2 Korban Kompor Mayat Meledak Meninggal
Saat Kejadian Kadek Gian Tunggui Pembakaran Jasad Ayahnya
Pekerjaan korban meninggal, Bagus Oscar sebagai tukang kompor sejatinya hanya sampingan, pekerjaan utamanya sebagai karyawan di Telkom Denpasar.
GIANYAR, NusaBali
Dua di antara 9 korban ledakan tabung minyak kompor jenazah saat puncak Ngaben Massal di Desa Adat Selat Belega, Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Jumat (19/8) petang dinyatakan meninggal dunia. Keduanya mengalami luka bakar cukup berat di atas 90 persen. Masing-masing, Kadek Gian Permana Putra,14, warga Banjar Selat, Desa Belega dengan luka bakar 94 persen dan tukang kompor Bagus Oscar Horizon Ninu,34, dengan luka bakar 98 persen.
Kapolsek Blahbatuh Kompol I Made Tama saat dikonfirmasi membenarkan dua korban meninggal dunia. "Ya benar dua korban luka bakar meninggal dunia," jelas Kompol Tama, Minggu (21/8). Meninggalnya Bagus Oscar juga dibenarkan oleh kakek misan korban, I Nyoman Regig. Dia mengatakan Bagus Oscar menghembuskan napas terakhir dalam perawatan di ICU Burn Unit RSUP Sanglah (kini bernama RSUP Prof IGNG Ngoerah) Denpasar pada, Sabtu (20/8) pukul 17.00 Wita. "Memang luka bakarnya Oscar paling parah," ujar Nyoman Regig saat ditemui di rumah duka Banjar Intaran, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Minggu pagi kemarin.
Saat ini jenazah korban masih dititipkan di Ruang Forensik RSUP Sanglah. Selanjutnya prosesi Pengabenan akan dilakukan secara kremasi di Krematorium Punduk Dawa, Klungkung pada Soma Kliwon Uye, Senin (22/8) hari ini. Kremasi dipilih karena prosesi Pengabenan tidak memungkinkan digelar di desa adat setempat. "Karena lagi 3 hari ada Piodalan di Pura Kebo Edan," jelasnya didampingi sejumlah kerabat lain.
Dijelaskan, pekerjaan Bagus Oscar sebagai tukang kompor sejatinya hanyalah pekerjaan sampingan. Pekerjaan utamanya sebagai karyawan di Telkom Denpasar.
Sementara usaha jasa kompor mayat atau kompor jenazah dikelola oleh kakek misannya yang lain, I Made Suarta. "Kebetulan dia libur, order kompor cukup banyak untuk ngaben massal. Jadi dia bantu," jelas Nyoman Regig. Meskipun pekerjaan sampingan, Bagus Oscar sudah cakap mengoperasikan kompresor kompor mayat tersebut. "Karena ini bisa dikatakan usaha keluarga, jadi kalau dia ada waktu luang pasti bantu jadi tukang kompor," terang pensiunan Bappeda Gianyar ini.
Terhadap kejadian yang membuat korban bertaruh nyawa tersebut, keluarga mencoba untuk ikhlas. "Kami yakin dia bekerja sudah profesional. Alat-alat pasti dicek dan tidak mungkin ada unsur kesengajaan. Kami anggap ini musibah, mungkin sudah jalan hidupnya," jelas paman korban I Made Rai Ridharta menambahkan.
Sekretaris Dinas Perhubungan Kabupaten Gianyar ini mengatakan musibah yang dialami Bagus Oscar seperti mengulang kenangan masa lalu. "Dulu, ayahnya Oscar yang jadi tentara meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas. Usia Oscar saat itu sekitar 1 tahun. Sekarang, Oscar juga meninggalkan dua anaknya yang masih balita," ungkap Rai Ridharta. Semasa hidup, Bagus Oscar merupakan tulang punggung keluarga. Istrinya, Ayu Sri Tri Kartini dulu sama-sama bekerja sebagai pegawai Telkom, namun saat ini telah berhenti bekerja untuk mengurus rumah tangga.
Sementara itu, meninggalnya Kadek Gian Permana Putra,14, juga menyisakan duka mendalam bagi keluarga. Sebab saat kejadian, siswa SMPN 3 Blahbatuh ini sedang menunggui jasad almarhum ayahnya dibakar. Dari penuturan warga setempat, Kadek Gian merupakan anak yang berbakti. "Saat kejadian, dia sedang menunggu proses pembakaran almarhum ayahnya," ungkap salah satu warga saat menitipkan jenazah Kadek Gian di Ruang Sedap Malam, RSUD Sanjiwani Gianyar, Minggu (21/8) siang.
Melihat kondisi luka bakar Kadek Gian yang cukup parah, keluarga hanya bisa berdoa dan pasrah.
"Dalam kondisi tubuh melepuh, buang air kecil saja Gian tak bisa. Karena bagian kemaluannya juga melepuh," tuturnya. Saat kejadian para saksi melihat korban yang akrab dipanggil Gian ini, tidak beranjak saat proses pembakaran berlangsung. Hingga ledakan terjadi posisinya sangat dekat bersama tukang kompor. Ironisnya korban yang sekujur tubuhnya terbakar berupaya berlari dalam kondisi api yang meyelimuti tubuhnya. "Dalam kondisi panik, Gian berlari hingga ke rumah warga dan sempat masuk ke kamar mandi. Hingga dilarikan ke rumah sakit Gian terlihat pasrah tidak ada rintihan meski kesakitan," terang salah seorang kerabatnya.
Selain Oscar, saat ini dua tukang kompor mayat asal Banjar Intaran masih dalam perawatan di RSUP Sanglah, yakni, Kadek Dwi Putra Jaya, 32 dan I Ketut Adi Wiranata, 32. Mereka ini masih berhubungan saudara. Namun bukan saudara kandung.
Nyoman Regig selaku orangtua Kadek Dwi mengatakan anaknya masih dirawat di RSUP Sanglah menderita luka bakar di bawah 50 persen. Terkait kondisinya, Regig mengatakan anaknya sudah bisa berbicara. Namun masih kesakitan. "Masih di ruang ICU, sudah bisa bicara. Katanya tubuhnya panas, padahal suhu di ruangannya dirawat sangat dingin, saya sendiri merasakan suhunya sangat dingin. Tapi anak saya kepanasan. Mudah-mudahan anak saya segera sembuh," ujarnya.
Regig mengungkapkan, saat kejadian, sejatinya anaknya mendapatkan tugas membakar sawa di kelompok lain atau bukan di sawa yang kompornya meledak. "Saat itu pekerjaan anak saya sudah selesai. Lalu dia ke sawa yang dibakar Oscar bersama Ketut Wiranata, tujuannya untuk membantu agar cepat selesai," ungkap Regig. Sama seperti Oscar, pekerjaan membakar mayat ini merupakan kerja sampingan mereka. Kadek Dwi sendiri keseharian bekerja sebagai Tenaga Harian Lepas (THL), tepatnya sopir Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Gianyar Cokorda Gede Bagus Lesmana Trisnu.
Sementara pemilik usaha kompor mayat, I Made Suarta saat ditemui di rumah duka, tak menyangka usaha yang sudah digelutinya 20 tahunan menjadi seperti ini. Kata dia, setiap akan melakukan pekerjaan, pihaknya selalu mengecek alat. Bahkan sebelum kejadian, pihaknya telah melakukan pekerjaan serupa di desa adat lain. Dan, saat itu tidak ada kendala apapun. "Paginya sebelum di Selat, kami di Bayad, saat itu tidak ada masalah. Kepada para korban, saya minta maaf. Saya tidak menyangka akan terjadi seperti ini," ujar Suarta yang masih syok atas peristiwa ini.
Sementara Staf Medis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik RSUP Sanglah, Dr dr Agus Roy Rusly Hariantana Hamid SpBP-RE(K) FICS, yang menangani kedua korban mengatakan luka bakar yang dialami kedua korban terbilang serius mengakibatkan keduanya mengalami banyak komplikasi.
"Terjadi kegagalan napas, secara metabolisme itu kan pasti terganggu untuk pembuluh darahnya, sehingga pasien dengan luas luka bakar begitu untuk bernapas saja sulit," terang dr Roy, dikonfirmasi Minggu siang pukul 11.45 Wita.
Meski kedua pasien mendapatkan bantuan napas sementara menggunakan mesin, nyatanya kondisi luka yang cukup parah mengakibatkan pasien tidak mampu bertahan. "Jadi penyebab kematian pada fase awal luka bakar adalah shock hipovelomik (kekurangan cairan), hipoksia, sama hipotermia," ujar dr Roy lebih lanjut.
Dijelaskan, shock hipovelomik merupakan kondisi kekurangan cairan pada tubuh yang dapat terjadi pada pasien luka bakar yang cukup parah. "Jadi cairan yang harusnya masuk untuk mengganti cairan yang hilang akibat luka bakar itu kan harus kejar-kejaran. Antara cairan yang keluar dan masuk itu kita harus kejar-kejaran selama 48 jam pertama idealnya," ungkapnya. Luka bakar yang luas lebih dari 50 persen atau 60 persen juga rentan mengakibatkan hipotermia, yakni suhu menurun drastis di bawah 35 derajat celcius. "Kita suhu normal 36 derajat, turun ke 35 derajat saja sudah mengalami gangguan metabolisme," jelasnya.
Hipoksia, seperti dijelaskan sebelumnya merupakan kegagalan pernapasan, yang menjadi semakin lebih parah apalagi pasien sempat menghirup gas panas yang secara awam bisa menyebabkan kerusakan paru-paru. Dengan meninggalnya dua orang korban, saat ini ICU Burn Unit RSUP Sanglah masih merawat empat korban lainnya. Keempatnya saat ini masih dalam penanganan intensif.
Salah satunya adalah korban Kadek Dwi Putra Jaya,32, yang merupakan salah satu tukang kompor pada kejadian naas tersebut. Meski mengalami luka yang tidak kalah serius, luka bakar 70 persen, dr Roy menyebut wajah Kadek Putra tidak mengalami luka sehingga diharapkan tidak mengakibatkan gangguan pernapasan. "Ada satu pasien yang 70 persen, tapi wajahnya tidak terkena, sehingga kita harapkan dengan tidak adanya gangguan pernapasan pasien masih bisa survive, mudah-mudahan," ucap dr Roy.
Selain Kadek Putra, tiga korban lainnya yang masih dirawat di RSUP Sanglah, yakni dua warga Desa Adat Selat Belega, Gusti Made Budiarta,49, dan Gusti Ngurah Pradita, 12, dan satu tukang kompor lainnya bernama Ketut Adi Wiranata,32. Seperti diberitakan sebelumnya petaka terjadi saat prosesi pembakaran petulangan puncak Ngaben Massal di Desa Adat Selat Belega, Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Jumat (19/8) petang pukul 19.30 Wita. Tabung minyak dari pembakaran petulangan diduga bocor hingga menyebabkan terjadinya ledakan hebat. Sedikitnya 9 orang krama dilarikan ke IGD RSUD Sanjiwani Gianyar. Satu diantaranya masih anak-anak, 3 tukang kompor dan 5 lainnya krama setempat. *nvi, cr78
Kapolsek Blahbatuh Kompol I Made Tama saat dikonfirmasi membenarkan dua korban meninggal dunia. "Ya benar dua korban luka bakar meninggal dunia," jelas Kompol Tama, Minggu (21/8). Meninggalnya Bagus Oscar juga dibenarkan oleh kakek misan korban, I Nyoman Regig. Dia mengatakan Bagus Oscar menghembuskan napas terakhir dalam perawatan di ICU Burn Unit RSUP Sanglah (kini bernama RSUP Prof IGNG Ngoerah) Denpasar pada, Sabtu (20/8) pukul 17.00 Wita. "Memang luka bakarnya Oscar paling parah," ujar Nyoman Regig saat ditemui di rumah duka Banjar Intaran, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Minggu pagi kemarin.
Saat ini jenazah korban masih dititipkan di Ruang Forensik RSUP Sanglah. Selanjutnya prosesi Pengabenan akan dilakukan secara kremasi di Krematorium Punduk Dawa, Klungkung pada Soma Kliwon Uye, Senin (22/8) hari ini. Kremasi dipilih karena prosesi Pengabenan tidak memungkinkan digelar di desa adat setempat. "Karena lagi 3 hari ada Piodalan di Pura Kebo Edan," jelasnya didampingi sejumlah kerabat lain.
Dijelaskan, pekerjaan Bagus Oscar sebagai tukang kompor sejatinya hanyalah pekerjaan sampingan. Pekerjaan utamanya sebagai karyawan di Telkom Denpasar.
Sementara usaha jasa kompor mayat atau kompor jenazah dikelola oleh kakek misannya yang lain, I Made Suarta. "Kebetulan dia libur, order kompor cukup banyak untuk ngaben massal. Jadi dia bantu," jelas Nyoman Regig. Meskipun pekerjaan sampingan, Bagus Oscar sudah cakap mengoperasikan kompresor kompor mayat tersebut. "Karena ini bisa dikatakan usaha keluarga, jadi kalau dia ada waktu luang pasti bantu jadi tukang kompor," terang pensiunan Bappeda Gianyar ini.
Terhadap kejadian yang membuat korban bertaruh nyawa tersebut, keluarga mencoba untuk ikhlas. "Kami yakin dia bekerja sudah profesional. Alat-alat pasti dicek dan tidak mungkin ada unsur kesengajaan. Kami anggap ini musibah, mungkin sudah jalan hidupnya," jelas paman korban I Made Rai Ridharta menambahkan.
Sekretaris Dinas Perhubungan Kabupaten Gianyar ini mengatakan musibah yang dialami Bagus Oscar seperti mengulang kenangan masa lalu. "Dulu, ayahnya Oscar yang jadi tentara meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas. Usia Oscar saat itu sekitar 1 tahun. Sekarang, Oscar juga meninggalkan dua anaknya yang masih balita," ungkap Rai Ridharta. Semasa hidup, Bagus Oscar merupakan tulang punggung keluarga. Istrinya, Ayu Sri Tri Kartini dulu sama-sama bekerja sebagai pegawai Telkom, namun saat ini telah berhenti bekerja untuk mengurus rumah tangga.
Sementara itu, meninggalnya Kadek Gian Permana Putra,14, juga menyisakan duka mendalam bagi keluarga. Sebab saat kejadian, siswa SMPN 3 Blahbatuh ini sedang menunggui jasad almarhum ayahnya dibakar. Dari penuturan warga setempat, Kadek Gian merupakan anak yang berbakti. "Saat kejadian, dia sedang menunggu proses pembakaran almarhum ayahnya," ungkap salah satu warga saat menitipkan jenazah Kadek Gian di Ruang Sedap Malam, RSUD Sanjiwani Gianyar, Minggu (21/8) siang.
Melihat kondisi luka bakar Kadek Gian yang cukup parah, keluarga hanya bisa berdoa dan pasrah.
"Dalam kondisi tubuh melepuh, buang air kecil saja Gian tak bisa. Karena bagian kemaluannya juga melepuh," tuturnya. Saat kejadian para saksi melihat korban yang akrab dipanggil Gian ini, tidak beranjak saat proses pembakaran berlangsung. Hingga ledakan terjadi posisinya sangat dekat bersama tukang kompor. Ironisnya korban yang sekujur tubuhnya terbakar berupaya berlari dalam kondisi api yang meyelimuti tubuhnya. "Dalam kondisi panik, Gian berlari hingga ke rumah warga dan sempat masuk ke kamar mandi. Hingga dilarikan ke rumah sakit Gian terlihat pasrah tidak ada rintihan meski kesakitan," terang salah seorang kerabatnya.
Selain Oscar, saat ini dua tukang kompor mayat asal Banjar Intaran masih dalam perawatan di RSUP Sanglah, yakni, Kadek Dwi Putra Jaya, 32 dan I Ketut Adi Wiranata, 32. Mereka ini masih berhubungan saudara. Namun bukan saudara kandung.
Nyoman Regig selaku orangtua Kadek Dwi mengatakan anaknya masih dirawat di RSUP Sanglah menderita luka bakar di bawah 50 persen. Terkait kondisinya, Regig mengatakan anaknya sudah bisa berbicara. Namun masih kesakitan. "Masih di ruang ICU, sudah bisa bicara. Katanya tubuhnya panas, padahal suhu di ruangannya dirawat sangat dingin, saya sendiri merasakan suhunya sangat dingin. Tapi anak saya kepanasan. Mudah-mudahan anak saya segera sembuh," ujarnya.
Regig mengungkapkan, saat kejadian, sejatinya anaknya mendapatkan tugas membakar sawa di kelompok lain atau bukan di sawa yang kompornya meledak. "Saat itu pekerjaan anak saya sudah selesai. Lalu dia ke sawa yang dibakar Oscar bersama Ketut Wiranata, tujuannya untuk membantu agar cepat selesai," ungkap Regig. Sama seperti Oscar, pekerjaan membakar mayat ini merupakan kerja sampingan mereka. Kadek Dwi sendiri keseharian bekerja sebagai Tenaga Harian Lepas (THL), tepatnya sopir Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Gianyar Cokorda Gede Bagus Lesmana Trisnu.
Sementara pemilik usaha kompor mayat, I Made Suarta saat ditemui di rumah duka, tak menyangka usaha yang sudah digelutinya 20 tahunan menjadi seperti ini. Kata dia, setiap akan melakukan pekerjaan, pihaknya selalu mengecek alat. Bahkan sebelum kejadian, pihaknya telah melakukan pekerjaan serupa di desa adat lain. Dan, saat itu tidak ada kendala apapun. "Paginya sebelum di Selat, kami di Bayad, saat itu tidak ada masalah. Kepada para korban, saya minta maaf. Saya tidak menyangka akan terjadi seperti ini," ujar Suarta yang masih syok atas peristiwa ini.
Sementara Staf Medis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik RSUP Sanglah, Dr dr Agus Roy Rusly Hariantana Hamid SpBP-RE(K) FICS, yang menangani kedua korban mengatakan luka bakar yang dialami kedua korban terbilang serius mengakibatkan keduanya mengalami banyak komplikasi.
"Terjadi kegagalan napas, secara metabolisme itu kan pasti terganggu untuk pembuluh darahnya, sehingga pasien dengan luas luka bakar begitu untuk bernapas saja sulit," terang dr Roy, dikonfirmasi Minggu siang pukul 11.45 Wita.
Meski kedua pasien mendapatkan bantuan napas sementara menggunakan mesin, nyatanya kondisi luka yang cukup parah mengakibatkan pasien tidak mampu bertahan. "Jadi penyebab kematian pada fase awal luka bakar adalah shock hipovelomik (kekurangan cairan), hipoksia, sama hipotermia," ujar dr Roy lebih lanjut.
Dijelaskan, shock hipovelomik merupakan kondisi kekurangan cairan pada tubuh yang dapat terjadi pada pasien luka bakar yang cukup parah. "Jadi cairan yang harusnya masuk untuk mengganti cairan yang hilang akibat luka bakar itu kan harus kejar-kejaran. Antara cairan yang keluar dan masuk itu kita harus kejar-kejaran selama 48 jam pertama idealnya," ungkapnya. Luka bakar yang luas lebih dari 50 persen atau 60 persen juga rentan mengakibatkan hipotermia, yakni suhu menurun drastis di bawah 35 derajat celcius. "Kita suhu normal 36 derajat, turun ke 35 derajat saja sudah mengalami gangguan metabolisme," jelasnya.
Hipoksia, seperti dijelaskan sebelumnya merupakan kegagalan pernapasan, yang menjadi semakin lebih parah apalagi pasien sempat menghirup gas panas yang secara awam bisa menyebabkan kerusakan paru-paru. Dengan meninggalnya dua orang korban, saat ini ICU Burn Unit RSUP Sanglah masih merawat empat korban lainnya. Keempatnya saat ini masih dalam penanganan intensif.
Salah satunya adalah korban Kadek Dwi Putra Jaya,32, yang merupakan salah satu tukang kompor pada kejadian naas tersebut. Meski mengalami luka yang tidak kalah serius, luka bakar 70 persen, dr Roy menyebut wajah Kadek Putra tidak mengalami luka sehingga diharapkan tidak mengakibatkan gangguan pernapasan. "Ada satu pasien yang 70 persen, tapi wajahnya tidak terkena, sehingga kita harapkan dengan tidak adanya gangguan pernapasan pasien masih bisa survive, mudah-mudahan," ucap dr Roy.
Selain Kadek Putra, tiga korban lainnya yang masih dirawat di RSUP Sanglah, yakni dua warga Desa Adat Selat Belega, Gusti Made Budiarta,49, dan Gusti Ngurah Pradita, 12, dan satu tukang kompor lainnya bernama Ketut Adi Wiranata,32. Seperti diberitakan sebelumnya petaka terjadi saat prosesi pembakaran petulangan puncak Ngaben Massal di Desa Adat Selat Belega, Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Jumat (19/8) petang pukul 19.30 Wita. Tabung minyak dari pembakaran petulangan diduga bocor hingga menyebabkan terjadinya ledakan hebat. Sedikitnya 9 orang krama dilarikan ke IGD RSUD Sanjiwani Gianyar. Satu diantaranya masih anak-anak, 3 tukang kompor dan 5 lainnya krama setempat. *nvi, cr78
1
Komentar