Moralitas Kejuangan
ADA bijak ‘diodar’ rasa, ‘Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya’.
Tetapi, kata yang lebih bijak mendesak, ‘Bangsa yang benar adalah bangsa yang menerapkan sikap dan perilaku pahlawannya’. Untaian kata pertama sudah direplikasi secara historis dan berkelanjutan. Sedangkan, untaian kata kedua membutuhkan justifikasi moral.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melansir empat nilai perjuangan, yaitu persatuan dan kesatuan, rela berkorban tanpa pamrih, cinta pada tanah air, saling pengertian dan menghargai.
Mewujudkan nilai persatuan dan kesatuan dalam keluarga dilakukan dengan beribadah bersama menurut agama dan keyakinan masing-masing. Di samping ibadah, sikap saling menghormati dan menyayangi ayah, ibu, adik, kakak, dan keluarga secara keseluruhan amat penting ditumbuh-kembangkan. Rasa hormat dan menyayangi akan mengokohkan ikatan tali kekeluargaan. Kondusivitas situasi keluarga mencerminkan pengakuan keberadaan dan fungsi anggota keluarga yang beragam dan berbeda. Dan, pengakuan terhadap keberagaman dalam keluarga merefleksikan penghargaan dan penghormatan pendapat anggota keluarga satu sama lain, lintas umur, pendidikan, dan kedewasaan.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mewujudkan sikap dan perilaku rela berkorban. Salah satunya adalah lebih mementingkan keutuhan keluarga dibanding kepentingan pribadi salah satu anggota keluarga. Derap langkah dan kegiatan selalu dijaga seiring dan seirama dalam melakukan tugas dan kewajiban di keluarga, dadia, banjar, desa, negara dan bangsa. Semua anggota keluarga berupaya menjadi contoh yang baik setakat dengan umur, jenis kelamin, pendidikan, dan tugas serta kewajiban masing-masing, tanpa membedakan atau menafikan upaya sekecil apapun dari masing-masing.
Ideologi cinta tanah air didasarkan atas perilaku untuk membangun negara bangsa dengan penuh perjuangan. Oleh karena itu, rasa cinta tanah air perlu ditumbuh-kembangkan dalam keluarga sejak usia dini. Ada berbagai cara sederhana yang dapat ditempuh, seperti bangga memiliki dan bersyukur bisa memakai apa yang dimiliki saat ini, menjaga dan merawat kebersihan lingkungan bersama, tidak menyebarkan ujaran kebencian dan berita bohong, menghargai pikiran, perasaan dan perkataan sesama untuk menciptakan kedamaian sosial budaya. Terkait dengan sistem kepercayaan Hindu, tanah mempunyai arti dan nilai religius tinggi. Tanah diyakini sebagai salah satu unsur pembentuk Bhuwana Agung (Alam Semesta) dan Bhuwana Alit (Tubuh Manusia).
Lebih lanjut, tanah dan langit diklasifikasi secara simbolik yang dualistik. Manusia pada hakikatnya berasal dari pertemuan langit dan tanah, manusia hidup di atas tanah dan di bawah langit, mati pun kembali ke tanah dan langit. Hubungan antara manusia dan tanah sangatlah erat tidak mungkin dipisahkan, demikian juga hubungan manusia dengan langit. Kelangsungan hidup manusia sangat tergantung dari keberadaan tanah, dan sebaliknya, tanah pun memerlukan perlindungan manusia untuk eksistensinya sebagai tanah yang memiliki makna dan fungsi. Di dalam dunia ilmiah, tanah mempunyai banyak nama di antaranya Podzol, Podzolik, Latosol, Hidromorfik, Aluvial, Organosol, tanah organik, dan tanah mineral. Demikian juga langit sering disebut atmosfer, angkasa dengan unsur-unsur kimianya seperti nitrogen, oksigen, neon, ozon, hidrogen, metan, helium, dan lain-lain.
Menyiptakan keluarga harmonis adalah awal dari perjuangan yang sukses. Salah satu kunci keluarga harmonis adalah saling menghormati. Sebagai orangtua, harus menjadi pelayan untuk bisa mendengarkan aspirasi anggota keluarga dari yang termuda sampai dewasa, tiada jarak pemisah kecuali penyatu padu, berkomunikasi secara komunikatif dan lentur adalah resep yang lain. Di samping keharmonisan dan komunikasi, saling mendengar, menghargai pengalaman dan pendapat yang lain adalah panacea kerukunan. Prioritas diberikan pada keluarga, baik pasangan ataupun anak, harus dilakukan untuk menciptakan perasaan saling membutuhkan. Hal ini dapat menjaga keharmonisan keluarga secara ajeg. Dan, menciptakan suasana teduh dan damai amat bermanfaat untuk membentuk keluarga sukinah. Mari teladani dan wujudkan karakter perjuangan agar tidak terbayang semata (imagined value). *
Prof Dewa Komang Tantra MSc, PhD
1
Komentar