Memastikan Masa Depan Lukisan Batuan Aman di Tangan Anak-anak
Rare Rupa Batuan, Bagian dari Perayaan Sahasra Warsa 1.000 Tahun Prasasti Baturan
Pameran bersama anak-anak Perkumpulan Pelukis Baturulangun Batuan ini menjadi pemacu generasi muda Batuan untuk belajar teknik, berbagi dan meneruskan ke generasi selanjutnya.
GIANYAR, NusaBali
Puluhan anak-anak Perkumpulan Pelukis Baturulangun Batuan difasilitasi Indo Art House menggelar pameran. Bertajuk Rare Rupa Batuan, sebagai bagian dari perayaan Sahasra Warsa 1.000 Tahun Prasasti Baturan Isaka 944. Pameran dibuka oleh Ketua Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibya) Kabupaten Gianyar Anak Agung Rai Arma di depan Gapura Purbakala Pura Desa Adat Batuan, Kecamatan Sukawati pada, Minggu (14/8) sore.
"Kami mempersembahkan pameran lukisan gaya Batuan karya 50+ generasi muda Batuan," jelas Ketua Perkumpulan Pelukis Baturulangun Batuan I Ketut Sadia dalam sambutannya. Dia berharap, pameran bersama ini menjadi pemacu generasi muda Batuan untuk belajar teknik, berbagi dan meneruskan pada generasi selanjutnya.
Ketut Sadia menjelaskan meregenerasi pelukis Batuan sempat mengalami tantangan berat. "Tahun 2012 ketika pelukis Batuan yang tersisa, jumlahnya hanya bisa dihitung dengan jari. Kami prihatin, kemudian tercetus tujuan bersama agar lukisan Batuan tetap ada dan lestari," ujar pelukis asal Banjar Pekandelan ini.
Tiga tahun pertama, pelukis yang tersisa cukup antusias hingga terwujud beberapa kali pameran. Namun rasa khawatir tak kuasa dibendung. "Kita evaluasi gimana cara agar lukisan Batuan tidak terputus di kami. Maka terjadilah regenerasi teknik melukis gaya Batuan. Kerjasama dengan SD se Desa Batuan, masuk kurikulum diikuti siswa kelas 3 sampai 6," jelasnya. Perjuangan belum tuntas saat itu, sebab pelukis pembina harus sabar mengarahkan basic anak-anak yang suka mewarnai ke teknik Batuan yang rumit.
"Dengan sabar kami bina, pelan tapi pasti mereka akhirnya menguasai. Anak-anak sampai sekarang sudah menikmati teknik yang kita berikan," jelas Sadia. Seiring berjalannya waktu, beberapa kali anak-anak Batuan berpameran di Kuta maupun Ubud. "Mereka pernah diundang oleh Kemendikbud saat hari anak nasional. Salah satu anak kami juga juara I di Jepang. Padahal kita diundang dibiayai ke Jepang, karena Covid-19 hadiah dikirim," jelasnya.
Saat ini, anak-anak Batuan yang bergabung dalam perkumpulan berjumlah sekitar 60-an orang. "Karya yang dipamerkan saat ini hampir 70-an. Yang terkecil masih taman kanak-kanak," jelasnya. Sementara itu, Sancita Resen selaku perwakilan Indo Art House menjelaskan kolaborasi ini terjalin sejak beberapa bulan terakhir. "Founder kami, ketika pertama kali ke Bali 2016 lalu, sudah tumbuh kecintaan dengan Bali. Kami terhubung dengan Batuan, setelah dia membaca sebuah buku lukisan seniman muda Batuan Pande Made Dwi Artha. Dia melihat keunikan seni lukis Batuan, kemudian kami mulai melakukan riset," jelasnya.
Salah satu tujuan riset yakni melestarikan seni budaya Bali dan dikenal sampai ke mancanegara. Kurator Warih Wisatsana mengapresiasi daya imajinasi anak-anak yang masih bebas tanpa batas. "Misalnya ada pelukis yang menghadirkan sosok Spiderman, sosok yang seakan hanya ada di dunia film virtual, bisa dihadirkan dalam kehidupan nyata di Desa Batuan. Seperti juga Made Dio Kusuma Wijaya, visi ke depannya memikirkan kehidupan di luar angkasa. Jadi bagi saya, anak Batuan punya ketakjuban dalam hidup yang membuat orang di dunia takjub," ungkapnya. Hal ini membuktikan leluhur Batuan sangat luar biasa.
"Maka tidak salah bila Raja Marakata mencatatkan Prasasti tentang ragam seni yang dalam waktu dekat akan kita rayakan bersama. Dengan Rare Rupa Batuan ini, kita sejatinya sedang merayakan masa depan lukisan Batuan aman di tangan mereka," ungkapnya. Serangkaian pembukaan pameran juga digelar pelantikan pengurus Perkumpulan Pelukis Baturulangun Batuan Periode 2022-2027 yang diketuai oleh I Wayan Diana, menggantikan I Ketut Sadia.
Turut hadir anggota DPRD Gianyar Dapil Sukawati Putu Pebriantara, Perbekel Batuan Ari Anggara, Bendesa Adat Batuan Nyoman Megawan, Jegeg Bagus Gianyar, undangan terkait serta para orangtua. Ada hal menarik pula yang patut diapresiasi, yakni dalam agenda pembukaan pameran menjadi tambah semarak karena memadukan penyajian seni rupa dan seni pertunjukan (Gambuh). Terjadi ruang komunikatif performance antara tokoh Condong dengan anak-anak peserta pameran, dan decak kagum yang menghadiri diungkapkan lewat tepukan tangan meriah. *nvi
"Kami mempersembahkan pameran lukisan gaya Batuan karya 50+ generasi muda Batuan," jelas Ketua Perkumpulan Pelukis Baturulangun Batuan I Ketut Sadia dalam sambutannya. Dia berharap, pameran bersama ini menjadi pemacu generasi muda Batuan untuk belajar teknik, berbagi dan meneruskan pada generasi selanjutnya.
Ketut Sadia menjelaskan meregenerasi pelukis Batuan sempat mengalami tantangan berat. "Tahun 2012 ketika pelukis Batuan yang tersisa, jumlahnya hanya bisa dihitung dengan jari. Kami prihatin, kemudian tercetus tujuan bersama agar lukisan Batuan tetap ada dan lestari," ujar pelukis asal Banjar Pekandelan ini.
Tiga tahun pertama, pelukis yang tersisa cukup antusias hingga terwujud beberapa kali pameran. Namun rasa khawatir tak kuasa dibendung. "Kita evaluasi gimana cara agar lukisan Batuan tidak terputus di kami. Maka terjadilah regenerasi teknik melukis gaya Batuan. Kerjasama dengan SD se Desa Batuan, masuk kurikulum diikuti siswa kelas 3 sampai 6," jelasnya. Perjuangan belum tuntas saat itu, sebab pelukis pembina harus sabar mengarahkan basic anak-anak yang suka mewarnai ke teknik Batuan yang rumit.
"Dengan sabar kami bina, pelan tapi pasti mereka akhirnya menguasai. Anak-anak sampai sekarang sudah menikmati teknik yang kita berikan," jelas Sadia. Seiring berjalannya waktu, beberapa kali anak-anak Batuan berpameran di Kuta maupun Ubud. "Mereka pernah diundang oleh Kemendikbud saat hari anak nasional. Salah satu anak kami juga juara I di Jepang. Padahal kita diundang dibiayai ke Jepang, karena Covid-19 hadiah dikirim," jelasnya.
Saat ini, anak-anak Batuan yang bergabung dalam perkumpulan berjumlah sekitar 60-an orang. "Karya yang dipamerkan saat ini hampir 70-an. Yang terkecil masih taman kanak-kanak," jelasnya. Sementara itu, Sancita Resen selaku perwakilan Indo Art House menjelaskan kolaborasi ini terjalin sejak beberapa bulan terakhir. "Founder kami, ketika pertama kali ke Bali 2016 lalu, sudah tumbuh kecintaan dengan Bali. Kami terhubung dengan Batuan, setelah dia membaca sebuah buku lukisan seniman muda Batuan Pande Made Dwi Artha. Dia melihat keunikan seni lukis Batuan, kemudian kami mulai melakukan riset," jelasnya.
Salah satu tujuan riset yakni melestarikan seni budaya Bali dan dikenal sampai ke mancanegara. Kurator Warih Wisatsana mengapresiasi daya imajinasi anak-anak yang masih bebas tanpa batas. "Misalnya ada pelukis yang menghadirkan sosok Spiderman, sosok yang seakan hanya ada di dunia film virtual, bisa dihadirkan dalam kehidupan nyata di Desa Batuan. Seperti juga Made Dio Kusuma Wijaya, visi ke depannya memikirkan kehidupan di luar angkasa. Jadi bagi saya, anak Batuan punya ketakjuban dalam hidup yang membuat orang di dunia takjub," ungkapnya. Hal ini membuktikan leluhur Batuan sangat luar biasa.
"Maka tidak salah bila Raja Marakata mencatatkan Prasasti tentang ragam seni yang dalam waktu dekat akan kita rayakan bersama. Dengan Rare Rupa Batuan ini, kita sejatinya sedang merayakan masa depan lukisan Batuan aman di tangan mereka," ungkapnya. Serangkaian pembukaan pameran juga digelar pelantikan pengurus Perkumpulan Pelukis Baturulangun Batuan Periode 2022-2027 yang diketuai oleh I Wayan Diana, menggantikan I Ketut Sadia.
Turut hadir anggota DPRD Gianyar Dapil Sukawati Putu Pebriantara, Perbekel Batuan Ari Anggara, Bendesa Adat Batuan Nyoman Megawan, Jegeg Bagus Gianyar, undangan terkait serta para orangtua. Ada hal menarik pula yang patut diapresiasi, yakni dalam agenda pembukaan pameran menjadi tambah semarak karena memadukan penyajian seni rupa dan seni pertunjukan (Gambuh). Terjadi ruang komunikatif performance antara tokoh Condong dengan anak-anak peserta pameran, dan decak kagum yang menghadiri diungkapkan lewat tepukan tangan meriah. *nvi
1
Komentar