Tekuni Nyurat Aksara Bali di Daun Lontar dan Lempengan Tembaga
Kepala Sekolah (Kasek) SD Negeri 2 Duda Utara, Kecamatan Selat, Karangasem, Jro Wayan Berata memiliki keahlian sekaligus hobi yang terbilang langka, yakni menulis aksara Bali di daun lontar dan lempengan tembaga.
Jro Wayan Berata, Kasek SDN 2 Duda Utara
AMLAPURA, NusaBali
Hobinya itu kini terus dikembangkan sebagai bagian dari upaya melestarikan penulisan aksara Bali, baik di daun lontar maupun lempengan tembaga.
Ditemui di kediamannya di Banjar Adat/Desa Pakraman Geriana Kauh, Kecamatan Selat, Karangasem, Minggu (16/4), Jro Wayan Berata mengatakan dirinya menekuni penulisan di daun lontar sejak tahun 1997, sedangkan menulis di lempengan tembaga sejak tahun 2015 lalu. “Menulis aksara Bali saya jadikan hobi, walau duduk lama-lama, pikiran saya akan selalu terasa bugar setelah mampu mengekspresikan kesenangan ini,” ujar Jro Wayan Berata.
Selama menjalankan hobinya sebagai penulis aksara Bali, Jro Wayan Berata telah menulis lima prasasti di Kecamatan Selat, Karangasem, dua prasasti di Kecamatan Mengwi, Badung dan satu prasasti di Desa/Kecamatan Bebandem. Sedangkan menulis awig-awig baru satu kali, yakni untuk awig-awig Desa Pakraman Geriana Kangin, Kecamatan Selat, Karangasem. “Selebihnya menulis di daun lontar serta menggandakan lontar yang telah rusak milik Pusat Dokumentasi Bali,” kata Wakil Bendesa Pakraman Geriana Kauh.
Menulis di lempengan tembaga katanya jauh lebih cepat, karena gunakan mesin tato, dan huruf-huruf Bali bisa langsung dibaca. Beda dengan menulis di daun lontar, sehabis menulis belum bisa langsung dibaca, sebab harus diolesi minyak kemiri biar warna huruf terlihat hitam.
“Kebanggaan menulis aksara Bali di daun lontar dan di lempengan tembaga, yakni hasil karya diterima masyarakat. Apalagi menulis prasasti, hasil karya dipasupati dan dikeramatkan, itu kebanggaan secara bathin buat saya,” ungkap ayah 3 anak dan 3 cucu ini. Menekuni menulis aksara Bali di daun lontar kata Jro Wayan Berata, karena berlatar belakang pendidikan tamatan jurusan Sastra Bali IKIP PGRI Bali tahun 1997, juga atas bimbingan penekun sastra Bali, Ida I Dewa Gede Catra dari Jalan Untung Surapati Amlapura. Sedangkan menulis aksara Bali di lempengan tembaga atas dorongan Jro Mangku Jati pamangku di Pura Pulasari, Bangli.
Di Karangasem Wayan Berata juga masuk dalam tim pembina menulis aksara Bali di daun lontar. Sedangkan kariernya, memulai jadi guru Agama Hindu tahun 1986-2002 di SD Negeri 8 Duda, Kecamatan Selat, sekarang diubah jadi SD Negeri 1 Duda Utara. Selanjutnya pindah ke SD Negeri 2 Duda Utara di Banjar Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat tahun 2002-2009, kemudian diangkat sebagai Kasek SD Negeri 2 Duda Utara sejak tahun 2009.
Sedangkan latar belakang pendidikannya, SD Putemata, Desa Ladongi, Kecamatan Putemata, Kabupaten Kolaka, Sulteng tahun 1976, SMPN Muncan, Kecamatan Selat tahun 1980, PGAH (Pendidikan Guru Agama Hindu) Amlapura tahun 1983, dan IKIP PGRI Bali tahun 2011. Tahun 2015 Jro Wayan Berata sempat mengantarkan SD Negeri 2 Duda Utara meraih predikat Trofi Adi Wiyata Mandiri. * k16
AMLAPURA, NusaBali
Hobinya itu kini terus dikembangkan sebagai bagian dari upaya melestarikan penulisan aksara Bali, baik di daun lontar maupun lempengan tembaga.
Ditemui di kediamannya di Banjar Adat/Desa Pakraman Geriana Kauh, Kecamatan Selat, Karangasem, Minggu (16/4), Jro Wayan Berata mengatakan dirinya menekuni penulisan di daun lontar sejak tahun 1997, sedangkan menulis di lempengan tembaga sejak tahun 2015 lalu. “Menulis aksara Bali saya jadikan hobi, walau duduk lama-lama, pikiran saya akan selalu terasa bugar setelah mampu mengekspresikan kesenangan ini,” ujar Jro Wayan Berata.
Selama menjalankan hobinya sebagai penulis aksara Bali, Jro Wayan Berata telah menulis lima prasasti di Kecamatan Selat, Karangasem, dua prasasti di Kecamatan Mengwi, Badung dan satu prasasti di Desa/Kecamatan Bebandem. Sedangkan menulis awig-awig baru satu kali, yakni untuk awig-awig Desa Pakraman Geriana Kangin, Kecamatan Selat, Karangasem. “Selebihnya menulis di daun lontar serta menggandakan lontar yang telah rusak milik Pusat Dokumentasi Bali,” kata Wakil Bendesa Pakraman Geriana Kauh.
Menulis di lempengan tembaga katanya jauh lebih cepat, karena gunakan mesin tato, dan huruf-huruf Bali bisa langsung dibaca. Beda dengan menulis di daun lontar, sehabis menulis belum bisa langsung dibaca, sebab harus diolesi minyak kemiri biar warna huruf terlihat hitam.
“Kebanggaan menulis aksara Bali di daun lontar dan di lempengan tembaga, yakni hasil karya diterima masyarakat. Apalagi menulis prasasti, hasil karya dipasupati dan dikeramatkan, itu kebanggaan secara bathin buat saya,” ungkap ayah 3 anak dan 3 cucu ini. Menekuni menulis aksara Bali di daun lontar kata Jro Wayan Berata, karena berlatar belakang pendidikan tamatan jurusan Sastra Bali IKIP PGRI Bali tahun 1997, juga atas bimbingan penekun sastra Bali, Ida I Dewa Gede Catra dari Jalan Untung Surapati Amlapura. Sedangkan menulis aksara Bali di lempengan tembaga atas dorongan Jro Mangku Jati pamangku di Pura Pulasari, Bangli.
Di Karangasem Wayan Berata juga masuk dalam tim pembina menulis aksara Bali di daun lontar. Sedangkan kariernya, memulai jadi guru Agama Hindu tahun 1986-2002 di SD Negeri 8 Duda, Kecamatan Selat, sekarang diubah jadi SD Negeri 1 Duda Utara. Selanjutnya pindah ke SD Negeri 2 Duda Utara di Banjar Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat tahun 2002-2009, kemudian diangkat sebagai Kasek SD Negeri 2 Duda Utara sejak tahun 2009.
Sedangkan latar belakang pendidikannya, SD Putemata, Desa Ladongi, Kecamatan Putemata, Kabupaten Kolaka, Sulteng tahun 1976, SMPN Muncan, Kecamatan Selat tahun 1980, PGAH (Pendidikan Guru Agama Hindu) Amlapura tahun 1983, dan IKIP PGRI Bali tahun 2011. Tahun 2015 Jro Wayan Berata sempat mengantarkan SD Negeri 2 Duda Utara meraih predikat Trofi Adi Wiyata Mandiri. * k16
Komentar