Bocah Korban Gigitan Anjing Diinvestigasi
Secara klinis, anjing penggigit tidak terjangkir rabies. Namun gigitan di bagian bibir dinilai berisiko sehingga dilakukan investigasi mendalam
SINGARAJA, NusaBali
Kasus gigitan anjing kembali terjadi di Buleleng meski sudah sempat meredup beberapa lama. KNC, 5, warga Desa Kalibukbuk, Kecamatan/Kabupaten Buleleng yang menjadi korban gigitan anjing peliharaan keluarganya sendiri dengan luka di bibir menjadi atensi Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng. Kini pihaknya pun masih melakukan investigasi terkait adanya dugaan rabies pada anjing yang bersangkutan.
Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian Buleleng, drh I Wayan Susila yang ditemui di ruangannya, Selasa (18/4) kemarin mengatakan bahwa korban digigit anjing miliknya pada Minggu (16/4) lalu sekitar pukul 20.00 Wita. Karena mengalami gigitan di daerah beresiko tinggi orangtua korban lalu meminta VAR ke Puskesmas.
“Kami mendapat laporan dari Puskesmas. Setelah Unit Reaksi Cepat (URC) di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Kecamatan Buleleng kami kemarin mendatangi lokasi, memang tidak ditemukan bukti klinis anjing itu terjangkit rabies. Tetapi karena daerah gigitannya berisiko tinggi kami tetap lakukan investigasi,” ujar dia.
Dari pengamatan itu pihaknya pun mengaku sudah mengambil sampel otak anjing yang bersangkutan untuk diuji di Balai Besar Veteriner Denpasar, untuk memastikan apakah anjing tersebut terjangkit rabies atau tidak. Setelah hasil tes keluar, pihaknya baru bisa menentukan langkah selanjutnya yang akan ditempuh.
Jika hasil tes nanti dinyatakan negatif, korban hanya akan diberikan perawatan luka saja. Namun jika hasilnya positif rabies, maka korban gigitan akan langsung diberikan serum anti rabies. Pihaknya pun menduga dari hasil analisis di lapangan dengan tidak ditemukannya indikasi rabies pada anjing yang bersangkutan melancarkan serangan rabiesnya karena terprovokasi oleh korban apakah dalam bentuk candaan atau sentuhan langsung.
Sementara itu perkembangan populasi anjing di Buleleng dinyatakan olehnya semakin meningkat dan tidak terkendali. Bahkan di tahun ini disebut populasi anjing liar di Buleleng mencapai 91 ribu ekor. Hal tersebut karena perilaku memelihara anjing oleh masyarakat banyak yang tidak dipertanggung jawabkan.
“Sejauh ini masyarakat hanya tahu memiliki saja bukan memelihara, sehingga ketika anjing itu beranak, sebagaian ada yang dibuang di tempat pembuangan akhir, atau di pusat-pusat keramaian. Inilah yang memicu populasi anjing liar tidak terkendali. Pihaknya pun mengharapkan masyarakat yang memelihara anjing semakin bijak. Tidak hanya tahu memberi makan anjing-anjingnya, tetapi juga memperhatikan kesehatan dan reproduksi hewan penjaga rumah itu. *k23
Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian Buleleng, drh I Wayan Susila yang ditemui di ruangannya, Selasa (18/4) kemarin mengatakan bahwa korban digigit anjing miliknya pada Minggu (16/4) lalu sekitar pukul 20.00 Wita. Karena mengalami gigitan di daerah beresiko tinggi orangtua korban lalu meminta VAR ke Puskesmas.
“Kami mendapat laporan dari Puskesmas. Setelah Unit Reaksi Cepat (URC) di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Kecamatan Buleleng kami kemarin mendatangi lokasi, memang tidak ditemukan bukti klinis anjing itu terjangkit rabies. Tetapi karena daerah gigitannya berisiko tinggi kami tetap lakukan investigasi,” ujar dia.
Dari pengamatan itu pihaknya pun mengaku sudah mengambil sampel otak anjing yang bersangkutan untuk diuji di Balai Besar Veteriner Denpasar, untuk memastikan apakah anjing tersebut terjangkit rabies atau tidak. Setelah hasil tes keluar, pihaknya baru bisa menentukan langkah selanjutnya yang akan ditempuh.
Jika hasil tes nanti dinyatakan negatif, korban hanya akan diberikan perawatan luka saja. Namun jika hasilnya positif rabies, maka korban gigitan akan langsung diberikan serum anti rabies. Pihaknya pun menduga dari hasil analisis di lapangan dengan tidak ditemukannya indikasi rabies pada anjing yang bersangkutan melancarkan serangan rabiesnya karena terprovokasi oleh korban apakah dalam bentuk candaan atau sentuhan langsung.
Sementara itu perkembangan populasi anjing di Buleleng dinyatakan olehnya semakin meningkat dan tidak terkendali. Bahkan di tahun ini disebut populasi anjing liar di Buleleng mencapai 91 ribu ekor. Hal tersebut karena perilaku memelihara anjing oleh masyarakat banyak yang tidak dipertanggung jawabkan.
“Sejauh ini masyarakat hanya tahu memiliki saja bukan memelihara, sehingga ketika anjing itu beranak, sebagaian ada yang dibuang di tempat pembuangan akhir, atau di pusat-pusat keramaian. Inilah yang memicu populasi anjing liar tidak terkendali. Pihaknya pun mengharapkan masyarakat yang memelihara anjing semakin bijak. Tidak hanya tahu memberi makan anjing-anjingnya, tetapi juga memperhatikan kesehatan dan reproduksi hewan penjaga rumah itu. *k23
1
Komentar