Isu Harga Mi Naik Tak Bikin Panik
Ketua Aprindo Bali menilai kenaikan harga mi instan merupakan hal lumrah
DENPASAR, NusaBali
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali Anak Agung Ngurah Agung Agra Putra menyebut tak akan ada kepanikan terkait isu kenaikan harga mie instan.
"Kembali lagi, bahwa mi itu bukan bahan pokok dan melainkan adalah barang subtitusi dari makanan pokok kita, sepertinya tidak akan sampai ada kepanikan berbelanja di masyarakat," kata Agra di Denpasar, seperti dilansir Antara, Kamis (11/8).
Isu soal kenaikan harga mi instan hingga tiga kali lipat ini muncul dari pernyataan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo (8/8) yang meminta masyarakat berhati-hati akan adanya kenaikan harga mi instan yang berbahan gandum itu.
Kenaikan itu disebut-sebut sebagai dampak dari adanya perang Rusia-Ukraina. Namun demikian, Ketua Aprindo Bali menyampaikan bahwa kenaikan harga mi instan merupakan hal yang lumrah.
"Kalau kenaikan harga memang lumrah terjadi, tidak hanya kali ini saja. Tetapi untuk yang ini mungkin perlu menjadi perhatian akibat perang Rusia-Ukraina yang dapat menyebabkan tersendatnya pasokan gandum," ujar Agra kepada media. Menurutnya, apabila harga mi instan melambung tinggi, masyarakat akan beralih mencari substitusi produk gandum sehingga dampaknya tak akan begitu terasa.
Kendati harga mi instan belum melambung tinggi, pedagang pasar dan retail di Bali mengaku telah merasakan kenaikan harga sedikit demi sedikit. "Sudah naik segala macam mi, mie kuning duluan naik Rp500 per bungkus, jadi Rp10 ribu per dus. Untuk mi yang lebar sekarang bisa Rp20 ribu per dus," kata salah satu pedagang sembako di Pasar Katrangan Denpasar, Ni Made Kartini (41).
Sementara itu mi instan jenis goreng kini dijualnya dengan harga Rp3.500 dari yang sebelumnya Rp3.000, sedangkan mie rebus masih di angka Rp3.000 sehingga dalam satu dusnya, ia membeli kepada distributor seharga Rp110 ribu dari yang sebelumnya Rp100 ribu."Sekarang berkurang ngambilnya, biasanya nyari dua dus, sekarang satu dus saja lama habisnya. Untuk kenaikan dari distributor kalau akan naik pasti sebelumnya diberitahu mau naik," kata Kartini di Denpasar.
Pegawai salah satu retail di Denpasar Timur justru mengatakan tak ada dampak buruk terkait kenaikan harga tipis ini. Di toko yang dikelolanya, belum ada pembeli yang mengeluh atas kenaikan harga yang terjadi, sehingga pengurangan stok juga tidak dilakukan.
"Hampir sebulan sekali naik, harga jual sekarang masih Rp3.000 untuk mi instan goreng dan rebus kuah. Ini harga tertinggi yang pernah kami jual," kata pegawai ritel bernama Made Suarta (44), Kamis.
Ia mengaku belum pernah mendengar isu adanya kenaikan harga hingga tiga kali lipat, meski demikian Suarta mengaku ritel tempatnya bekerja umumnya akan menunggu respon pembeli apabila kenaikan tajam ini benar terjadi. *
Komentar