Terkenal Berkat Jualan 'Laklak Biu Men Bayu'
Samangat Hidup Pasutri Tua Ni Tanik – Sutarma
TABANAN, NusaBali
Jalur Kota Tabanan – destinasi Bedugul, melalui Kecamatan Penebel, Tabanan, tepatnya di Banjar Penebel Baleran, Desa/Kecamatan Penebel, terdapat sebuah warung sederhana dan masih tradisional.
Auranya, masih kebalian. Warung ini milik pasutri (pasangan suami istri) tua, Ni Nyoman Tanik,68, - Ketut Sutarma,71. Mereka menjual kuliner jajan Laklak khas Penebel.
Orang sekitar mengenal penganan ini 'Laklak Biu Men Bayu'. Pasutri ini sudah menjual Laklak sejak 14 tahun lalu atau tahun 2009. Tak hanya di warung tradisional, kuliner ini kerap tampil pada acara festival kuliner yang digelar pemerintah.
Para pelanggan menilai, taste Laklak Biu Men Bayu memang berbeda dari laklak umumnya di Bali. Laklak ini berbentuk agak lebar, dan hanya berisi toping pisang dan parutan kelapa. Taste khas kuliner legendaris ini begitu legit dan empuk karena diproses di atas tungku dengan nyala api dari kayu bakar.
Ketut Sutarma mengatakan, tak ada resep khusus yang digunakan untuk membuat laklak itu. Bahannya sama seperti membuat kue pada umumnya. Namun yang membuatnya beda adalah bentuk Laklak dan cara pembuatanya yang masih sangat tradisional. "Sengaja saya tidak menggunakan kompor gas, tetap kayu bakar, biar rasanya lebih enak," ujarnya.
Menurut dia, awal mula kuliner ini dibuat hanya coba-coba saja. Maklum tahun 2009 lalu Ketut Sutarma pengangguran. Ternyata, dari hanya coba-coba itu, kuliner jajan ini banyak diminati pembeli. "Syukur sampai sekarang masih laku, dan kami setiap hari membuat Laklak ini," akunya.
Tiap harinya di warung yang jauh dari kesan mewah ini, pasutri tersebut bisa menjual paling sedikit Rp 300.000 dan terbanyak Rp 600.000. Mereka buka warung mulai pukul 07.00 - 21.00 Wita. "Kalau ramai sampai mendapat jualan Rp 600.000. Karena selain warga lokal, turis juga suka Laklak," terang Ketut Sutarma.
Keunikan Laklak Men Bayu ini selain rasanya gurih dan dibuat secara tradisional dengan tungku kayu bakar, bentuknya juga berbeda. Tidak seperti Laklak pada umumnya yang kecil. Laklak Biu Men Bayu ukuran sedang.
Diatas Laklak tersebut ditaburi topping pisang dan kelapa yang diparut tanpa diberikan gula. Ketika sudah matang Laklak Biu Men Bayu dilipat menyerupai crepes. Laklak paling nikmat disantap saat kondisi panas. Biasanya pembeli tak cukup hanya menyantap satu biji, bisa menghabiskan 3 - 4 biji.
Namun sekarang, untuk menambah citra rasa, mereka tak hanya menjual Laklak Men Bayu dengan topping original. Kini juga dilengkapi topping modern, seperti rasa strobery dan keju. Hanya saja yang paling laris memang yang varian original.
Setiap harinya kuliner Laklak Biu Men Bayu dikerjakan oleh pasutri ini saja. Nyoman Tanik bertugas menanak Laklak di atas tungku. Ketut Sudarma memarut kelapa. Meski usia mereka usur, mereka sangat semangat meladeni pembeli. *des
1
Komentar