rai Sudarma belum bisa memastikan karena pemunculan tari tersebut masih pada tahap pencarian pola.
“Munculnya itu belum bisa ditentukan kapan, karena baru ada pola, bagaimana pecut itu biar bersuara keras dan bahkan bisa mengeluarkan api; sebelumnya sudah keluar saat palebon Ida Tjokorda Pemecutan XI,” pungkas tokoh masyarakat adat Kota Denpasar itu. *rat
Komentar