Balai Bahasa Provinsi Bali Merevitalisasi Bahasa Daerah
DENPASAR, NusaBali.com – Balai Bahasa Provinsi Bali menjalankan program untuk merevitalisasi keberadaan Bahasa Bali, mulai dari strategi revitalisasi bahasa model A hingga Festival Tunas Bahasa Ibu untuk memupuk kecintaan generasi belia.
Sebagai bahasa daerah tunggal dan dominan digunakan dalam percakapan sehari-hari, Bahasa Bali dikategorikan sebagai bahasa daerah yang berstatus relatif aman. Oleh karena itu, Balai Bahasa Provinsi Bali menerapkan revitalisasi model A untuk Bahasa Bali.
“Revitalisasi model A itu karena di sini hanya ada satu bahasa daerah yang digunakan dan itu masih dominan di wilayah tutur dan itu berbeda dengan wilayah lain di Indonesia timur yang memiliki banyak bahasa daerah dalam satu provinsi,” jelas Dr Herawati SS MA, 45, Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali kepada NusaBali.com, Rabu (10/8/2022).
Herawati mengatakan Bahasa Bali juga masih menikmati keuntungan dengan keberadaan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali yang menjamin Bahasa Bali menjadi muatan lokal dan diajarkan di sekolah formal.
Meskipun demikian, program revitalisasi bahasa daerah yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) pada Februari tahun 2022 itu tetap dijalankan dengan melakukan koordinasi dan audiensi dengan para pemangku kepentingan di Provinsi Bali.
“Pertama, kami melakukan koordinasi dan audiensi dengan para pemangku kepentingan di Provinsi Bali, ada rapat koordinasi antara instansi dengan para pemangku kepentingan dari sembilan kabupaten/kota,” tutur Herawati saat ditemui di ruang kerjanya di Kantor Balai Bahasa Provinsi Bali.
Lembaga yang berlokasi di Jalan Trengguli I No. 34, Tembau, Denpasar itu bersama dengan para pemangku kepentingan tersebut kemudian berhasil menghasilkan poin-poin rekomendasi terkait upaya pelestarian bahasa daerah, serta membuahkan modul pengajaran Bahasa Bali untuk jenjang SD dan SMP.
Upaya tersebut pun berlanjut dengan melakukan pendidikan dan pelatihan 252 guru SD dan SMP dari sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali dalam rangka mempersiapkan anak didik mereka menghadapi Festival Tunas Bahasa Ibu pada 15 November mendatang yang akan diramaikan dengan kompetisi bahasa dan sastra Bali.
“Guru dari perwakilan sembilan kabupaten/kota itu kami himpun di Hotel Prime Plaza (Sanur). Kami berikan pelatihan sesuai dengan tujuh lomba yang akan kami uji di Festival Tunas Bahasa Ibu,” tutur birokrat kelahiran Sulawesi Selatan itu.
Festival yang menyasar siswa SD dan SMP tersebut akan dimeriahkan dengan lomba-lomba seperti masatua Bali, membaca puisi, membaca Aksara Bali, magending rare, macepat, nyurat Aksara Bali, dan macecimpedan untuk peserta dari bangku sekolah dasar.
Sedangkan untuk siswa SMP akan dilibatkan dalam kompetisi membaca Aksara Bali, menulis Aksara Bali digital, membaca puisi, mapidarta, nutur TikTok, bebanyolan, dan potrekan.
Untuk lokasi pelaksanaan kegiatan tersebut, Herawati belum bisa memastikan, namun sudah terbibit usulan untuk digelar di Taman Budaya Art Center. Oleh karena itu, Balai Bahasa Provinsi Bali berharap tetap dapat menjaga sinergi dengan para pemangku kepentingan dan kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Bali.
Herawati, selaku Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali, mengaku telah melakukan audiensi dengan pemerintah dan diterima langsung oleh Wakil Gubernur (Wagub) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati.
Kata Herawati, wagub yang akrab dipanggil Cok Ace itu, merespons dengan sangat baik rencana kegiatan yang dipaparkan oleh balai bahasa.
“Kami berharap pemerintah daerah dapat memberikan dukungan terhadap pelaksaan ini. Kami sudah beraudiensi menyosialisasikan perihal ini ke pemerintah, waktu itu kami bertemu dengan wagub dan Beliau merespons dengan sangat baik rencana kegiatan ini,” ujar Herawati.
Program yang sudah dan akan dijalankan tersebut diharapkan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat Bali dan mampu memupuk kecintaan Tunas Bahasa Ibu alias generasi belia terhadap bahasa ibunda mereka, yakni Bahasa Bali. *rat
1
Komentar