Kontroversi Jalan Layang di Bali, Begini Penjelasan Kadek Arimbawa
DENPASAR, NusaBali.com – Lama tidak terdengar wacana pembangunan jalan layang di Bali, tiba-tiba wacana jalan layang kembali digulirkan oleh I Kadek Arimbawa. Seniman yang juga seorang politisi ini menyebut jalan layang adalah solusi mengurai kemacetan di Pulau Dewata.
“Solusi kemacetan di Bali adalah dengan membangun jalan layang,” kata Kadek Arimbawa dalam podcast di channel YouTube Bali Satu dengan host Wayan Widana. Tak ayal usulan sosok yang dikenal dengan nama Lolak ini menimbulkan kontroversi pro dan kontra.
Soal penambahan infrastruktur berupa jalan layang ini, kata Lolak, sebenarnya sudah mendapat lampu hijau dari Kementerian PU pada waktu itu. Karena berdasar kajian akademi, Bali harus menambah infrastruktur jika tidak ingin mengalami kelumpuhan akibat kemacetan.
“Yang menghabiskan tanah di Bali sebenarnya adalah pembangunan jalan. Tapi yang disalahkan pariwisatanya. Coba hitung dari Padanggalak ke Gua Lawah, lebar dan panjang jalan menghabiskan berapa hektare. Coba sebelum ada jalan, apa ada orang beli lahan? Setelah ada jalan habis tanah kanan kiri jalan,” sorot Lolak.
Namun Lolak mengakui tidak kaget jika usulan yang disebut kontroversial ini menimbulkan pro dan kontra. “Sudah pasti pro dan kontra, tapi harus dibuka ruang diskusi dibangunnya jalan layang di Bali, khususnya di Bali Selatan,” kata anggota DPD RI Dapil Bali periode 2009-2014 dan 2014-2019 ini.
Sebagaimana usulan yang menyeruak di era 2000an, pembangunan jalan layang di Bali akan terbentur dengan batas kesucian hingga kegiatan keagamaan yang dilangsungkan krama Bali.
Kondisi itu pun sudah diperhitungkan oleh Lolak, sehingga sebelum dilakukannya pembangunan jalan layang sudah harus ditentukan batas kesucian. “Apa yang ditakutkan soal batas zona kesucian bisa dijawab dengan menentukan kawasan-kawasan itu dulu,” usul Lolak.
Dicetuskan juga analogi konsepsi jalan layang tersebut dengan pesawat udara yang juga berada di atas ketinggian. “Konsep kesucian, pasti terjadi pro dan kontra. Tapi harus ada yang berani mewacanakan,” kata Lolak.
Kondisi kemacetan di Bali Selatan, lanjut Lolak, perlu dicarikan jalan keluar. Karena kemacetan sudah terasa di saat pariwisata Bali belum pulih 100 persen pasca pandemi Covid-19. “Bisa dibayangkan bagaimaa kroditnya jika kunjungan wisatawan sudah seperti sebelum pandemi,” urai seniman lawak ini.
“Dengan 4 juta sampai 6 juta wisatawan saja sudah stagnan, apalagi jika target wisatawan sebesar 16 juta orang terpenuhi,” lanjutnya.
Tokoh kelahiran Kamasan Klungkung ini menegaskan pembangunan jalan layang tetap memperhatikan konsep kesucian. “Jadi ketika berada di zona kawasan suci, ketinggiannya juga bisa diperhitungkan,” jelas Lolak.
“Saya mengambil solusi seperti itu untuk mengurai kemacetan di Bali. Silakan jika ada tokoh-tokoh yang mungkin ada solusi lain,” imbuh Ketua DPD Partai Hanura Provinsi Bali ini.
Pilihan jalan layang untuk Bali, kata Lolak, juga berkaitan dengan efektivitas. Pasalnya biaya pembuatan jalan layang dibandingkan dengan underpass yang sudah ada dua titik di Kabupaten Badung, sangat jauh dari segi pembiayaan.
“Pembangunan 1 kilometer underpass setara dengan 25 kilometer pembiayaan jalan layang. Bawah (underpass, Red) lebih berat. Cost-nya luar biasa besarnya, Jadi paling tepat adalah jalan layang dengan sistem sostrobahu,” kata Lolak yang pernah menjadi pimpinan komite dengan mitra Kementerian Pekerjaan Umum semasih duduk di kursi DPD RI tersebut.
Sejumlah komentar warganet pun bermunculan di kolom komentar Bali Satu.
Aang Puja menulis, “Ketua DPD Hanura sangat cerdas, menolak tp ada alasannya, tidak setuju tp disiapkan solusinya, keren bgt.”
Lütfullah AĞCADAĞ pun memuji dengan mengatakan, “Isinya Daging Semua...mantap Boskuh.”
Akun ItzEnesR3KT juga menambahkan komentar , “Ternyata Pak Lolak cerdas. Kirain cuma bisa mengocok perut. Ngocok catur politik juga.”
Dukungan jalan layang juga dituliskan oleh MCGaminG Emirhan,”Dkung pembangunan jalan layang, biar tak macet di jalan raya.”
1
Komentar