Perajin Patung Tewas Tenggelam di Eks Galian C
Korban ke Pantai Jumpai Usai Ngayah di Pura Kresna Kepakisan
SEMARAPURA, NusaBali
Seorang perajin patung, I Ketut Wisnawa, 21, tewas tenggelam saat berenang di kubangan air sedalam 3 meter eks Galian C Desa Jumpai, Kecamatan Klungkung, Minggu (9/4) siang. Dugaan sementara, perajin patung asal Banjar Pakudui, Desa Kedisan, Kecamatan Tegallalang, Gianyar ini tenggelam di kubangan air sedalam 3 metar akibat mengalami kram perut.
Korban Ketut Wisnawa diketahui tenggelam Miinggu siang sekitar pukul 12.00 Wita. Namun, jasadnya baru berhasil dievakuasi petugas gabungan dari Basarnas, BPBD Klungkung, Lifeguard, dan warga sekitar lokasi sore sekitar pukul 16.30 Wita, setelah dilakukan pencarian selama 4,5 jam. Begitu berhasil dievakuasi, jenazah korban langsung dibawa ke RSUD Klungkung untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Informasi yang dihimpun NusaBali, sebelum ditemukan tewas tenggelam di kubangan air eks Galian C Desa Jumpai, korban Ketut Wisnawa sempat ngaturang ayah bersama belasan krama Banjar Pakudui, Desa Kedisan di Pura Shri Nararya Kresna Kepakisan kawasam Banjar Dukuh, Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung, Minggu pagi pukul 09.00 Wita. Usai ngaturang ayah, korban bersasma beberapa rekannya langsung meluncur ke eks Galian C di pantai Desa Jumpai, siang sekitar pukul 11.30 Wita.
Korban sudah membekali diri dengan pancing, karena eks Galian C Desa Jumpai tersebut selama ini merupakan salah satu tempat favoritnya untuk memancing. Konon, rencana mancing ini sudah dirancang korban Ketut Wisnawa sehari sebelum peristiwa.
Begitulah, usai ngayah di Pura Shri Nararya Kresna Kepakisan, Desa Pakraman Gelgel, kemarin siang, korban Ketut Wisnawa bersama beberapa rekannya langsung meluncur ke eks Galian C Desa Jumpai. Setibanya di lokasi, mereka berpencar: ada yang mandi di pantai, mancing di pantai, ada pula yang duduk santai sambil menikmati pemandangan.
Korban Ketut Wisnawa sendiri sempat mandi di pantai Desa Jumpai. Berselang 5 menit kemudian, korban langsung berenang seorang diri menuju kubangan eks Galian C yang merupakan muara air Tukad Unda. Salah seorang rekannya, I Nyoman Sebet, sempat melihat korban mandi di kubangan maut tersebut. Bahkan, Nyoman Sebet sempat dipanggil korban untuk ikut berenang di sana. Namun, karena tidak bisa berenang, Nyoman Sebet menolak ajakan korban dan pilih ngacir ke semak-semak untuk buang air.
Tak lama beselang, Nyoman Sebet tiba-tiba dipanggil oleh warga yang kebetulan berada di sekitar kubangan maut eks Galian C Desa Jumpai, tepatnya pukul 12.00 Wita. Sebab, warga melihat korban Ketut Wisnawa melambai-lambaikan tangan seraya minta tolong, sebelum kemudian tubuhnya lenyap ditelan air.
Warga saat itu coba melakukan upaya penyelamatan korban dengan menggunakan perahu kecil dan jaring ikan. Salah satu dari mereka bahkan sempat menyelam. Namun, hingga 1 jam percarian, upaya mereka tidak membuahkan hasil. Sampai kemudian datang petugas gabungan dari Basarnas, BPBD Klungkung, dan Lifeguard melakukan pencarian.
Ketika petugas gabungan dan warga sekitar melakukan pencarian, pihak keluarga korban yang terjun ke lokasi juga menempuh upaya niskala. Mereka menghaturkan upacara ritual di lokasi. Namun, hingga sore pukul 16.00 Wita, upaya pencarian korban belum juga membuahkan hasil.
Kemudian, tiga warga memberikan diri menyelam ke kubangan dengan peralatan sekadarnya. Ternyata, mereka berhasil menemukan korban sekitar pukul 16.30 Wita. Korban ditemukan nyangkut di kubangan dalam kondisi sudah tak bernyawa. Jasad korban langsung disambut isak tangis pihak keluarga yang menungguinya di lokasi. Selanjutnya, jenazah bapak satu anak ini dibawa ke RSUD Klungkung untuk pemeriksaan lebih lanjut, sebelum kemudian dipulangkan ke ruymah duka di Banjar Pakudui, Desa Kedisan, Kecamatan Tegallalang.
Kepala BPBD Klungkung, I Putu Widiada, mengatakan korban Ketut Wisnawa diduga tenggelam karena kelelahan setelah sebelumnya sempat mandi di pantai, lanjut mandi di kubangan. “Selain kelelahan, korban juga diduga mengalami kram perut saat berenang,” ujar Putu Widiada.
Berdasarkan keterangan saksi-saksi, kata Widiada, korban Ketut Wisnawa berenang dari selatan ke ujung tepi kubangan di sisi utara dalam jarak 50 meter. Namun, dalam perjalanan balik, tiba-tiba korban mengalami kram perut hingga akhirnya tenggelam.
Menurut Widiada, kubangan air eks Galian C Desa Jumpai ini dikenal berbahaya. Dalam catatannya, kubangan ini sudah memakan 3 korban nyawa. Pihaknya pun mengimbau agar masyarakat tidak mandi di sana, karena pusaran air di bawahnya cukup kuat. “Kubangan itu berkedalaman sekitar 3 meter, kalau sisinya hanya 0,5 meter saja,” jelas Widiada.
Sementara, rekan korban sesama hobi mancing, Nyoman Sebet, mengakui ketika berenang di kubangan air eks Galian C Desa Jumpai kemarin, wajah Ketut Wisnawa agak berbeda dari biasanya. Menurut Nyoman Sebet, korban terlihat lebih cerah dan gembira, bahkan berkali-kali memanggil dirinya agar turut berenang. “Saya lihat dia (korban) begitu gembira. Tapi, saya tidak mau ikut mandi, karena tak bisa be-renang,” cerita Nyoman Sebet. “Saya tidak menyangka ini jadi pertemuan terakhir kami,” lanjut krama Banjar Pakudui, Desa Kedisan ini.
Korban Ketut Wisnawa sendiri berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta, Ni Kadek Nilawati, serta satu anak perempuan berusia 2,5 tahun, Ni wayan Trisna. Sang istri saat ini tengah hamil 3 bulan. Korban Ketut Wisnawa merupakan anak keempat dari pasangan I Wayan Tagel dan Ni Nyoman Resi. Sehari-harinya, korban bekerja sebagai perajin patung.
istri korban, Ni Kadek Nilawati, kemarin siang sempat datang ke lokasi TKP tenggelam untuk menunggui upaya pencarian suaminya. Namun, begitu melihat warga berkerumun di areal kubangan maut itu, perempuan berusia 20 tahun ini tiba-tiba menangis histeris. Karenanya, pihak keluarga mengajaknya pulang ke Banjar Pakudui, Desa Kedisan sebelum jenazah suaminya ditemukan.
Sementara itu, susana duka begitu terasa ketika NusaBali menyambangi rumah korban di Banjar Pakudui, Desa Kedisan, Minggu sore. Istri korban mengurung diri di dalam kamar. Sejumlah kerabat juga tampak sedih dan terus menunggui jenazah korban yang belum juga tiba di rumah duka hingga petang pukul 18.00 Wita. Krama sebanjar pun mulai berdatangan untuk mengungkapkan bela sungkawa. Terlihat pula ibu-ibu mempersiapkan sarana untuk proses penguburan.
Sepupu korban, I Wayan Gede Mudarsana, mengatakan sebelum musibah maut kemarin siang, almarhum Ketut Wisnawa sempat ngayah bersama keluarga besarnya ke Pura Shri Nararya Kresna Kepakisan di Desa Gelgel. "Yang ngayah ada tiga mobil. Usai ngayah, Ketut Wisnawa mandi di pantai. Saat itu hanya dia yang mandi," ungkap Gede Mudarsana kepada NusaBali di rumah duka.
Menurut Mudarsana, korban Ketut Wisnawa memang sering datang ke lokasi eks Galian C Desa Jumpai untuk mancing. "Kami biasa mancing di sana, Ketut Wisnawa juga biasa mandi di sana," tutur Mudarsana. * wa,e
Korban Ketut Wisnawa diketahui tenggelam Miinggu siang sekitar pukul 12.00 Wita. Namun, jasadnya baru berhasil dievakuasi petugas gabungan dari Basarnas, BPBD Klungkung, Lifeguard, dan warga sekitar lokasi sore sekitar pukul 16.30 Wita, setelah dilakukan pencarian selama 4,5 jam. Begitu berhasil dievakuasi, jenazah korban langsung dibawa ke RSUD Klungkung untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Informasi yang dihimpun NusaBali, sebelum ditemukan tewas tenggelam di kubangan air eks Galian C Desa Jumpai, korban Ketut Wisnawa sempat ngaturang ayah bersama belasan krama Banjar Pakudui, Desa Kedisan di Pura Shri Nararya Kresna Kepakisan kawasam Banjar Dukuh, Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung, Minggu pagi pukul 09.00 Wita. Usai ngaturang ayah, korban bersasma beberapa rekannya langsung meluncur ke eks Galian C di pantai Desa Jumpai, siang sekitar pukul 11.30 Wita.
Korban sudah membekali diri dengan pancing, karena eks Galian C Desa Jumpai tersebut selama ini merupakan salah satu tempat favoritnya untuk memancing. Konon, rencana mancing ini sudah dirancang korban Ketut Wisnawa sehari sebelum peristiwa.
Begitulah, usai ngayah di Pura Shri Nararya Kresna Kepakisan, Desa Pakraman Gelgel, kemarin siang, korban Ketut Wisnawa bersama beberapa rekannya langsung meluncur ke eks Galian C Desa Jumpai. Setibanya di lokasi, mereka berpencar: ada yang mandi di pantai, mancing di pantai, ada pula yang duduk santai sambil menikmati pemandangan.
Korban Ketut Wisnawa sendiri sempat mandi di pantai Desa Jumpai. Berselang 5 menit kemudian, korban langsung berenang seorang diri menuju kubangan eks Galian C yang merupakan muara air Tukad Unda. Salah seorang rekannya, I Nyoman Sebet, sempat melihat korban mandi di kubangan maut tersebut. Bahkan, Nyoman Sebet sempat dipanggil korban untuk ikut berenang di sana. Namun, karena tidak bisa berenang, Nyoman Sebet menolak ajakan korban dan pilih ngacir ke semak-semak untuk buang air.
Tak lama beselang, Nyoman Sebet tiba-tiba dipanggil oleh warga yang kebetulan berada di sekitar kubangan maut eks Galian C Desa Jumpai, tepatnya pukul 12.00 Wita. Sebab, warga melihat korban Ketut Wisnawa melambai-lambaikan tangan seraya minta tolong, sebelum kemudian tubuhnya lenyap ditelan air.
Warga saat itu coba melakukan upaya penyelamatan korban dengan menggunakan perahu kecil dan jaring ikan. Salah satu dari mereka bahkan sempat menyelam. Namun, hingga 1 jam percarian, upaya mereka tidak membuahkan hasil. Sampai kemudian datang petugas gabungan dari Basarnas, BPBD Klungkung, dan Lifeguard melakukan pencarian.
Ketika petugas gabungan dan warga sekitar melakukan pencarian, pihak keluarga korban yang terjun ke lokasi juga menempuh upaya niskala. Mereka menghaturkan upacara ritual di lokasi. Namun, hingga sore pukul 16.00 Wita, upaya pencarian korban belum juga membuahkan hasil.
Kemudian, tiga warga memberikan diri menyelam ke kubangan dengan peralatan sekadarnya. Ternyata, mereka berhasil menemukan korban sekitar pukul 16.30 Wita. Korban ditemukan nyangkut di kubangan dalam kondisi sudah tak bernyawa. Jasad korban langsung disambut isak tangis pihak keluarga yang menungguinya di lokasi. Selanjutnya, jenazah bapak satu anak ini dibawa ke RSUD Klungkung untuk pemeriksaan lebih lanjut, sebelum kemudian dipulangkan ke ruymah duka di Banjar Pakudui, Desa Kedisan, Kecamatan Tegallalang.
Kepala BPBD Klungkung, I Putu Widiada, mengatakan korban Ketut Wisnawa diduga tenggelam karena kelelahan setelah sebelumnya sempat mandi di pantai, lanjut mandi di kubangan. “Selain kelelahan, korban juga diduga mengalami kram perut saat berenang,” ujar Putu Widiada.
Berdasarkan keterangan saksi-saksi, kata Widiada, korban Ketut Wisnawa berenang dari selatan ke ujung tepi kubangan di sisi utara dalam jarak 50 meter. Namun, dalam perjalanan balik, tiba-tiba korban mengalami kram perut hingga akhirnya tenggelam.
Menurut Widiada, kubangan air eks Galian C Desa Jumpai ini dikenal berbahaya. Dalam catatannya, kubangan ini sudah memakan 3 korban nyawa. Pihaknya pun mengimbau agar masyarakat tidak mandi di sana, karena pusaran air di bawahnya cukup kuat. “Kubangan itu berkedalaman sekitar 3 meter, kalau sisinya hanya 0,5 meter saja,” jelas Widiada.
Sementara, rekan korban sesama hobi mancing, Nyoman Sebet, mengakui ketika berenang di kubangan air eks Galian C Desa Jumpai kemarin, wajah Ketut Wisnawa agak berbeda dari biasanya. Menurut Nyoman Sebet, korban terlihat lebih cerah dan gembira, bahkan berkali-kali memanggil dirinya agar turut berenang. “Saya lihat dia (korban) begitu gembira. Tapi, saya tidak mau ikut mandi, karena tak bisa be-renang,” cerita Nyoman Sebet. “Saya tidak menyangka ini jadi pertemuan terakhir kami,” lanjut krama Banjar Pakudui, Desa Kedisan ini.
Korban Ketut Wisnawa sendiri berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta, Ni Kadek Nilawati, serta satu anak perempuan berusia 2,5 tahun, Ni wayan Trisna. Sang istri saat ini tengah hamil 3 bulan. Korban Ketut Wisnawa merupakan anak keempat dari pasangan I Wayan Tagel dan Ni Nyoman Resi. Sehari-harinya, korban bekerja sebagai perajin patung.
istri korban, Ni Kadek Nilawati, kemarin siang sempat datang ke lokasi TKP tenggelam untuk menunggui upaya pencarian suaminya. Namun, begitu melihat warga berkerumun di areal kubangan maut itu, perempuan berusia 20 tahun ini tiba-tiba menangis histeris. Karenanya, pihak keluarga mengajaknya pulang ke Banjar Pakudui, Desa Kedisan sebelum jenazah suaminya ditemukan.
Sementara itu, susana duka begitu terasa ketika NusaBali menyambangi rumah korban di Banjar Pakudui, Desa Kedisan, Minggu sore. Istri korban mengurung diri di dalam kamar. Sejumlah kerabat juga tampak sedih dan terus menunggui jenazah korban yang belum juga tiba di rumah duka hingga petang pukul 18.00 Wita. Krama sebanjar pun mulai berdatangan untuk mengungkapkan bela sungkawa. Terlihat pula ibu-ibu mempersiapkan sarana untuk proses penguburan.
Sepupu korban, I Wayan Gede Mudarsana, mengatakan sebelum musibah maut kemarin siang, almarhum Ketut Wisnawa sempat ngayah bersama keluarga besarnya ke Pura Shri Nararya Kresna Kepakisan di Desa Gelgel. "Yang ngayah ada tiga mobil. Usai ngayah, Ketut Wisnawa mandi di pantai. Saat itu hanya dia yang mandi," ungkap Gede Mudarsana kepada NusaBali di rumah duka.
Menurut Mudarsana, korban Ketut Wisnawa memang sering datang ke lokasi eks Galian C Desa Jumpai untuk mancing. "Kami biasa mancing di sana, Ketut Wisnawa juga biasa mandi di sana," tutur Mudarsana. * wa,e
1
Komentar