IAPVC 2022 Bali Safari Park Ingatkan Pentingnya Konservasi
GIANYAR, NusaBali.com – Sebanyak 54 fotografer memburu tingkah polah para satwa di Bali Safari and Marine Park serangkaian International Animal Photo and Video Competition (IAPVC), Sabtu (30/7/2022).
Kompetisi yang sudah dihelat sejak 1990 dan tahun ini menginjak perhelatan ke-31 ini, dimaksudkan untuk mengetuktularkan tentang pentingnya konservasi satwa bagi manusia.
“Acara ini diharapkan mampu mengetuktularkan para fotografer tentang pentingnya keberadaan konservasi satwa bagi manusia,” kata Adrian Cecil, Chief Operating Officer (COO), Taman Safari Indonesia (TSI) Group.
Hal ini mengingat bahwa keanekaragaman hayati, terutama populasi satwa liar Indonesia bahkan dunia sudah mengalami kemerosotan sebesar 59 persen sejak 1950 berdasarkan data World Wildlife Fund (WWF).
“Kondisi satwa di dunia itu sejak 1950 sangat mengkhawatirkan, jadi populasi satwa liar yang terancam punah itu meningkat, kalau melihat datanya WWF (World Wildlife Fund), 59 persen populasi satwa itu menurun sejak 1950 sampai sekarang,” ungkap Ida Ayu Ari Janiawati, seorang kurator satwa di Bali Safari Park.
Kata Dayu Ari, begitu ia akrab dipanggil, Indonesia sendiri masuk salah satu daftar merah satwa-satwa terancam punah dan setidaknya ada 10 jenis satwa Indonesia yang harus benar-benar diberikan perhatian lebih sebab populasinya terus menurun. Sepuluh jenis satwa tersebut seperti Harimau Sumatera, Curik (Jalak) Bali, Orangutan, Anoa, dan lainnya.
“Mungkin banyak yang kurang mengetahui jenis-jenisnya itu karena dokumentasinya kurang, dan perlu diperbanyak, dan fotografi adalah media yang baik untuk mempromosikan konservasi satwa karena foto-foto itu mampu bercerita,” ujar Dayu Ari yang juga lulusan Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada.
Hal ini pun diamini COO TSI Group, Adrian Cecil, menurut pria asal Kuala Lumpur, Malaysia itu, TSI Group tidak hanya semata-mata menjalankan bisnis tetapi tanggung jawab konservasi kepada Indonesia dan dunia merupakan hal yang tidak pernah dianggap enteng.
“Salah satu tanggung jawab utama Taman Safari Indonesia kepada Indonesia dan dunia adalah konservasi satwa dan suatu yang penting bagi kami bukan hanya menjalankan bisnis, tetapi menjaga satwa itu supaya bisa dilihat anak cucu kita, dan tanggung jawab ini tidak pernah kami anggap enteng,” tutur Adrian Cecil di hadapan para peserta kompetisi foto dan video.
Pria dari Negeri Jiran itu menambahkan bahwa tanggung jawab konservasi adalah tanggung jawab bersama, seluruh masyarakat umum terutama masyarakat Bali, mengingat Bali sudah kehilangan satu satwa endemik yaitu Harimau Bali dan satu satwa terancam punah yakni Jalak Bali. Oleh karena itu, Adrian Cecil juga berharap agar yang menjadi pemenang tahun ini berasal dari Bali.
Sementara itu, para peserta pun menyambut baik acara kompetisi foto, video, dan promosi keindahan satwa taman konservasi yang terletak di Kabupaten Gianyar itu. Kata I Gusti Made Andrian Sumantri, fotografer muda berusia 22 tahun yang masih menempuh pendidikan di ITB STIKOM Bali itu, ia termotivasi mengikuti perhelatan besar tersebut sebab ingin mencari referensi dari karya-karya hebat para fotografer senior.
“Evennya besar kan, jadi lumayan juga bisa melihat karya-karya bagus juga, dijadikan referensi untuk membuat foto yang lebih bagus ke depannya,” kata Made Andrian, yang ambil bagian di kompetisi foto. Ia pun mengaku tidak pernah benar-benar menekuni hobinya itu, namun kesukaannya dimulai saat SMA ketika mengikuti ekstrakurikuler seni memakai kamera itu.
Dewan juri pun berharap agar para peserta membuat karya foto yang unik dan berbeda dari yang pernah dibuat sebelumnya. Sedangkan untuk kompetisi video, dewan juri mengingatkan agar setiap video dimulai dari premis atau ide pokok yang nantinya dikembangkan menjadi video yang bercerita.
Kemudian, General Manager Bali Safari Park, Marcel Driessen, berharap agar acara tersebut mengambil andil dalam mengenalkan keindahan satwa yang dikoleksi oleh taman satwa yang didirikan pada tahun 2007 itu.
“Foto-foto tersebut nantinya mengambil andil dalam mengenalkan keindahan satwa-satwa liar kami sekaligus habitat yang mereka tinggali; saya dan seluruh tim Bali Safari mengharapkan yang terbaik untuk para fotografer,” tutup pria asal Belanda itu.
Kompetisi foto yang dirintis dengan kamera roll film di awal perhelatannya ini, ke depannya direncanakan untuk diperluas cakupan lokasinya ke luar unit-unit TSI Group, sehingga para fotografer lebih terbuka cakrawalanya mengenai satwa-satwa endemik di tanah air. *rat
Komentar