Turis di Bali Takjub, Kotoran Gajah Diolah Jadi Kertas
GIANYAR, NusaBali.com – Proses pembuatan kertas yang berasal dari limbah gajah ternyata mampu menjadi daya tarik wisatawan mancanegara.
Seperti yang dilakukan oleh Toby Huss dan Mark Evans. Turis asal Inggris yang belum genap 12 jam berada di Bali mengajak keluarga mereka berlibur ke Bali Safari and Marine Park untuk melihat proses pembuatan kertas dari kotoran gajah.
Toby pun sempat bercanda bahwa ia sengaja datang jauh-jauh dari Inggris hanya untuk melihat kertas dari kotoran gajah. “Apa kertasnya bau anak-anak?” canda Toby kepada empat bocah yang diajaknya berwisata ke Bali.
“Sangat bagus dan cerdik, saya tidak pernah mengira kotoran bisa jadi kertas,” kata Toby kepada NusaBali.com di workshop kertas dari kotoran gajah di Kampung Gajah, Sabtu (30/7/2022) siang.
Sahabat Toby, Mark, juga memuji inovasi ramah lingkungan itu dan menyebutnya ‘fantastis.’ “Luar biasa (fantastis) bukan? Proses yang sangat bagus,” ujar Mark.
Meski saat ini kertas dari kotoran gajah itu masih memiliki komposisi 20 persen serat kotoran gajah dan 80 persen limbah kertas, hal ini sudah cukup menjadi solusi sederhana untuk pemanfaatan kotoran gajah selain sebagai kompos sekaligus mengurangi deforestasi akibat industri kertas.
Untuk membuat kertas dari kotoran Gajah Sumatera itu, terdapat setidaknya enam tahapan hingga kotoran basah tersebut menjadi kertas yang siap digunakan menjadi alat tulis maupun berbagai jenis kerajinan.
Tahap pertama dimulai dengan pengumpulan kotoran gajah yang basah oleh petugas. Kotoran tersebut kemudian dicuci bersih dengan air hingga menyisakan serat. Serat yang sudah bersih kemudian dikeringkan dan direbus selama 30 menit untuk melunakkan serat tersebut.
Secara terpisah limbah kertas yang sudah dikumpulkan disobek-sobek, direndam, kemudian direbus selama 30 menit hingga menjadi bubur kertas.
Tahap selanjutnya, serat dari kotoran gajah yang sudah direbus dan ditiriskan hingga kering, kemudian digiling dengan sedikit air hingga serat tersebut menjadi halus dan siap dicampurkan dengan bubur kertas dan lem. Setelah campuran bubur dari bubur kertas, serat halus kotoran gajah, dan lem sudah siap, dilanjutkan dengan proses pencetakan kertas.
Adonan campuran bubur tersebut disaring menggunakan alat cetak yang fungsinya serupa alat sablon manual. Sebelum alat cetakan tersebut dimasukkan ke dalam campuran bubur, diaduk terlebih dahulu agar tidak mengendap. Kemudian, alat cetakan dimasukkan ke dalam campuran bubur dan ditiriskan airnya.
Setelah itu, alat cetakan yang sudah berisi endapan campuran bubur diletakan di atas meja penirisan dengan kemiringan 45 derajat. Seperti proses sablon, permukaan alat cetakan yang berisi endapan campuran bubur diletakan pada permukaan meja, kemudian digosok menggunakan suatu alat untuk menghilangkan sisa air dan melepaskan endapan campuran bubur tersebut ke atas meja penirisan.
Terakhir, endapan campuran bubur tersebut dijemur hingga kering sampai menjadi kertas yang bertekstur serat dan siap dipakai untuk membuat produk lain maupun dimanfaatkan secara langsung.
Menurut Kadek Rianti, salah satu staf Kampung Gajah yang menjaga toko souvenir, kertas dari kotoran gajah tersebut bisa dibuat menjadi beberapa produk seperti bingkai foto, kartu hadiah, dan buku catatan.
“Small photo frame ini harganya Rp 80.000, yang besar harganya Rp 155.000; kemudian, gift card ini harganya mulai Rp 45.000-Rp 50.000; dan small notepad ini harganya Rp 65.000,” jelas Rianti kepada NusaBali.com, Sabtu siang.
Sejauh ini yang menjadi favorit para turis adalah buku catatan atau small notepad, dan sebagian besar turis yang membeli produk-produk dari kertas olahan kotoran gajah itu berasal dari Rusia dan Australia.
Selain pemanfaatan kotoran dari 30 gajah yang dikoleksi Bali Safari, gajah-gajah tersebut juga dirawat secara rutin untuk memastikan kesehatan satwa raksasa tersebut. Perawat tersebut berupa pemotongan kuku para gajah sehingga kaki mereka tidak terasa sakit. Kemudian, pola makannya juga diatur dengan target konsumsi harian sebesar 200 kg untuk gajah dewasa.
“Perawatan gajah di sini sangat rutin terutama kuku mereka supaya gajah-gajah ini tidak sakit kakinya; makanan setiap hari termasuk rumput, bambu, kacang, dan buah, dan di sini kita sering memberikan mereka umbi-umbian, rumput gajah, dan lainnya,” jelas Aris Purnama, staf Life Science Education di Bali Safari, kepada NusaBali.com, Sabtu siang.
Sedangkan untuk gajah yang digunakan sebagai Elephant Ride atau gajah yang ditunggangi turis, terdapat perawatan khusus berupa olahraga rutin setiap minggunya dengan berkeliling ke beberapa titik di Bali Safari.
“Perawatannya biasanya adalah berolahraga, seperti pemanasan, jadi setiap seminggu sekali kita ajak mereka keliling-keliling ke beberapa port; supaya mereka itu tidak sakit punggungnya,” pungkas Aris. *rat
Komentar