BNN Sita Hampir 1 Kg Kokain dari 3 WNA
Tiga pria WNA yang kini ditahan di Kantor BNNP Bali, diduga jaringan Eropa. Barang bukti 900 gram kokain yang diamankan adalah barang sisa.
DENPASAR, NusaBali
Aparat Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Bali menangkap tiga orang pria warga negara asing (WNA) atas dugaan tindak pidana narkotika dengan barang bukti (BB) hampir 1 kilogram kokain pada Kamis (21/7). Jaringan dari tiga pria WNA yang masih dirahasiakan identitasnya itu kini masih dalam pengembangan penyidik BNNP Bali. Kuat dugaan ketiga pria yang datang ke Bali menggunakan visa wisata itu merupakan jaringan dari Eropa.
Masuknya jaringan narkoba jenis kokain di Pulau Bali ini menjadi perhatian serius Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Komjen Pol Petrus Reinhard Golose. Tak hanya ditemukan di Bali, aparat BNN juga baru-baru ini menyita 43 kilogram kokain di Kepulauan Riau.
“Saya baru pulang dari Amerika Selatan. Di Panama aparat menyita 134 ton kokain. Di Kolombia 1.200 ton kokain. Di Ekuador aparat menyita 120 ton kokain. Di Argentina aparat menyita 70 ton kokain. Ada warga Indonesia ditangkap di Amerika Selatan karena kepemilikan 10 kg kokain, tetapi dia hanya dideportasi, karena saking banyaknya kokain di sana,” ungkap Komjen Golose saat menutup kegiatan Bali International Choir Festival (BICF) yang merupakan bagian dari kampanye anti narkotika oleh BNN di Hotel Discovery, Jalan Kartika Plaza, Kelurahan/Kecamatan Kuta, Badung, Kamis (28/7) malam.
Melihat situasi yang ada saat ini, BNN RI melakukan kerja sama dengan negara-negara the golden peacock yang berasal dari Amerika Latin. Komjen Golose mengaku sudah berkunjung ke negara-negara tersebut untuk teken nota kesepahaman atau MoU. “Hub dari barang haram ini berasal dari Panama dan Argentina. Penyebarannya ada yang lewat Eropa, dari Amerika Selatan (Panama dan Ekuador) ke seluruh dunia,” beber Komjen Golose.
Jenderal lulusan Akpol 1988 ini membeberkan jalur peredaran kokain dari Kolombia menuju Ekuador ke Paraguay dan Uruguay. Lalu ke Argentina. Dari Argentina menuju ke Panama. Setelah sampai di Panama barang haram itu lalu tersebar ke seluruh dunia. “Saya terima kasih kepada BNNP Bali. Luar biasa mereka kerja untuk menyelamatkan masyarakat Bali,” tuturnya.
Komjen Golose menduga, tiga pria WNA yang ditangkap BNNP Bali merupakan jaringan dari Eropa. Sasaran peredaran kokain adalah kalangan berduit karena harganya sangat mahal. Dikatakannya, di Argentina harganya 7.000 dolar AS per kilogram, di Ekuador sekitar 1.000 dolar AS per kg. Di Indonesia sekitar 250.000 dolar AS per kg.
“Betapa menggiurkan berbisnis kokain ini. Sehingga kita harus bekerja serius. Saya sudah instruksikan ke seluruh jajaran untuk memperhatikan peredaran kokain. Mari kita bersama-sama menjaga Pulau Bali yang kita cintai ini dari peredaran gelap narkoba. Kita harus bisa mencegah. Bagaimana kita bisa meminimalisir peredaran gelap narkotika,” ujar Komjen Golose yang pernah menutup tempat hiburan malam terbesar di Kota Denpasar karena narkoba saat menjabat Kapolda Bali.
Selain melakukan pencegahan lewat kerja sama negara-negara di Amerika Selatan, di dalam negeri, BNN melakukan war on drugs baik melalui strategi soft, hard, maupun smart power approach. Salah satunya adalah menyelenggarakan BICF. Kegiatan tersebut diikuti oleh 3.000 peserta dari 28 negara.
“Dalam waktu dekat, yakni 9 Agustus 2022 ini saya akan melakukan operasi interdiksi terpadu untuk melakukan pencegahan. Dimulai di Bitung, Sulawesi Utara dan berakhir di Dumai, Riau. Saya senang keputusan MA tidak melegalkan ganja. Saya lebih memilih menyelamatkan generasi muda dan generasi yang akan datang dari pengaruh narkoba. Masih ada zat-zat yang lain untuk menolong orang sakit,” tegasnya.
Terkait pengungkapan 900 gram kokain, Kepala BNNP Bali Brigjen Pol Gde Sugianyar Dwi Putra mengatakan sedang melakukan pengembangan. Tujuannya untuk mengetahui jaringan ketiga tersangka. Dalam hal ini BNNP Bali bekerja sama dengan Bea Cukai dan Imigrasi. ”Saat ini masih dalam proses. Ketiga tersangka ditangkap di tiga TKP, yakni di Denpasar dan Badung. Barang bukti 900 gram kokain itu adalah barang sisa. Perkembangannya nanti akan kita sampaikan nanti,” ujar Brigjen Sugianyar.
“Dari analisis sementara, rata-rata pengguna (kokain) orang asing, karena harganya mahal. Di Bali rata-rata harga shabu-shabu per gram kurang dari Rp 2.000.000, sementara kokain bisa Rp 4.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000 per gram,” kata Brigjen Sugianyar seperti dilansir Antara.
Oleh karena itu, sejauh ini BNN meyakini pengguna kokain di Bali merupakan kelompok masyarakat mampu karena harganya yang cukup mahal.
Sementara informasi dari sumber di lapangan, ketiga pria WNA ditangkap aparat BNNP Bali itu masing-masing berinisial Ped, Kri, Jho. Ketiganya merupakan warga negara Brazil. Saat ini ketiga tersangka bersama barang bukti sudah ditahan di Kantor BNNP Bali, Jalan Kamboja Nomor 8, Denpasar. *pol
Masuknya jaringan narkoba jenis kokain di Pulau Bali ini menjadi perhatian serius Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Komjen Pol Petrus Reinhard Golose. Tak hanya ditemukan di Bali, aparat BNN juga baru-baru ini menyita 43 kilogram kokain di Kepulauan Riau.
“Saya baru pulang dari Amerika Selatan. Di Panama aparat menyita 134 ton kokain. Di Kolombia 1.200 ton kokain. Di Ekuador aparat menyita 120 ton kokain. Di Argentina aparat menyita 70 ton kokain. Ada warga Indonesia ditangkap di Amerika Selatan karena kepemilikan 10 kg kokain, tetapi dia hanya dideportasi, karena saking banyaknya kokain di sana,” ungkap Komjen Golose saat menutup kegiatan Bali International Choir Festival (BICF) yang merupakan bagian dari kampanye anti narkotika oleh BNN di Hotel Discovery, Jalan Kartika Plaza, Kelurahan/Kecamatan Kuta, Badung, Kamis (28/7) malam.
Melihat situasi yang ada saat ini, BNN RI melakukan kerja sama dengan negara-negara the golden peacock yang berasal dari Amerika Latin. Komjen Golose mengaku sudah berkunjung ke negara-negara tersebut untuk teken nota kesepahaman atau MoU. “Hub dari barang haram ini berasal dari Panama dan Argentina. Penyebarannya ada yang lewat Eropa, dari Amerika Selatan (Panama dan Ekuador) ke seluruh dunia,” beber Komjen Golose.
Jenderal lulusan Akpol 1988 ini membeberkan jalur peredaran kokain dari Kolombia menuju Ekuador ke Paraguay dan Uruguay. Lalu ke Argentina. Dari Argentina menuju ke Panama. Setelah sampai di Panama barang haram itu lalu tersebar ke seluruh dunia. “Saya terima kasih kepada BNNP Bali. Luar biasa mereka kerja untuk menyelamatkan masyarakat Bali,” tuturnya.
Komjen Golose menduga, tiga pria WNA yang ditangkap BNNP Bali merupakan jaringan dari Eropa. Sasaran peredaran kokain adalah kalangan berduit karena harganya sangat mahal. Dikatakannya, di Argentina harganya 7.000 dolar AS per kilogram, di Ekuador sekitar 1.000 dolar AS per kg. Di Indonesia sekitar 250.000 dolar AS per kg.
“Betapa menggiurkan berbisnis kokain ini. Sehingga kita harus bekerja serius. Saya sudah instruksikan ke seluruh jajaran untuk memperhatikan peredaran kokain. Mari kita bersama-sama menjaga Pulau Bali yang kita cintai ini dari peredaran gelap narkoba. Kita harus bisa mencegah. Bagaimana kita bisa meminimalisir peredaran gelap narkotika,” ujar Komjen Golose yang pernah menutup tempat hiburan malam terbesar di Kota Denpasar karena narkoba saat menjabat Kapolda Bali.
Selain melakukan pencegahan lewat kerja sama negara-negara di Amerika Selatan, di dalam negeri, BNN melakukan war on drugs baik melalui strategi soft, hard, maupun smart power approach. Salah satunya adalah menyelenggarakan BICF. Kegiatan tersebut diikuti oleh 3.000 peserta dari 28 negara.
“Dalam waktu dekat, yakni 9 Agustus 2022 ini saya akan melakukan operasi interdiksi terpadu untuk melakukan pencegahan. Dimulai di Bitung, Sulawesi Utara dan berakhir di Dumai, Riau. Saya senang keputusan MA tidak melegalkan ganja. Saya lebih memilih menyelamatkan generasi muda dan generasi yang akan datang dari pengaruh narkoba. Masih ada zat-zat yang lain untuk menolong orang sakit,” tegasnya.
Terkait pengungkapan 900 gram kokain, Kepala BNNP Bali Brigjen Pol Gde Sugianyar Dwi Putra mengatakan sedang melakukan pengembangan. Tujuannya untuk mengetahui jaringan ketiga tersangka. Dalam hal ini BNNP Bali bekerja sama dengan Bea Cukai dan Imigrasi. ”Saat ini masih dalam proses. Ketiga tersangka ditangkap di tiga TKP, yakni di Denpasar dan Badung. Barang bukti 900 gram kokain itu adalah barang sisa. Perkembangannya nanti akan kita sampaikan nanti,” ujar Brigjen Sugianyar.
“Dari analisis sementara, rata-rata pengguna (kokain) orang asing, karena harganya mahal. Di Bali rata-rata harga shabu-shabu per gram kurang dari Rp 2.000.000, sementara kokain bisa Rp 4.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000 per gram,” kata Brigjen Sugianyar seperti dilansir Antara.
Oleh karena itu, sejauh ini BNN meyakini pengguna kokain di Bali merupakan kelompok masyarakat mampu karena harganya yang cukup mahal.
Sementara informasi dari sumber di lapangan, ketiga pria WNA ditangkap aparat BNNP Bali itu masing-masing berinisial Ped, Kri, Jho. Ketiganya merupakan warga negara Brazil. Saat ini ketiga tersangka bersama barang bukti sudah ditahan di Kantor BNNP Bali, Jalan Kamboja Nomor 8, Denpasar. *pol
Komentar