Krama Istri Intens Tekuni Anyaman Bambu
Menengok Tradisi Kerajinan di Sidatapa, Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Bambu memang sangat melekat bagi kehidupan masyarakat di Bali. Bambu sering digunakan sebagai sarana upacara, hingga sebagai bahan kerajinan.
Di Buleleng, sentral perajin anyaman bambu intens ditekuni krama istri (kaum perempuan) di Desa Sidatapa, Kecamatan Banjar. Di desa tersebut, sebagian masyarakatnya berprofesi sebagai perajin bambu. Salah satu perempuan perajin anyaman bambu di Desa , Putu Asih. Tangannya sangat cekatan menganyam helai-helai bambu tersebut menjadi sebuah produk. Aktivitas menganyam bambu itu sudah digelutinya sejak berumur enam tahun. Hingga kini, dia mempunyai tiga anak dan satu cucu. Pekerjaan itu tetap digelutinya.
Mulanya dia hanya membuat bambu tersebut menjadi anyaman tradisional seperti, bakul, keranjang dan kukusan. Sejak empat tahun terakhir, dia berinovasi membuat bambu tersebut menjadi kerajinan yang lebih kekinian. Anyaman bambu yang dibuatnya kini, yakni tempat lampu gantung yang biasanya digunakan di villa, hotel maupun restoran.
Dari membuat tempat lampu gantung dari anyaman bambu tersebut, Asih bisa meraup omset perbulan hingga Rp 2 juta. Biasanya, dia menjual satu biji kerajinan tempat lampu gantung itu Rp 15.000, lebih mahal dibanding menjual kerajinan berbentuk kukusan di harga Rp 4.000. "Dulu buat bakul, keranjang, dan kukusan. Baru-baru ini ada orderan seperti ini," katanya, ditemui Sabtu (6/8).
Asih menyebutkan, kerajinan lampu gantung dari bambu itu dijual ke pengepul satu ikat yang berisi 20 biji. Untuk membuatnya, dia membutuhkan hingga lima hari pengerjaan. Asih mengaku, tak pernah menemui kesulitan karena tangannya sudah lihai dalam menganyam bambu tersebut. "Setiap hari ada saja karena sudah memiliki langganan. Sempat pandemi kosong orderan. Tapi saya tetap buat. Setahun terakhir ini baru ada pesanan," kata dia.
Sementara itu, Perbekel Desa Sidatapa, Ketut Budiasa mengatakan, saat ini hampir 80 persen penduduk perempuan di Desa Sidatapa, bekerja sebagai perajin bambu. "Dari total 2.500 krama istri di Sidatapa, 2000 orang yang menjadi perajin bambu. Kerajinan ini warisan leluhur kami. Apa yang menjadi warisan tetap kami jaga," ujarnya.
Selain itu, di desa setempat juga terdapat komunitas perajin bambu bernama Bamboo Corner Handicraft. Komunitas tersebut digunakan sebagai penunjang warga desa setempat untuk mengembangkan dan memasarkan produknya. Saat ini tercatat 35 orang menjadi anggota komunitas tersebut, 10 orang di antaranya merupakan pengurus dan 25 orang perajin.*mz
Komentar