Bangkit dari Pandemi, Mantan Public Relation Ini Hasilkan Cuan dari Perasan Jeruk Nipis Murni
DENPASAR,NusaBali.com – Dampak pandemi membuat para pelaku pariwisata, khususnya karyawan sektor akomodasi di Bali harus bisa bertahan dengan segala cara.
Seperti yang dilakukan Mahacakri Sirindon ,37. Perempuan asal ibukota yang sebelumnya menjadi Public Relation sebuah hotel di Pulau Dewata harus mencari cara bisa melewati badai krisis yang menimpa Bali yang dimulai pada Maret 2020, saat Covid-19 terdeteksi di Bali.
Tak mau berdiam diri, Mahacakri mengembangkan usaha minuman jeruk nipis murni yang diberi nama ‘Limeanade.’
"Ide membuat usaha sari jeruk nipis ini, bermula saat terjadinya pandemi Covid-19. Ketika itu pariwisata Bali sangat terpuruk, hampir semua bisnis buyar, begitupun pekerjaan saya terkena dampaknya, saya dirumahkan dan tidak tahu harus ngapain," kenang Mahacakri.
Dirinya sempat berpikir untuk membuat bisnis kuliner makanan, tetapi ia sadar akan kalah dengan kompetitor yang sudah lebih dulu masuk ke bisnis makanan.
"Jadinya saya pikir ulang, produk apa yang belum pernah dijual khususnya di Kota Denpasar. Setelah merenung cukup lama, akhirnya saya jatuhkan pilihan membuat minuman asli sari jeruk nipis," tutur Mahacakri.
Mahacakri menjelaskan usaha yang dirintis dilatarbelakangi saat pandemi lalu kebutuhan akan vitamin-C pada setiap orang meningkat, dan produk-produk yang mengandung vitamin-C laris diburu pembeli.
"Karena kandungan vitamin-C diminuman sari jeruk nipis Limeanade sangat besar, bermanfaat untuk daya tahan tubuh, sebagai antioksidan dan sangat bagus untuk kesehatan kulit, selain itu dengan rutin konsumsi perasan jeruk nipis secara keseluruhan memiliki manfaat yang baik untuk diet dan bahkan bisa dijadikan program terapi untuk mempercepat kehamilan," jelasnya
Limeanade diproduksi secara manual di Biaung, Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur. Produksi minuman ini bisa mencapai 100 botol per hari dengan menghabiskan 10 sampai 20 kilogram jeruk nipis. Cuan yang dihasilkan kisaran Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per bulannya.
"Produk ini yang pertama di Bali, untuk kategori perasan sari jeruk nipis, per botol ukuran 250 mililiter, kami jual di harga Rp 10.000 saja. Selain itu karena menggunakan bahan alami tanpa pengawet, ketika telah dibuka wajib langsung dihabiskan ataupun cuma bertahan tiga hari di lemari pendingin," tambahnya.
Mahacakri mengakui untuk pemasaran masih mengandalkan platform sosial media dan kegiatan-kegiatan event seperti ini sebagai ajang promosi.
Salah satu event yang menjadi ajang unjuk perkenalan Limeanade adalah Sanur Village Festival (SVF) XV yang digelar 17-21 Agustus 2022, di Pantai Matahari Terbit, Sanur Kaja, Denpasar Selatan.
Event tahunan yang diinisiasi Yayasan Pembangunan Sanur (YPS) ini memberi peluang bagi pelaku UMKM untuk berkreasi, berkreativitas, dan memanfaatkan kesempatan yang ada untuk memutar perekonomiannya di tempat ini.
Novitasari, 23, salah satu pengunjung yang terlihat mencicipi tester minuman jeruk nipis Limeanade, Sabtu (20/8/2022) malam, mengaku tertarik mencoba karena penasaran dan dirinya tidak menyangka rasanya tidak seasam yang dibayangkan.
"Ternyata rasanya tidak terlalu asam dan di keterangannya tertulis aman juga untuk penderita maag, karena mengandung sifat basa yang berfungsi menetralkan asam lambung," kata wanita yang berprofesi sebagai karyawan swasta ini, seraya membeli dua botol Limeanade. *aps
1
Komentar