PMK di Bali Sudah Zero Case
'Tudingan Senator Australia Sapi Berkeliaran di Bali Tak Masuk Akal'
Soal ternak sapi di Bali, tidak saja pemeliharaanya yang dipastikan di kandang koloni, kotoran sapi juga sudah ditangani dan diolah menjadi pupuk organik.
DENPASAR,NusaBali
Penanganan wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Bali terus menunjukkan perkembangan positif. Hal tersebut ditandai tidak adanya lagi muncul kasus baru alias zero case per 24 Juli 2022 lalu. Di pihak lain vaksinasi terhadap ternak sapi terkait pencegahan PMK juga terus dilakukan. Kondisi terkini PMK di Bali ini sekaligus menepis tudingan liar Senator Australia Pauline Hanson yang menyebutkan sapi berkeliaran dan kotorannya bertebaran di jalanan Bali, sehingga patut diwaspadai bisa menyebarkan PMK dari warga Australia yang berwisata ke Bali.
"Sekarang sudah mulai memasuki vaksinasi PMK tahap kedua," ujar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada, kepada NusaBali, Minggu (7/8). Dia mengatakan total jumlah sapi yang sudah mendapatkan vaksinasi PMK tahap pertama sebanyak 110.344 ekor atau 19,81 persen dari seluruh populasi sapi di Bali sebanyak 556.991 ekor.
Sunada menjelaskan zero case di Bali sudah terjadi sejak 24 Juli lalu. "Tidak ada lagi muncul kasus PMK. Kita sudah zero case sejak 24 Juli lalu," ujar birokrat asal Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan ini. Walau demikian, untuk pembukaan pasar hewan masih belum dilakukan, sebab masih harus menunggu petunjuk dan arahan dari pemerintah pusat.
"Besok (hari ini) kita akan bersurat kembali," ujar Sunada tentang harapan pembukaan pasar hewan yang sebelumnya tutup sementara sampai 31 Agustus. Harapannya setelah kasus menurun dan kini sudah nihil, pasar hewan bisa buka kembali. "Kembali kita akan bersurat terkait ini," ujar Sunada.
Selain soal laju positif penanganan PMK, Sunada juga menepis tudingan senator Australia Pauline Hanson (Pemimpin One Nation) yang mengatakan banyak sapi berkeliaran dan kotorannya bertebaran di jalanan Bali. "Tudingan itu tidak berdasar sama sekali," ucap mantan Kepala Unit Pelaksana Teknis Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) Pemprov Bali ini. Dia mengaku gerah dengan tudingan tersebut. Karena sebagai orang yang membidangi pertanian, termasuk peternakan, tahu betul dengan kondisi di lapangan. "Tidak ada sapi berkeliaran atau kotoran sapi berserakan di jalanan, " tepisnya.
Petani atau peternak di Bali, tidak ada yang melepasliarkan hewan ternak sapi. Rata-rata memiliki kandang. Demikian juga dengan peternak yang dalam wadah kelompok Sistem Pertanian Terpadu (Sipadu). Dikatakan ternak petani anggota Sipadu dipelihara bersama dalam kandang koloni. Di seluruh Bali ada 752 Kelompok Sipadu.
Tidak saja pemeliharaanya yang sudah dipastikan di kandang koloni, kotoran sapi juga sudah ditangani dan diolah menjadi pupuk organik. "Itu sudah ada Perdanya, Perda No 8 Tahun 2019," tegas Sunada. Karena itulah Sunada mengaku gerah dan menuding pernyataan senator Australia tentang Bali, khususnya tentang sapi, tidak ada dasarnya. "Sebagai orang yang membidangi, saya merasa perlu menanggapi dan beri penjelasan. Karena memang tidak ada demikian,” ujarnya.
Hal serupa diungkapkan Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace. Dia menyebut apa yang disampaikan dalam pidato tersebut tidaklah berdasarkan fakta di lapangan. "Itu kelihatannya terlalu berlebihan atau tendensius sekali. Artinya apa yang disampaikan sama sekali tidak ada dan tidak seperti itu. Masyarakat kita, jangankan di kota, di desa dan di gunung pun ketika mereka memelihara sapi itu ditempatkan di kandang dan diikat. Tidak ada sama sekali sapi yang dilepasliarkan di Bali," kata Cok Ace, Minggu kemarin.
Dirinya malah berpendapat bahwa Senator Australia Pauline Hanson tidak pernah berkunjung ke Bali karena dalam pidatonya tersebut. Sebab disebutkan bahwa Bali sebagai suatu negara. "Jadi, apa yang disampaikan Senator itu saya pikir jangan-jangan mereka tidak pernah ke Bali atau mungkin daerah lain yang dilihat seperti itu. Buktinya Bali disebut suatu negara, ini berarti kan mereka sangat tidak tahu tentang kondisi Bali. Jadi, kami sayangkan statement tersebut," ucap Ketua Badan Pimpinan Daerah (BPD) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali ini dilansir detik.com.
Sementara Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah, menilai Hanson berpikiran sempit. "Tidak berguna sebenarnya menanggapi seorang Hanson yang berpikiran sempit," kata Teuku Faizasyah kepada wartawan, Minggu kemarin. Faizasyah lantas raguk apakah Hanson pernah berkunjung ke Bali atau tidak. Menurutnya, pernyataan Hanson hanya berdasarkan imajinasinya sendiri tentang Bali.
"Pertanyaannya apakah yang bersangkutan pernah ke Bali? Jangan-jangan yang bersangkutan hanya hidup di dunia imajinasinya sendiri," tegasnya. Sebelumnya, viral di media sosial video pidato Senator Australia Pauline Hanson yang menyebut kotoran sapi bertebaran di jalanan Bali. Dalam video itu, Pauline Hanson mengungkapkan kekhawatirannya soal WN Australia bisa menularkan penyakit mulut dan kuku (PMK) setelah dari Bali.
"Bali berbeda dengan negara lain," ujar Hanson. Lalu Hanson menyebut sapi di Bali bebas dilepasliarkan di jalan. Kotoran sapi, kata Pauline, bertebaran di jalan.
"Kotoran sapi bertebaran, dan orang berjalan di atasnya, dan terbawa di pakaiannya, dan orang itu kembali ke negara ini (Australia)" jelas Hanson berapi-api. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia Sandiaga Uno membantah pernyataan Pauline Hanson melalui akun Instagram pribadinya.
"Apa yang disampaikan seorang senator Australia @senatorpaulinehanson ini tidak berdasar pada fakta. Secara tegas dan lugas saya sampaikan untuk jangan pernah menghina Bali, ikon dan jantung pariwisatanya Indonesia," tulis Sandiaga. Sandiaga menyebut Bali kini sudah bangkit. Lapangan pekerjaan di Bali sudah terbuka lebar.
Dia meminta Hanson tidak mengganggu ketenangan serta kepulihan ekonomi Bali dengan ucapan-ucapan yang tidak benar. "Oiya, fyi... Bali bukanlah negara... pasti dulunya bukan anak IPS. Lain kali dicek dulu ya di mbah google. Matur suksma," jelas Sandiaga. *k17
"Sekarang sudah mulai memasuki vaksinasi PMK tahap kedua," ujar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada, kepada NusaBali, Minggu (7/8). Dia mengatakan total jumlah sapi yang sudah mendapatkan vaksinasi PMK tahap pertama sebanyak 110.344 ekor atau 19,81 persen dari seluruh populasi sapi di Bali sebanyak 556.991 ekor.
Sunada menjelaskan zero case di Bali sudah terjadi sejak 24 Juli lalu. "Tidak ada lagi muncul kasus PMK. Kita sudah zero case sejak 24 Juli lalu," ujar birokrat asal Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan ini. Walau demikian, untuk pembukaan pasar hewan masih belum dilakukan, sebab masih harus menunggu petunjuk dan arahan dari pemerintah pusat.
"Besok (hari ini) kita akan bersurat kembali," ujar Sunada tentang harapan pembukaan pasar hewan yang sebelumnya tutup sementara sampai 31 Agustus. Harapannya setelah kasus menurun dan kini sudah nihil, pasar hewan bisa buka kembali. "Kembali kita akan bersurat terkait ini," ujar Sunada.
Selain soal laju positif penanganan PMK, Sunada juga menepis tudingan senator Australia Pauline Hanson (Pemimpin One Nation) yang mengatakan banyak sapi berkeliaran dan kotorannya bertebaran di jalanan Bali. "Tudingan itu tidak berdasar sama sekali," ucap mantan Kepala Unit Pelaksana Teknis Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) Pemprov Bali ini. Dia mengaku gerah dengan tudingan tersebut. Karena sebagai orang yang membidangi pertanian, termasuk peternakan, tahu betul dengan kondisi di lapangan. "Tidak ada sapi berkeliaran atau kotoran sapi berserakan di jalanan, " tepisnya.
Petani atau peternak di Bali, tidak ada yang melepasliarkan hewan ternak sapi. Rata-rata memiliki kandang. Demikian juga dengan peternak yang dalam wadah kelompok Sistem Pertanian Terpadu (Sipadu). Dikatakan ternak petani anggota Sipadu dipelihara bersama dalam kandang koloni. Di seluruh Bali ada 752 Kelompok Sipadu.
Tidak saja pemeliharaanya yang sudah dipastikan di kandang koloni, kotoran sapi juga sudah ditangani dan diolah menjadi pupuk organik. "Itu sudah ada Perdanya, Perda No 8 Tahun 2019," tegas Sunada. Karena itulah Sunada mengaku gerah dan menuding pernyataan senator Australia tentang Bali, khususnya tentang sapi, tidak ada dasarnya. "Sebagai orang yang membidangi, saya merasa perlu menanggapi dan beri penjelasan. Karena memang tidak ada demikian,” ujarnya.
Hal serupa diungkapkan Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace. Dia menyebut apa yang disampaikan dalam pidato tersebut tidaklah berdasarkan fakta di lapangan. "Itu kelihatannya terlalu berlebihan atau tendensius sekali. Artinya apa yang disampaikan sama sekali tidak ada dan tidak seperti itu. Masyarakat kita, jangankan di kota, di desa dan di gunung pun ketika mereka memelihara sapi itu ditempatkan di kandang dan diikat. Tidak ada sama sekali sapi yang dilepasliarkan di Bali," kata Cok Ace, Minggu kemarin.
Dirinya malah berpendapat bahwa Senator Australia Pauline Hanson tidak pernah berkunjung ke Bali karena dalam pidatonya tersebut. Sebab disebutkan bahwa Bali sebagai suatu negara. "Jadi, apa yang disampaikan Senator itu saya pikir jangan-jangan mereka tidak pernah ke Bali atau mungkin daerah lain yang dilihat seperti itu. Buktinya Bali disebut suatu negara, ini berarti kan mereka sangat tidak tahu tentang kondisi Bali. Jadi, kami sayangkan statement tersebut," ucap Ketua Badan Pimpinan Daerah (BPD) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali ini dilansir detik.com.
Sementara Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah, menilai Hanson berpikiran sempit. "Tidak berguna sebenarnya menanggapi seorang Hanson yang berpikiran sempit," kata Teuku Faizasyah kepada wartawan, Minggu kemarin. Faizasyah lantas raguk apakah Hanson pernah berkunjung ke Bali atau tidak. Menurutnya, pernyataan Hanson hanya berdasarkan imajinasinya sendiri tentang Bali.
"Pertanyaannya apakah yang bersangkutan pernah ke Bali? Jangan-jangan yang bersangkutan hanya hidup di dunia imajinasinya sendiri," tegasnya. Sebelumnya, viral di media sosial video pidato Senator Australia Pauline Hanson yang menyebut kotoran sapi bertebaran di jalanan Bali. Dalam video itu, Pauline Hanson mengungkapkan kekhawatirannya soal WN Australia bisa menularkan penyakit mulut dan kuku (PMK) setelah dari Bali.
"Bali berbeda dengan negara lain," ujar Hanson. Lalu Hanson menyebut sapi di Bali bebas dilepasliarkan di jalan. Kotoran sapi, kata Pauline, bertebaran di jalan.
"Kotoran sapi bertebaran, dan orang berjalan di atasnya, dan terbawa di pakaiannya, dan orang itu kembali ke negara ini (Australia)" jelas Hanson berapi-api. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia Sandiaga Uno membantah pernyataan Pauline Hanson melalui akun Instagram pribadinya.
"Apa yang disampaikan seorang senator Australia @senatorpaulinehanson ini tidak berdasar pada fakta. Secara tegas dan lugas saya sampaikan untuk jangan pernah menghina Bali, ikon dan jantung pariwisatanya Indonesia," tulis Sandiaga. Sandiaga menyebut Bali kini sudah bangkit. Lapangan pekerjaan di Bali sudah terbuka lebar.
Dia meminta Hanson tidak mengganggu ketenangan serta kepulihan ekonomi Bali dengan ucapan-ucapan yang tidak benar. "Oiya, fyi... Bali bukanlah negara... pasti dulunya bukan anak IPS. Lain kali dicek dulu ya di mbah google. Matur suksma," jelas Sandiaga. *k17
1
Komentar