Gubernur Koster Beri Perhatian Khusus Kain Tenun Cagcag Jati Batuan yang Nyaris Punah
Pelestariannya Diminta Mencontoh Tenganan Pegringsingan
Salah satu cara pelestariannya dengan mengajak Krama dan para Yowana (generasi muda) mengenakan kain tenun dalam kegiatan adat, seni, budaya, dan keagamaan.
GIANYAR, NusaBali
Gubernur Bali Wayan Koster memberikan perhatian serius pada kain tenun Cagcag Jati khas Desa Adat Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar yang hampir punah keberadaannya. Untuk pelestarian warisan adiluhung kain tenun Cagcag Jati ini, Gubernur Koster minta Desa Batuan agar mencontoh Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Karangasem. Salah satunya dengan cara mengajak Krama dan para Yowana (generasi muda) mengenakan kain tenun dalam kegiatan adat, seni, budaya, dan keagamaan.
Perhatian tersebut disampaikan langsung saat Gubernur Bali Wayan Koster menerima hasil tenunan kain tradisional Cagcag Jati yang diserahkan oleh Perbekel Batuan Ari Anggara dan Bendesa Adat Batuan I Nyoman Megawan di ruang tamu Kantor Gubernur Bali, Kamis (25/8) saat menyampaikan uleman kegiatan seni dan budaya peringatan 1.000 tahun prasasti Batuan yang akan berlangsung 26 Desember 2022.
Gubernur Koster pun mengarahkan agar dibuatkan pararem soal pelestarian kain tenun khas Batuan ini dan siapkan regenerasi perajinnya. "Dalam pararem itu misalnya memuat ajakan, jika ada piodalan di Desa Adat Batuan, Krama atau Yowana-nya diajak menggunakan kain tenun khas Batuan tersebut, contoh seperti di Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem yang sudah melestarikan kain tenunnya secara turun-temurun," jelas Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini. Bentuk perhatian yang serius ini pula telah dikuatkan melalui Surat Edaran Nomor 04 Tahun 2021 tentang Penggunaan Kain Tenun Endek Bali/Kain Tenun Tradisional Bali.
Bahwa kain tenun sebagai salah satu produk kerajinan tangan perlu dijaga, dirawat dan dilestarikan agar tidak punah ditelan jaman. Sementara itu Perbekel Batuan Ari Anggara didampingi Bendesa Adat Batuan I Nyoman Megawan saat dikonfirmasi, Jumat (26/8) membenarkan telah mesadu ajeng atau bertemu dengan Gubernur Wayan Koster.
Kedatangan mereka sejatinya untuk mohon restu dan arahan Gubernur Bali terkait rencana Peringatan Seribu Tahun ditulisnya Prasasti Baturan yang berangka tahun 944 Isaka.
"Kami datang bersama Ketua BPD, LPM, Ketua Komunitas Citra Kara, Baturulangun dan Wetalika Baturan Bendesa Adat Batuan, Pangliman, Penyarikan dan Ketua Panitia Sahasra Warsa Batuan (Peringatan Seribu Tahun ditulisnya Prasasti Baturan)," jelas Ari Anggara.
Dalam kesempatan tersebut, disampaikan tentang Desa Batuan, potensi budaya dan seni yang bisa masuk ke Indikasi Geografis dan hal terkait. "Termasuk kami memperkenalkan tenun asli Batuan, tenun yang merupakan warisan budaya asli Batuan yang sudah ada sejak tahun 1970-an. Kini perajinnya tinggal 1 orang saja. Kami memohon agar Bapak Gubenur memberikan perhatian lebih terhadap pelestarian tenun ini bersama Ibu Gubernur," jelasnya.
Perbekel Ari Anggara pun berharap kain tenun yang pernah eksis sebagai salah satu daya tarik pariwisata ini bisa dibangkitkan kembali. "Semoga dengan pertemuan ini, para perajin tenun kain khas Batuan bisa bangkit kembali berkat doa dan arahan dari Bapak Gubernur Bali, Matur Suksma," ujarnya. Terkait saran agar tenun Batuan kembali eksis dengan pembuatan perarem, Desa Batuan baik dinas maupun adat akan berupaya membuat produk yang multi fungsi dan mengagendakan pelatihan-pelatihan. Selain itu, Perbekel juga menyampaikan rencana pelaksanaan Lomba Bapang Barong dan Mekendang Tunggal.
Untuk diketahui, Tenun Cagcag Jati Desa Batuan hanya menyisakan satu pengrajin usia sepuh di Banjar Dentiyis. Namanya Ni Made Mirib, usianya sekitar 76 tahun. Kain tenun hasil karya Made Mirib saat ini hanya bisa dihitung dengan jari. Tidak laku dijual, sehingga hanya disimpan untuk dipergunakan sendiri. Biasanya digunakan sebagai wastra sanggah atau rantasan. Kain tenun ini juga dibuat untuk cucu perempuannya. "Saya buatkan satu untuk cucu. Dipakai saat menari Rejang Sutri di Pura Desa Batuan," jelasnya saat ditemui beberapa waktu lalu.
Jika pun dijual, Made Mirib memperkirakan satu lembar kain sepanjang 1 atau 2 meter harganya bisa jutaan rupiah. Hanya saja, dengan harga tersebut jarang ada orang yang membeli, kecuali mereka yang melihat kain tersebut sebagai sebuah karya seni. *nvi
Gubernur Bali Wayan Koster memberikan perhatian serius pada kain tenun Cagcag Jati khas Desa Adat Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar yang hampir punah keberadaannya. Untuk pelestarian warisan adiluhung kain tenun Cagcag Jati ini, Gubernur Koster minta Desa Batuan agar mencontoh Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Karangasem. Salah satunya dengan cara mengajak Krama dan para Yowana (generasi muda) mengenakan kain tenun dalam kegiatan adat, seni, budaya, dan keagamaan.
Perhatian tersebut disampaikan langsung saat Gubernur Bali Wayan Koster menerima hasil tenunan kain tradisional Cagcag Jati yang diserahkan oleh Perbekel Batuan Ari Anggara dan Bendesa Adat Batuan I Nyoman Megawan di ruang tamu Kantor Gubernur Bali, Kamis (25/8) saat menyampaikan uleman kegiatan seni dan budaya peringatan 1.000 tahun prasasti Batuan yang akan berlangsung 26 Desember 2022.
Gubernur Koster pun mengarahkan agar dibuatkan pararem soal pelestarian kain tenun khas Batuan ini dan siapkan regenerasi perajinnya. "Dalam pararem itu misalnya memuat ajakan, jika ada piodalan di Desa Adat Batuan, Krama atau Yowana-nya diajak menggunakan kain tenun khas Batuan tersebut, contoh seperti di Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem yang sudah melestarikan kain tenunnya secara turun-temurun," jelas Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini. Bentuk perhatian yang serius ini pula telah dikuatkan melalui Surat Edaran Nomor 04 Tahun 2021 tentang Penggunaan Kain Tenun Endek Bali/Kain Tenun Tradisional Bali.
Bahwa kain tenun sebagai salah satu produk kerajinan tangan perlu dijaga, dirawat dan dilestarikan agar tidak punah ditelan jaman. Sementara itu Perbekel Batuan Ari Anggara didampingi Bendesa Adat Batuan I Nyoman Megawan saat dikonfirmasi, Jumat (26/8) membenarkan telah mesadu ajeng atau bertemu dengan Gubernur Wayan Koster.
Kedatangan mereka sejatinya untuk mohon restu dan arahan Gubernur Bali terkait rencana Peringatan Seribu Tahun ditulisnya Prasasti Baturan yang berangka tahun 944 Isaka.
"Kami datang bersama Ketua BPD, LPM, Ketua Komunitas Citra Kara, Baturulangun dan Wetalika Baturan Bendesa Adat Batuan, Pangliman, Penyarikan dan Ketua Panitia Sahasra Warsa Batuan (Peringatan Seribu Tahun ditulisnya Prasasti Baturan)," jelas Ari Anggara.
Dalam kesempatan tersebut, disampaikan tentang Desa Batuan, potensi budaya dan seni yang bisa masuk ke Indikasi Geografis dan hal terkait. "Termasuk kami memperkenalkan tenun asli Batuan, tenun yang merupakan warisan budaya asli Batuan yang sudah ada sejak tahun 1970-an. Kini perajinnya tinggal 1 orang saja. Kami memohon agar Bapak Gubenur memberikan perhatian lebih terhadap pelestarian tenun ini bersama Ibu Gubernur," jelasnya.
Perbekel Ari Anggara pun berharap kain tenun yang pernah eksis sebagai salah satu daya tarik pariwisata ini bisa dibangkitkan kembali. "Semoga dengan pertemuan ini, para perajin tenun kain khas Batuan bisa bangkit kembali berkat doa dan arahan dari Bapak Gubernur Bali, Matur Suksma," ujarnya. Terkait saran agar tenun Batuan kembali eksis dengan pembuatan perarem, Desa Batuan baik dinas maupun adat akan berupaya membuat produk yang multi fungsi dan mengagendakan pelatihan-pelatihan. Selain itu, Perbekel juga menyampaikan rencana pelaksanaan Lomba Bapang Barong dan Mekendang Tunggal.
Untuk diketahui, Tenun Cagcag Jati Desa Batuan hanya menyisakan satu pengrajin usia sepuh di Banjar Dentiyis. Namanya Ni Made Mirib, usianya sekitar 76 tahun. Kain tenun hasil karya Made Mirib saat ini hanya bisa dihitung dengan jari. Tidak laku dijual, sehingga hanya disimpan untuk dipergunakan sendiri. Biasanya digunakan sebagai wastra sanggah atau rantasan. Kain tenun ini juga dibuat untuk cucu perempuannya. "Saya buatkan satu untuk cucu. Dipakai saat menari Rejang Sutri di Pura Desa Batuan," jelasnya saat ditemui beberapa waktu lalu.
Jika pun dijual, Made Mirib memperkirakan satu lembar kain sepanjang 1 atau 2 meter harganya bisa jutaan rupiah. Hanya saja, dengan harga tersebut jarang ada orang yang membeli, kecuali mereka yang melihat kain tersebut sebagai sebuah karya seni. *nvi
1
Komentar