Pengalaman Berharga Bali yang Ekonominya Terkoyak Akibat Pandemi
Dari Bedah Buku 'Bali Berlayar di Tengah Badai Covid-19'
DENPASAR, NusaBali
Bagaimana gambaran kondisi Bali akibat Pandemi Covid-19 berikut langkah-langkah yang bersifat antisipatif terhadap kemungkinan hal yang serupa seandainya terjadi, sebuah buku ‘Bali Berlayar di Tengah Badai Covid-19, Strategic Foresight untuk Masa Depan’ salah satu rujukannya.
Buku yang disusun Ahli Utama Bappeda Bali I Putu Astawa bersama dua rekannya IDPG Rai Anom dan I Putu Wira Utama, memuat gambaran antara lain keadaan Bali akibat Pandemi Covid-19. Pada, Senin (15/8) Pusbindiklatren Bappenas melakukan bedah buku tersebut . Dua narasumber sumber yang dihadirkan dalam bedah buku yang dimoderatori Perencana Ahli Madya Pusbindiklatren, Bappenas Wignyo Adiyoso. Kedua narasumber tersebut Rektor Universitas Paramadina, Prof Didik J Rachbini serta Dosen Perencanaan Kota Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Ridwan Sutriadi.
Narasumber Didik J Rachbini mendorong agar Astawa tak berhenti hanya menulis ‘Bali Berlayar di Tengah Badai Covid-19’. “Ini tidak terhenti sampai di sini.Ini buku awal, sehingga diharapkan bisa menulis lagi, dilanjutkan dan harus ada skenario turunan,” ucap dia. Didik J Rachbini mengapresiasi, kemampuan penulis buku, tiga tingkat lebih tinggi dari orang yang sekadar hanya bicara.
Sementara narasumber Ridwan Sutriadi menilai, buku yang ditulis Putu Astawa dan kawan-kawan merupakan inovasi untuk merespon pandemi Covid-19. “Tak hanya itu, juga terdapat framework, dan berusaha merespon kebijakan nasional,” ujar dia. Ridwan Sutriadi juga mengaku terperanjat, karena biasanya buku itu dijual mahal. Namun di Pdf diberikan secara gratis.
Sebelumnya Wignyo Adiyoso mengatakan pandemi Covid-19 menjadi pemicu terpuruknya perekonomian.
Bali lanjut Widnyo Adiyoso, menjadi salah satu daerah yang menderita, mengingat perekonomian Bali ditunjang dari sektor pariwisata. “Rata-rata ekonomi Bali di atas nasional, akan tetapi adanya pandemi perekonomian Bali jatuh bahkan minus,” ungkap dia. I Putu Astawa menyampaikan penulisan buku ‘ Bali Berlayar di Tengah Badai Covid-19, Strategic Foresight untuk Masa Depan’ memang terinspirasi dari Pandemi Covid-19. Dia menggambarkan bagaimana proyeksi Bali pada awal tahun 2020 yang mengisyaratkan penuh optimisme. Namun kemudian harus porak poranda akibat kehadiran ‘ tamu tak diundang’ Covid-19. Ekspektasi dan optimisme kata dia juga sebelumnya terjadi di tingkat nasional.
Berangkat dari itulah, kata Astawa bagaimana pengalaman ini bisa dijadikan sebagai tonggak, agar ke depan bisa dibuat perencanaan yang berdimensi antisipatif. Layaknya kata pepatah, pengalaman guru terbaik, jangan sampai kembali terperosok pada lubang yang sama. “Itu yang menginsipirasi, sehingga tersusun buku ini,” ucap mantan pria asal Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar.
Dikatakan Astawa, penulisan buku tersebut dimaksudkan untuk menyusun strategic foresight bagi Bali untuk mencari jalan keluar dari kondisi VUCA, yakni Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity, yakni kondisi yang berubah dengan cepat, ketidakpastian, kompleks dan segala sesuatu yang mendua, sehingga menimbulkan ketidakpastian.
Astawa bahagia, karena buku terkait perjuangan pemerintah pusat dan masyarakat Bali menghadapi badai Covid-19, direspon positif. Tidak saja dari Pemerintah Daerah, tetapi juga dari Pemerintah Pusat. Kegiatan bedah buku dilakukan secara virtual melalui aplikasi Zoom serta live streaming di kanal YouTube, diikuti kurang lebih 300 orang. Dikatakan Astawa, buku ‘Bali Berlayar di Tengah Badai Covid-19, merupakan karya kedua yang dibuat bersama rekan-rekannya. Buku dia pertama berjudul ‘3T, Trust Trail Travel’. Buku ‘Bali Berlayar di Tengah Badai Covid-19’ mulai digarap pada November 2021. Kemudian ditulis pada bulan Desember. Selesai bulan Juni.” Yang paling lama menunggu ISBN,” ujarnya. *k17
Komentar