Distan Terima Keluhan Sapi Peternak Lemas
Setelah dilakukan pengecekan, sapi lemas karena kurang nafsu makan, tidak ada mengarah ke gejala PMK. Keluhan serupa berasal dari peternak di 3 desa di Kecamatan Penebel, Tabanan.
TABANAN, NusaBali
Meskipun belum ada tambahan kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Dinas Pertanian Tabanan banyak menerima keluhan sapi lemas hingga tak nafsu makan. Peternak yang sapinya menunjukkan gejala tersebut ada di Desa Sangketan, Desa Babahan, dan Desa Tajen, Kecamatan Penebel. Keluhan ini sudah ditindaklanjuti ke lapangan.
Kepala Dinas Pertanian Tabanan I Made Subagia menjelaskan hingga saat ini belum ada tambahan kasus PMK di Tabanan. Namun keluhan sapi lemas karena tak nafsu makan baru diterima Dinas Pertanian. “Ada tiga desa yang menyampaikan keluhan itu,” kata Subagia, Senin (1/8).
Namun setelah dilakukan pengecekan, sapi lemas tersebut karena kurang nafsu makan. Tidak ada sapi lemas tersebut yang mengarah ke gejala PMK. “Hasil dari pengecekan yang dilakukan dokter hewan, tidak ada yang mengarah ke PMK. Hanya kurang nafsu makan, mungkin karena cuaca,” tegas Subagia.
Mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tabanan ini menambahkan, jika dari laporan tersebut didapati ada gejala klinis yang mengarah pada PMK tentunya akan dilakukan tindak lanjut berupa pengujian oleh Balai Veteriner Denpasar termasuk kegiatan tracer. “Kami di daerah hanya melaporkan indikasi dan kondisi ternak, termasuk lingkungan kandang ke Balai Veteriner Denpasar, jika dari laporan tersebut ada mengarah gejala klinis PMK, baru dilakukan uji ke lapangan,” tutur Subagia.
Subagia mengakui, kebanyakan para peternak merasa khawatir ketika mendapati hewan ternaknya dalam kondisi tidak seperti biasanya. Anggapan terindikasi PMK langsung muncul di benak para peternak. padahal kondisi ternak bisa saja dipicu faktor cuaca yang belakangan ini memang sangat dingin. “Mereka (peternak) kadang berpikir saat ternak mereka tak mau makan atau lemas, pasti PMK, dan minta agar cepat divaksinasi, namun setelah dicek lagi bukan mengarah indikasi PMK,” tandas Subagia.
Dia menerangkan untuk saat ini ketersediaan vaksin menipis. Dari 2.000 dosis tambahan yang didapat akan habis untuk dua hari ke depan. “Vaksin terbatas, tentu kami prioritaskan di radius yang dianggap terdampak, kita proteksi dulu. Karena belum dapat pasokan lagi. Termasuk untuk pemberian vaksin, karena sudah ada pemetaan jumlah dan lokasi di desa tentu tidak bisa tiba-tiba dipindah. Kasihan peternak yang sudah memindahkan sapinya untuk divaksinasi, tiba-tiba dibatalkan,” tandas Subagia. *des
Kepala Dinas Pertanian Tabanan I Made Subagia menjelaskan hingga saat ini belum ada tambahan kasus PMK di Tabanan. Namun keluhan sapi lemas karena tak nafsu makan baru diterima Dinas Pertanian. “Ada tiga desa yang menyampaikan keluhan itu,” kata Subagia, Senin (1/8).
Namun setelah dilakukan pengecekan, sapi lemas tersebut karena kurang nafsu makan. Tidak ada sapi lemas tersebut yang mengarah ke gejala PMK. “Hasil dari pengecekan yang dilakukan dokter hewan, tidak ada yang mengarah ke PMK. Hanya kurang nafsu makan, mungkin karena cuaca,” tegas Subagia.
Mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tabanan ini menambahkan, jika dari laporan tersebut didapati ada gejala klinis yang mengarah pada PMK tentunya akan dilakukan tindak lanjut berupa pengujian oleh Balai Veteriner Denpasar termasuk kegiatan tracer. “Kami di daerah hanya melaporkan indikasi dan kondisi ternak, termasuk lingkungan kandang ke Balai Veteriner Denpasar, jika dari laporan tersebut ada mengarah gejala klinis PMK, baru dilakukan uji ke lapangan,” tutur Subagia.
Subagia mengakui, kebanyakan para peternak merasa khawatir ketika mendapati hewan ternaknya dalam kondisi tidak seperti biasanya. Anggapan terindikasi PMK langsung muncul di benak para peternak. padahal kondisi ternak bisa saja dipicu faktor cuaca yang belakangan ini memang sangat dingin. “Mereka (peternak) kadang berpikir saat ternak mereka tak mau makan atau lemas, pasti PMK, dan minta agar cepat divaksinasi, namun setelah dicek lagi bukan mengarah indikasi PMK,” tandas Subagia.
Dia menerangkan untuk saat ini ketersediaan vaksin menipis. Dari 2.000 dosis tambahan yang didapat akan habis untuk dua hari ke depan. “Vaksin terbatas, tentu kami prioritaskan di radius yang dianggap terdampak, kita proteksi dulu. Karena belum dapat pasokan lagi. Termasuk untuk pemberian vaksin, karena sudah ada pemetaan jumlah dan lokasi di desa tentu tidak bisa tiba-tiba dipindah. Kasihan peternak yang sudah memindahkan sapinya untuk divaksinasi, tiba-tiba dibatalkan,” tandas Subagia. *des
Komentar