Siswa SMP se-Kabupaten Badung Ambil Bagian Hidupkan Cerita Nusantara
MANGUPURA, NusaBali.com – Sebanyak sepuluh finalis Lomba Bercerita Daerah Nusantara tingkat SMP se-Kabupaten Badung ambil bagian untuk melestarikan warisan budaya, nilai luhur, dan kearifan lokal yang terkandung dalam cerita rakyat.
Bertempat di ruang teater Balai Budaya Giri Nata Mandala, Mangu Praja Mandala, Jumat (26/8/2022), kesepuluh finalis yang disaring sejak Sabtu (13/8/2022) hingga Senin (15/8/2022) melalui submisi video tersebut, berusaha menunjukkan penampilan terbaik dan totalitas mereka untuk menghidupkan para karakter dalam cerita.
Acara yang diadakan serangkaian Badung Education Fair (BEF) 2022 tersebut dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa SMP di Badung mengenai kebhinnekaan melalui keragaman cerita dari daerah di Indonesia dan nilai karakter serta moral yang terselip dalam cerita yang mereka pilih sendiri dan ditampilkan sendiri pula.
Kata Ketua Panitia BEF 2022, Ketut Lokasanti, 43, perhelatan yang dilaksanakan oleh guru penggerak angkatan satu dan dua tersebut merupakan bahan evaluasi untuk pelaksanaan BEF di tahun berikutnya, termasuk Lomba Bercerita Daerah Nusantara.
“Tidak menutup kemungkinan pada tahun berikutnya, bila perlu diadakan lomba bercerita dalam Bahasa Bali dan Bahasa Inggris, akan kami munculkan,” ujar Loka saat ditemui tengah memantau jalannya perlombaan.
Dewan Juri menyebutkan ada beberapa kriteria yang dinilai seperti penampilan, teknik bercerita, penguasaan materi cerita, dan kemampuan membawakan cerita. Meski para finalis terlihat total dalam berpakaian dan penggunaan properti, dewan juri menegaskan bahwa yang menjadi poin utama adalah bagaimana finalis tersebut bisa menghidupkan setiap karakter yang diperankan.
Di sisi lain, dewan juri juga mengapresiasi penampilan para finalis yang di luar dugaan mampu memberikan penampilan terbaik dan menunjukkan potensi mereka meskipun masih ada kekurangan yang perlu dibenahi untuk ke depannya.
Salah satu finalis dari SMPN 2 Abiansemal, I Gusti Ayu Suputri Darmayani, 13, mengaku mempersiapkan secara ekstra pada aspek karakter antagonis dalam cerita ‘Nyai Roro Kidul’ yang ia bawakan. Keikutsertaannya dalam perlombaan ini, kata Suputri, dilakukannya karena ia memang tertarik untuk ikut tanpa ada paksaan dari pihak sekolah.
“Memang kepingin ikut aja, buat cari pengalaman,” ujar siswi kelas VIII ini ketika ditemui di belakang panggung. Suputri pun mengaku puas dengan penampilan yang sudah dilakukannya meskipun ia melupakan beberapa kata dan tidak jarang susah mengucapkan kata tertentu.
Senada dengan Suputri, Ketut Kasi, 56, sang pembina pun cukup puas dengan penampilan anak didiknya itu. Kasi menekankan bahwa Suputri sudah menampilkan yang terbaik sesuai kemampuannya.
Di bawah bimbingan Kasi, Suputri diarahkan untuk mampu berakting dan mengkomunikasi kan suatu kisah kepada penonton bukan hanya sekadar membawakan cerita. Oleh karena itu, ‘Nyai Roro Kidul’ dipilih karena menurut Kasi merupakan salah satu cerita daerah yang cukup mudah dipahami alurnya oleh siswa SMP.
Sementara Ni Wayan Cintya Dewi Purnamawati, 14, finalis dari SMPN 4 Kuta Selatan yang sedang menunggu giliran tampil terlihat melatih narasi dan dialog cerita dalam hatinya. Cintya mengaku aspek-aspek seperti ekspresi dan narasi merupakan dua hal yang ia sedang persiapkan sembari menunggu.
Cintya akan membawakan cerita daerah dari Kalimantan Barat berjudul ‘Legenda Batu Menangis.’ Kata siswi kelas IX ini, ia memilih cerita tersebut sebab menarik dari segi alur cerita dan membawa pesan moral yang mendalam tentang anak yang durhaka kepada orangtua.
Sementara itu, dewan juri mengingatkan bahwa dalam lomba bercerita, tiga aspek pentingnya adalah narasi, dialog, dan waktu. Oleh karena itu, dewan juri menyoroti beberapa finalis dan pembina mereka yang hanya menginterpretasikan kegiatan bercerita secara naratif saja sedangkan dialognya dihilangkan. Selain itu, terdapat finalis yang terkesan bercerita secara tergesa-gesa dikarenakan kekurangan waktu akibat teks yang terlalu panjang. *rat
1
Komentar